Kalau ada satu hal yang bikin saya paling “garuk kepala” di lab, itu saat alat sudah dikalibrasi… tapi hasil ukurnya tetap ngaco. Kamu mungkin pernah juga: data bagus di atas kertas, tapi di lapangan “melenceng halus”. Tenang—bukan Kamu saja. Banyak kesalahan kalibrasi justru lahir dari hal-hal kecil: kesalahan titik nol, prosedur yang kebablasan, atau kondisi lingkungan yang “iseng” berubah. Di artikel ini, saya ajak Kamu bongkar kesalahan sistematik yang diakibatkan oleh kesalahan pada instrumen yang digunakan adalah contoh nyata yang sering terjadi, plus cara praktis mencegahnya—dengan sedikit humor sopan, biar belajarnya nggak tegang.
Sedikit konteks dulu: kesalahan kalibrasi adalah error yang terjadi selama atau akibat proses kalibrasi sehingga keluaran alat tidak lagi sesuai dengan standar rujukan. Ia bisa bersumber dari manusia, instrumen, maupun lingkungan. (Kalibrasi News)
Kesalahan kalibrasi disebabkan oleh
Dalam praktik, akar masalahnya sering “berkelompok”: faktor manusia (personal), alat/teknik (instrumental/sistematik), dan lingkungan (natural). Ketiganya bisa saling memperkuat. (Kalibrasi News)
kesalahan kalibrasi disebabkan oleh
Mari mulai dari yang paling sering bikin saya senyum kecut: kesalahan titik nol (zero error). Sesederhana jarum/indikasi tidak kembali ke nol saat input sebenarnya nol. Kecil? Justru itu—biasnya ikut terbawa ke semua titik ukur. Itulah kenapa nol yang “ngambek” harus diselesaikan dulu sebelum bicara span atau linearitas. (control.com, Flagship Facility Services)
kesalahan kalibrasi disebabkan oleh
Sekarang ke kesalahan sistematik yang diakibatkan oleh kesalahan pada instrumen yang digunakan adalah: salah pilih komponen/alat rujukan, instrumen drift, paralaks, hingga setting sensitivitas yang keliru. Ini menimbulkan error terstruktur seperti span error, non-linearitas, atau histeresis—bukan sekadar “kebetulan”. Kabar buruknya, zero error hampir selalu “nebeng” bersama error lain; kabar baiknya, pola sistematik bisa ditelusuri dan dikoreksi. (Kalibrasi News, control.com)
Baca Juga : Cara Mengukur Grounding dengan Multitester Digital: Panduan Praktis, Aman, dan Anti Ribet
Faktor Lingkungan & Proses yang Memperparah Error
Kalau alat ukur punya perasaan, dia pasti “baper” saat Kamu pindah ruangan tanpa izin—suhu berubah, getaran datang, kelembapan naik. Lingkungan sering membuat zero dan span bergeser pelan tapi pasti. Pilih sensor/instrumen yang dikompensasi suhu, atur kondisi ruangan, dan jangan remehkan stabilisasi waktu pemanasan (warm-up). (blog.ashcroft.com)
kesalahan kalibrasi disebabkan oleh
Proses yang terburu-buru juga juara bikin masalah: prosedur tidak mengikuti standar, dokumentasi minim, atau alat pembanding tidak sesuai kelasnya. Di industri, daftar “dosa klasik” termasuk melewatkan penyesuaian zero & span, mengabaikan petunjuk pabrikan, dan memakai peralatan kalibrasi yang tidak tepat. (Instrumentation and Control Engineering)
kesalahan kalibrasi disebabkan oleh
Jangan lupa faktor manusia. Operator yang kurang training bisa menambah ketidakpastian: salah membaca skala, salah koneksi, sampai salah memilih metode. Di literatur ketidakpastian, kontribusi human factor sering muncul paling awal—artinya perlu SOP yang rapi dan pelatihan yang terjadwal. (Kalibrasi News)
Cara Cegah: Checklist Singkat Sebelum–Saat–Sesudah Kalibrasi
SOP yang konsisten adalah “sabuk pengaman” Kamu. Mulai dari pemilihan standar rujukan sampai analisis data pascauji. Ingat, kesalahan di satu tahap bisa merembet ke tahap berikutnya—jadi disiplin proses itu wajib. (Kalibrasi News)
kesalahan kalibrasi disebabkan oleh
Sebelum:
- Pastikan standar acuan berjejak ke SI (traceable) dan masih dalam masa kalibrasi.
- Stabilkan lingkungan (suhu, RH, getaran), lakukan warm-up alat.
- Verifikasi titik nol dan kondisi mekanik/elektrik; ganti/betulkan jika ada drift.
- Siapkan metode sesuai standar (mis. ISO/IEC 17025, VIM), dan siapkan formulir data. (Kalibrasi News)
kesalahan kalibrasi disebabkan oleh
Saat & Sesudah:
- Ikuti prosedur: zero–span–linieritas–histeresis (sesuaikan jenis alat). Catat setiap anomali.
- Hindari bias pembacaan (paralaks, resolusi, repeatability). Ulangi pengukuran untuk mereduksi variabilitas acak.
- Analisis data: hitung koreksi, estimasi ketidakpastian, dan berikan rekomendasi yang realistis (interval kalibrasi berikutnya berbasis risiko penggunaan).
- Dokumentasikan lengkap; tanpa catatan, koreksi berikutnya seperti “mencari kunci di ruangan gelap”. (control.com, Kalibrasi News)
Ringkasnya (biar Kamu mudah mengingat)
- Zero dulu, baru yang lain. Zero error kecil bisa meracuni semua titik. (control.com)
- Instrumen tepat & sehat. Kesalahan sistematik sering berasal dari alat/setting—span, linearitas, histeresis. (Kalibrasi News)
- Lingkungan stabil. Suhu/kelembapan mempengaruhi zero dan span; gunakan alat yang dikompensasi suhu bila perlu. (blog.ashcroft.com)
- Operator terlatih + SOP rapi. Human factor itu nyata; training mengurangi bias. (Kalibrasi News)
- Proses tertib dari awal sampai akhir. Salah satu langkah “meleng” bisa menggagalkan semuanya. (Kalibrasi News)
Butuh kami dampingi?
Kamu butuh kalibrasi, pelatihan, atau konsultasi yang benar-benar akurat dan bisa dipertanggungjawabkan? Di SPIN, saya dan tim biasa mulai dari audit kebutuhan, set-up lingkungan, sampai rekomendasi interval kalibrasi berbasis risiko—bukan sekadar “stempel selesai”.
Destia Marsha: 0813-2145-5501 (Info Training)
Hubungi kami di: 0813-9438-9300 untuk layanan kalibrasi yang terpercaya dan berkualitas!
Kamu fokus di kualitas produk; biar kami yang menjaga akurasinya.





One comment
Pingback: Uji Millon Adalah: Tes Cepat Kenali Protein (Tirosin) — Prinsip, Langkah, & Tips Anti-Gagal