Artikel - Part 3


metode soxhlet

Kalau kamu pernah diminta menganalisis kadar lemak pada sampel makanan atau bahan lain di lab, pasti nama Soxhlet pernah mampir di telingamu. Saya sendiri pertama kali mendengar “metode Soxhlet” saat masih jadi anak baru di lab—waktu itu saya kira Soxhlet itu merek vacuum flask, serius! Tapi ternyata, ini adalah salah satu metode paling legendaris dalam ekstraksi, terutama untuk uji kadar lemak.

Metode ini bukan sekadar soal merebus dan menguapkan. Di balik tabung ekstraktor yang bentuknya mirip peluru itu, ada prinsip kerja yang cerdas dan klasik—saking klasiknya, alatnya aja masih eksis sejak tahun 1879! Dan jangan salah, meskipun klasik, keakuratannya untuk analisis kadar lemak metode Soxhlet masih bikin alat-alat modern minder kalau bicara soal kestabilan hasil.

Nah, dalam artikel ini saya akan ajak kamu menyelami prinsip metode Soxhlet dengan gaya yang santai tapi tetap berbobot. Kita akan bahas tentang prinsip kerja ekstraksi Soxhlet, keunggulannya, sampai kenapa metode ini masih relevan di era instrumen canggih. Siap? Kita kupas lemaknya satu per satu!

 

Metode Soxhlet – Legenda Ekstraksi Lemak di Laboratorium

Metode Soxhlet adalah salah satu teknik ekstraksi paling populer yang digunakan untuk menganalisis kandungan lemak dalam berbagai sampel, mulai dari makanan, biji-bijian, hingga tanah. Prinsip metode Soxhlet sederhana tapi efektif: memanfaatkan pelarut organik yang dipanaskan dan diuapkan secara berulang untuk mengekstraksi komponen target, yaitu lemak.

Sebagai seorang yang sering uji kadar lemak metode Soxhlet di lab, saya bisa bilang metode ini seperti slow-cooker: butuh waktu, tapi hasilnya bisa dipercaya. Analisis kadar lemak metode Soxhlet ini memang terkesan “jadul”, tapi masih sangat diandalkan karena prinsip kerjanya yang presisi dan efisien.

Prinsip Kerja Ekstraksi Soxhlet

Prinsip kerja ekstraksi Soxhlet memanfaatkan proses distilasi berulang. Pelarut (biasanya heksana atau eter) dipanaskan hingga menguap, kemudian uapnya naik ke kondensor dan mengalir turun ke ruang ekstraksi yang berisi sampel. Setelah ruang ekstraksi penuh, pelarut menetes kembali ke labu alas bulat sambil membawa lemak yang berhasil diekstraksi. Proses ini diulang terus menerus, menjadikan ekstraksi lebih sempurna.

Dengan prinsip kerja Soxhlet ini, kita bisa memperoleh ekstrak lemak dengan efisiensi tinggi, tanpa harus mengaduk atau memanaskan sampel terus-menerus seperti pada metode lain.

Kenapa Masih Dipakai?

Meskipun sekarang ada teknik modern seperti ekstraksi superkritik dan microwave-assisted extraction, analisis lemak metode Soxhlet masih banyak digunakan di laboratorium kalibrasi dan uji mutu. Kenapa? Karena:

  • Presisi tinggi
  • Hasil uji kadar lemak konsisten
  • Tidak butuh software ribet
  • Biaya operasional relatif rendah

Kalau kamu kerja di lab dengan budget terbatas tapi butuh data kadar lemak yang kredibel, metode Soxhlet adalah sahabat terbaikmu.

Baca Juga : Cara Perhitungan Hasil Uji Hammer Test: Panduan Praktis & Anti-Gagal

 

Penerapan Metode Soxhlet di Dunia Nyata

Tak hanya di dunia akademik, metode Soxhlet juga populer dalam industri makanan, pertanian, hingga lingkungan.

Uji Kadar Lemak Makanan

Kamu kerja di lab pangan? Uji kadar lemak metode Soxhlet wajib kamu kuasai. Analisis kadar lemak sangat penting untuk mengetahui nilai gizi, memastikan kualitas produk, serta memenuhi regulasi standar. Selain itu, data kadar lemak adalah indikator penting untuk shelf life dan tekstur makanan.

Analisis Lemak dalam Biji dan Tanah

Metode ini juga sering dipakai untuk mengukur kandungan minyak dalam biji (seperti kedelai, kacang tanah), serta mengevaluasi senyawa organik dalam tanah yang tercemar. Prinsip metode Soxhlet memastikan hanya komponen non-polar seperti lemak yang ditarik keluar dari matriks padat.

 

Tantangan dan Tips Praktis Menggunakan Soxhlet

Meskipun metode ini solid, tetap ada tantangan praktis yang harus kamu hadapi.

Efisiensi Waktu dan Keamanan

Prosesnya bisa makan waktu berjam-jam. Jadi pastikan kamu atur waktu kerja dengan baik, dan jangan pernah meninggalkan alat menyala tanpa pengawasan. Pakai labu yang tidak retak dan pastikan semua sambungan rapat. Ini pengalaman pribadi: saya pernah ditinggal sebentar, tahu-tahu pelarut menguap habis dan hasil lenyap—itu sakitnya tuh bukan main!

Validasi dan Kalibrasi Alat

Untuk memastikan hasil analisis lemak metode Soxhlet tetap akurat, kamu wajib rutin kalibrasi alat dan validasi metode. Bahkan meskipun kamu pakai alat manual, jangan anggap sepele akurasi hasil. Di SPIN, kami punya standar internal untuk setiap ekstraktor yang digunakan—dan itu terbukti menjaga repeatabilitas hasil.

 

Yuk, Konsultasi dan Tingkatkan Standar Ujimu!

Jadi, setelah kamu mengenal lebih dekat prinsip kerja ekstraksi Soxhlet dan penerapannya, saya yakin kamu sudah paham kenapa metode ini masih jadi primadona di laboratorium.

Tapi ingat, metode yang hebat tetap butuh pelaksana yang cermat. Butuh layanan kalibrasi, pelatihan, atau konsultasi yang akurat dan terpercaya? Jangan ragu hubungi kami:

Call To Action LinkedIn Banner

Kurniawan Hidayat: 0813-2117-0714 (Info Konsultasi)

Destia Marsha: 0813-2145-5501 (Info Training)

Hubungi kami di: 0813-9438-9300 untuk layanan kalibrasi yang terpercaya dan berkualitas!



 

cara perhitungan hasil uji hammer test

Saat Uji Beton Jadi Ajang Ujian Kesabaran

Saya masih ingat pertama kali diminta menghitung hasil uji hammer test oleh atasan saya. Jujur, saya lebih gugup dari saat pertama kali nyatakan cinta ke istri—karena salah baca grafik sedikit, nilai kekuatan betonnya bisa jadi drama satu proyek. Tapi dari pengalaman itulah saya belajar satu hal penting: hammer test itu kelihatannya simpel, padahal butuh ketelitian dan teknik membaca yang tepat.

Kalau kamu pernah pegang Schmidt Hammer lalu kebingungan nyari tahu gimana cara menghitung hasilnya, kamu tidak sendiri. Saya juga pernah duduk di posisi itu. Tapi tenang, di artikel ini saya akan ajak kamu belajar cara perhitungan hasil uji hammer test dari nol sampai paham. Dengan gaya ngobrol santai dan logika yang bisa kamu cerna tanpa pusing.

 

Cara Perhitungan Hasil Uji Hammer Test

Cara Menghitung Hasil Hammer Test Beton Secara Umum

Uji hammer test biasanya digunakan untuk mengetahui kuat tekan permukaan beton secara cepat dan tidak merusak struktur (non-destruktif). Tapi jangan salah, walau cepat, interpretasi hasilnya enggak boleh sembarangan.

Cara kerjanya begini: alat akan memukul permukaan beton, dan angka pantulan (rebound number) akan muncul. Nah, angka itu yang jadi modal awal kita buat perhitungan kekuatan tekan beton.

Langkah-langkah sederhananya:

  1. Ambil 10–12 titik uji pada permukaan beton.
  2. Buang dua nilai ekstrem (tertinggi dan terendah) untuk mengurangi bias.
  3. Hitung rata-rata dari angka rebound sisanya.
  4. Gunakan grafik hammer test atau tabel konversi hammer test yang sesuai dengan jenis alat dan arah pengujian (horizontal, vertikal ke atas, atau ke bawah).
  5. Dapatkan nilai kuat tekan dalam satuan MPa berdasarkan konversi tersebut.

Grafik Hammer Test dan Tabel Konversi

Di sinilah banyak teknisi suka bingung. Grafik hammer test bisa berbeda tergantung pabrik pembuat alatnya. Makanya penting banget untuk baca manual alatnya dulu—jangan sok jago, nanti malah kayak saya dulu: salah baca skala, salah kasih saran perbaikan kolom bangunan.

Biasanya, grafik hammer test akan menunjukkan hubungan antara angka rebound dengan kekuatan tekan beton dalam bentuk kurva. Sementara itu, tabel perhitungan hammer test akan mencantumkan nilai konversi langsung dari angka rebound ke MPa.

Beberapa alat juga menyediakan fitur digital yang langsung menghitung kekuatan beton berdasarkan arah uji dan temperatur. Tapi kalau kamu pakai alat manual, penting banget tahu cara membaca tabel hasil uji hammer test dengan benar.

Baca Juga : Satuan pada Alat Multimeter: Panduan Lengkap yang Jarang Dibahas Tapi Wajib Kamu Tahu!

Membaca dan Menafsirkan Hasil Uji Hammer Test

Cara Baca Hammer Test Secara Benar

Biar hasil uji enggak ngambang seperti hubungan tanpa kejelasan, kamu perlu memastikan bahwa:

  • Permukaan beton rata dan bersih sebelum diuji.
  • Sudut dan arah pengujian dicatat (karena pengaruh gaya gravitasi).
  • Kamu tahu cara menggunakan hammer test dengan baik: jangan terlalu ditekan, dan perhatikan suara & respons pegasnya.

Angka yang kamu dapat bukan harga mati. Itu adalah indikasi yang bisa dipengaruhi kelembapan, umur beton, bahkan operatornya. Makanya, perhitungan hammer test itu harus didukung dokumentasi yang rapi dan alat yang sudah dikalibrasi secara rutin.

Tabel Hasil Uji Hammer Test: Bukan Sekadar Angka

Setiap nilai di tabel hasil uji hammer test menyimpan cerita tentang kondisi beton yang diuji. Dari hasil itu, kamu bisa:

  • Menentukan apakah mutu beton sesuai desain (misalnya K-225 atau K-300).
  • Mengetahui apakah beton layak dilanjutkan ke tahap konstruksi berikutnya.
  • Mengevaluasi apakah perlu perbaikan struktural.

Tapi ingat, uji ini sifatnya indikatif. Kalau hasilnya diragukan, uji tambahan seperti core drill mungkin diperlukan.

 

Praktik Lapangan & Tips Penting dari Pengalaman

Cara Menggunakan Hammer Test agar Akurat

Saya sering bilang ke junior teknisi di lab: “Hammer test itu kayak selfie—hasilnya bisa bagus kalau pencahayaannya pas dan sudutnya benar.” Nah, alat ini juga sama:

  • Gunakan alat dalam posisi yang sesuai dengan standar (horizontal, vertikal atas/bawah).
  • Posisikan alat secara tegak lurus ke permukaan beton.
  • Hindari area beton yang retak, rusak, atau dekat dengan tepi.

Kesalahan Umum Saat Perhitungan

Dari pengalaman saya, kesalahan yang sering terjadi:

  • Langsung ambil rata-rata tanpa buang data ekstrem.
  • Mengabaikan jenis dan umur beton saat baca grafik hammer test.
  • Menggunakan tabel perhitungan hammer test dari alat berbeda.

Solusinya? Kalibrasi alat secara rutin dan ikut pelatihan. Di tempat saya, PT Sinergi Pro Inovasi, kami juga sering bantu pelatihan teknik uji non-destruktif termasuk hammer test—biar teknisi kamu nggak cuma jago di lapangan tapi juga paham teori.

 

Data Uji yang Akurat, Keputusan yang Tepat

Kalau kamu ingin memastikan mutu beton benar-benar sesuai, jangan hanya mengandalkan insting. Gunakan data yang sahih dari alat uji yang terkalibrasi, dibaca dengan teknik yang tepat, dan ditafsirkan berdasarkan pengalaman serta standar.

Kalau kamu butuh layanan kalibrasi, pelatihan, atau konsultasi yang akurat dan terpercaya, kami siap bantu. Serius, lebih baik kamu konsultasi sekarang daripada nanti kebingungan pas audit atau insiden teknis.

Hubungi kami:

Call To Action LinkedIn Banner

Kurniawan Hidayat: 0813-2117-0714 (Info Konsultasi)

Destia Marsha: 0813-2145-5501 (Info Training)

Hubungi kami di: 0813-9438-9300 untuk layanan kalibrasi yang terpercaya dan berkualitas!



satuan pada alat multimeter

Kamu pernah pegang multimeter, tapi bingung baca simbol-simbol aneh di layarnya? Saya juga dulu begitu. Awal-awal kerja di laboratorium, saya kira simbol Ω itu semacam kode rahasia—eh, ternyata cuma satuan resistansi alias hambatan listrik. Jadi kalau kamu juga suka bingung lihat tulisan mV, A, atau Ω di multimeter, kamu nggak sendirian.

Sebagai seseorang yang sudah cukup lama berkutat dengan alat ukur, saya tahu betul betapa pentingnya memahami satuan pada multimeter. Bukan cuma biar nggak salah baca, tapi juga untuk keselamatan dan hasil pengukuran yang akurat. Nah, di artikel ini, saya mau ajak kamu mengenal berbagai satuan yang muncul pada multimeter dan voltmeter. Gaya penjelasannya? Santai, tapi tetap tajam dan jelas.

 

Satuan pada Alat Multimeter

Multimeter itu ibarat “Swiss Army Knife” dalam dunia kelistrikan. Dia bisa ukur tegangan, arus, hambatan, bahkan kapasitansi. Tapi semua fungsi ini nggak akan berguna kalau kamu belum ngerti satuannya. Mari kita bedah pelan-pelan satuan penting yang sering muncul di multimeter:

Volt (V) – Satuan Tegangan Listrik

Satuan volt (V) menandakan seberapa besar beda potensial listrik antara dua titik. Pada multimeter, biasanya ada dua mode:

  • DCV (tegangan searah)
  • ACV (tegangan bolak-balik)

Misalnya kamu ingin tahu berapa tegangan pada baterai, maka pilih mode DCV. Kalau ingin ukur stop kontak, pakai ACV.

Ampere (A) – Satuan Kuat Arus

Ampere menunjukkan seberapa besar aliran elektron dalam rangkaian. Umumnya ditampilkan dalam bentuk:

  • mA (miliampere): arus kecil
  • A (ampere): arus besar

Kalau kamu ukur arus terlalu besar dengan setting mA, bisa-bisa fuse di multimetermu langsung gosong—dan saya pernah ngalamin sendiri. Jadi hati-hati, ya!

Baca Juga : Warna Misterius di Balik Setetes Lugol: Rahasia Uji Makanan yang Sering Diabaikan

Satuan pada Alat Voltmeter

Voltmeter secara khusus digunakan untuk mengukur beda potensial. Sama seperti multimeter, satuan utama yang digunakan tetap volt (V). Tapi ada tambahan yang perlu kamu tahu:

Milivolt (mV) – Untuk Tegangan Rendah

Beberapa voltmeter digital bisa menampilkan hasil dalam milivolt untuk pengukuran yang lebih presisi. Misalnya, saat menguji sensor atau perangkat elektronik mikro.

Kilovolt (kV) – Tegangan Tinggi

Kalau kamu berkecimpung di dunia listrik tegangan tinggi, seperti panel distribusi atau transmisi, kamu akan sering ketemu satuan kV. Biasanya ini ditampilkan di voltmeter khusus, bukan yang umum dipakai di laboratorium atau rumah.

 

Simbol Satuan Lain yang Sering Muncul di Multimeter

Kadang multimeter juga punya fitur tambahan selain tegangan dan arus. Nah, ini dia satuan yang sering bikin alis naik:

Ohm (Ω) – Satuan Hambatan

Simbol ini biasanya disertai tanda buzzer, karena sering dipakai bareng fitur continuity check. Kalau resistansi nol, buzzer akan bunyi. Cocok buat ngecek kabel putus atau jalur PCB yang konslet.

Farad (F) – Satuan Kapasitansi

Meski jarang, multimeter modern kadang bisa mengukur kapasitor. Satuannya farad, tapi biasanya muncul dalam bentuk μF (mikrofarad) atau nF (nanofarad).

 

Kesalahan Umum Saat Membaca Satuan pada Multimeter

Saya pernah dapat laporan alat rusak, padahal bukan alatnya yang rusak—teknisinya salah baca satuan! Nah, biar kamu nggak ikut-ikutan, ini kesalahan umum yang perlu dihindari:

Salah Pilih Range

Misal, pengukuran diatur pada 2V padahal tegangan yang diukur 12V. Hasilnya? Error atau malah multimeter bisa rusak.

Salah Tafsir Simbol

Kadang kita buru-buru dan nggak sadar apakah sedang di mode DC atau AC. Pastikan kamu tahu simbol garis lurus (DC) dan simbol bergelombang (AC) sebelum mengukur.

 

Saatnya Gunakan Multimeter dengan Bijak!

Sekarang kamu sudah paham makna di balik satuan pada multimeter dan voltmeter. Nggak ada alasan lagi buat salah baca atau asal ukur. Tapi kalau kamu merasa butuh pelatihan lebih lanjut, kalibrasi alatmu, atau ingin konsultasi seputar akurasi pengukuran—tenang, saya dan tim siap bantu.

Hubungi kami sekarang juga:

Call To Action LinkedIn Banner

Kurniawan Hidayat: 0813-2117-0714 (Info Konsultasi)

Destia Marsha: 0813-2145-5501 (Info Training)

Hubungi kami di: 0813-9438-9300 untuk layanan kalibrasi yang terpercaya dan berkualitas!

PT Sinergi Pro Inovasi (SPIN) siap jadi partner akurasimu—karena pengukuran tanpa kepastian itu seperti hidup tanpa arah. Yuk, kita pastikan alatmu bicara data, bukan cuma angka!



lugol untuk menguji

 

Kenapa Saya Tertarik dengan Setetes Lugol

Saya masih ingat pertama kali mengenal larutan lugol saat membantu uji kandungan pati di laboratorium pangan. Waktu itu saya sempat mikir, “Lugol ini cairan apaan sih? Warnanya kayak teh basi, tapi baunya… duh!” Tapi begitu saya lihat reaksinya ke sampel makanan, saya langsung paham: cairan ini kecil-kecil cabe rawit. Dalam dunia analisis kualitatif makanan, khususnya untuk mendeteksi karbohidrat, lugol adalah pahlawan yang jarang disorot.

Kalau kamu penasaran gimana lugol bekerja, apa fungsi lugol sebenarnya, dan kenapa cairan ini penting banget dalam uji makanan, yuk lanjut baca. Saya akan ceritakan semua berdasarkan pengalaman dan observasi pribadi sebagai ahli laboratorium di PT Sinergi Pro Inovasi.

 

Lugol untuk Menguji: Fungsi, Kandungan, dan Aplikasinya

Apa Itu Larutan Lugol dan Kenapa Begitu Populer di Laboratorium?

Larutan lugol adalah campuran iodin (I₂) dan kalium iodida (KI) dalam air, biasanya berwarna cokelat tua hingga hitam keunguan tergantung konsentrasinya. Warna lugol memang khas dan langsung bisa dikenali. Tapi bukan cuma warnanya yang bikin lugol terkenal, tapi fungsi lugol dalam uji makanan, khususnya untuk menguji keberadaan pati atau karbohidrat.

Saat larutan lugol diteteskan ke sampel makanan yang mengandung pati, warnanya akan berubah menjadi biru kehitaman. Ini adalah reaksi klasik dari uji lugol yang sudah digunakan sejak dulu dalam analisis pangan dan pendidikan.

Fungsi Lugol dalam Uji Makanan: Deteksi Pati Sekilas Pandang

Cairan lugol untuk menguji kandungan pati bekerja dengan prinsip sederhana tapi efektif. Iodin dari lugol akan masuk ke dalam heliks amilosa dalam pati dan membentuk kompleks berwarna biru kehitaman. Jadi, kalau kamu lihat makanan berubah warna setelah ditetesi lugol, bisa dipastikan ada kandungan karbohidrat—tepatnya pati—di sana.

 

Manfaat Uji Lugol di Dunia Laboratorium Pangan

Lugol Menguji Karbohidrat: Lebih dari Sekadar Pewarna Reaksi

Kadang orang awam mengira uji lugol cuma dipakai di kelas-kelas praktikum. Padahal, dalam laboratorium profesional, lugol untuk uji karbohidrat tetap jadi metode cepat yang sangat membantu. Contohnya, untuk memastikan apakah tepung terigu, ubi, atau nasi mengandung pati dalam kadar tertentu sebelum diuji lebih lanjut secara kuantitatif.

Selain itu, uji lugol adalah salah satu metode awal dalam pengendalian mutu bahan makanan yang mengandalkan sumber energi dari karbohidrat.

Kandungan Larutan Lugol dan Kenapa Harus Dihati-Hati Penggunaannya

Larutan lugol mengandung iodin, zat yang cukup reaktif dan bisa meninggalkan noda permanen kalau tumpah (saya pernah mengalami, dan meja saya jadi punya motif abstrak permanen). Karena itu, walaupun terlihat simpel, penggunaannya tetap harus sesuai SOP dan dengan APD lengkap.

Baca Juga : Uji Kualitatif Protein: Kenapa Putih Telur Bisa Jadi “Detektif Rahasia” di Laboratorium?

Lugol Bukan Sekadar Cokelat—Dia Kunci Jawaban dari Banyak Pertanyaan

Warna Lugol yang Berubah: Apa Artinya?

Salah satu keunikan dari lugol adalah warna lugol bisa berubah tergantung jenis sampel. Awalnya berwarna cokelat, tapi jika bertemu pati—bam!—warnanya langsung berubah biru kehitaman. Ini jadi indikator visual yang sangat jelas dan cepat, apalagi saat kamu butuh konfirmasi instan di lapangan atau saat pelatihan.

Kapan Lugol Digunakan dan Kenapa Harus Dikalibrasi Ulang?

Kalau kamu rutin menggunakan lugol di lab, kamu pasti tahu larutan ini nggak bertahan selamanya. Warnanya bisa pudar, dan efektivitasnya menurun. Inilah kenapa penting untuk mengecek masa simpan dan bahkan menguji efektivitas lugol secara berkala. Dan pastinya, semua alat yang digunakan untuk menguji—termasuk pipet, tabung reaksi, atau mikroplate reader—harus terkalibrasi dengan baik agar hasilnya valid.

 

Uji Lugol, Cairan Cokelat yang Membongkar Kandungan Karbohidratmu

Kalau kamu bertanya, “Apa itu lugol dan mengapa harus peduli?”, jawaban saya simpel: karena lugol untuk menguji adalah salah satu metode dasar namun krusial dalam dunia analisis makanan. Ia bisa mengungkap kandungan tersembunyi dalam bahan pangan secara cepat, murah, dan cukup akurat.

Dan kalau kamu bekerja di bidang laboratorium, apalagi pengujian makanan atau bahan baku, jangan anggap remeh cairan ini. Jangan pula anggap remeh peralatan pengujinya—kalibrasi adalah sahabat terbaikmu agar data yang kamu hasilkan valid dan bisa dipertanggungjawabkan.

 

Butuh Bantuan Profesional?

Butuh layanan kalibrasi, pelatihan, atau konsultasi yang akurat dan terpercaya?

📞 Hubungi kami:

Call To Action LinkedIn Banner

Kurniawan Hidayat: 0813-2117-0714 (Info Konsultasi)

Destia Marsha: 0813-2145-5501 (Info Training)

Hubungi kami di: 0813-9438-9300 untuk layanan kalibrasi yang terpercaya dan berkualitas!

 

PT Sinergi Pro Inovasi (SPIN) siap mendukung laboratoriummu dengan layanan terbaik, dari kalibrasi alat, pelatihan teknis, hingga konsultasi mutu.



uji kualitatif protein

Kamu pernah merasa heran kenapa putih telur bisa berubah warna saat dipanaskan atau dicampur zat tertentu? Nah, ternyata si putih telur ini punya kemampuan jadi detektif rahasia di laboratorium, lho. Di balik kekonyolannya yang kadang lengket di sendok atau bikin susah cuci alat, putih telur sebenarnya menyimpan misteri protein yang bisa kita ungkap lewat uji kualitatif.

Sebagai seseorang yang hampir tiap minggu berjibaku dengan alat laboratorium di PT Sinergi Pro Inovasi, saya sering berhadapan dengan berbagai sampel, termasuk yang penuh protein. Dan percaya atau tidak, proses mengidentifikasi keberadaan protein itu bisa jadi semenarik investigasi di film detektif. Tapi bedanya, di sini pelakunya bukan manusia—melainkan molekul.

Yuk, kita kulik lebih dalam tentang analisis kualitatif protein ini. Bukan cuma penting untuk laboratorium pangan dan farmasi, tapi juga menyenangkan buat kamu yang suka eksperimen ilmiah yang keren tapi tetap make sense.

 

Apa Itu Uji Kualitatif Protein?

Uji kualitatif protein adalah metode untuk mendeteksi keberadaan protein dalam suatu sampel. Teknik ini nggak kasih tahu jumlah pastinya, tapi cukup jelas buat bilang, “Yes, ada proteinnya!” atau “Nope, nihil.”

Mengapa Uji Ini Penting?

Saya pernah dapat sampel susu bubuk dari klien industri makanan yang curiga produknya “palsu”—karena hasil akhir tidak sesuai ekspektasi. Ternyata, setelah kita lakukan uji kualitatif protein, terbukti kadar proteinnya sangat rendah. Artinya? Bisa jadi bahan bakunya nggak sesuai spesifikasi. Nah, dari sinilah pentingnya analisis kualitatif protein untuk kontrol kualitas.

Uji Protein Menggunakan Reagen Khusus

Kalau kamu bayangin uji ini seperti memasukkan sampel ke mesin lalu keluar angka ajaib, ya… belum sepenuhnya benar. Di uji kualitatif protein, kita menggunakan berbagai reagen kimia yang bisa memunculkan perubahan warna saat bereaksi dengan gugus protein tertentu. Contohnya:

  • Uji Biuret – menghasilkan warna ungu jika protein hadir.
  • Uji Ninhidrin – munculkan warna biru keunguan untuk asam amino bebas.
  • Uji Xantoproteat – warna kuning oranye saat terkena asam nitrat, terutama untuk protein aromatik.

Semua reaksi ini kayak “sinyal warna” yang muncul saat protein nongol.

Baca Juga : OL di Multimeter Digital: Arti, Fungsi, dan Kesalahpahaman Umum

Metode Populer dalam Uji Kualitatif Protein

1. Uji Biuret

Ini favorit saya. Kenapa? Karena sederhana dan jelas. Cukup tambahkan larutan biuret (campuran NaOH dan CuSO₄) ke sampel, dan kalau muncul warna ungu—protein terdeteksi.

Fun fact: Kadang saya suka becanda ke teknisi baru, “Kalau warnanya ungu, itu bukan karena kamu fans BTS, tapi karena proteinnya kuat!”

2. Uji Ninhidrin

Kalau kamu pernah melihat bercak ungu pada kertas setelah dipegang tangan, bisa jadi itu reaksi ninhidrin terhadap asam amino kulitmu. Di lab, kita pakai ini untuk deteksi protein yang terurai jadi asam amino. Praktis dan sensitif banget.

 

Aplikasi Uji Kualitatif Protein di Berbagai Industri

1. Industri Pangan

Kamu mungkin nggak nyangka, tapi uji ini bisa mendeteksi “penipuan” kandungan protein dalam produk pangan. Dari susu, daging, hingga mi instan—semua bisa diuji untuk pastikan label sesuai isi.

2. Industri Farmasi

Di dunia farmasi, terutama untuk produk suplemen atau protein-based treatment, analisis kualitatif protein membantu memastikan tidak ada kontaminasi atau kehilangan bahan aktif. Saya pernah bantu klien farmasi yang ternyata gagal uji karena kesalahan formulasi. Untung ketahuan dari uji kualitatif ini sebelum dikirim ke pasar.

 

Kesalahan Umum Saat Melakukan Uji Kualitatif Protein

1. Penggunaan Reagen Kadaluarsa

Percaya deh, reagen yang sudah kadaluarsa itu seperti bubuk instan basi—nggak bakal kasih hasil yang bisa dipercaya.

2. Salah Interpretasi Warna

Kadang, teknisi junior bingung antara ungu muda dan biru keunguan. Di sinilah pelatihan dan jam terbang penting banget. Jangan asal tebak ya, karena hasil lab bisa berdampak besar bagi klien.

 

Penutup: Mau Hasil Akurat? Serahkan pada Ahlinya

Saya tahu kamu ingin setiap pengujian berjalan presisi dan bisa diandalkan. Analisis kualitatif protein memang terlihat sederhana, tapi membutuhkan keahlian teknis, lingkungan laboratorium yang terkontrol, serta interpretasi data yang benar.

Jadi, kalau kamu punya kebutuhan uji protein, validasi laboratorium, atau bahkan pelatihan teknis seputar analisis kimia dan kalibrasi, jangan ragu buat konsultasi langsung dengan tim kami.

📞 Butuh layanan kalibrasi, pelatihan, atau konsultasi yang akurat dan terpercaya? Hubungi kami:

Call To Action LinkedIn Banner

Kurniawan Hidayat: 0813-2117-0714 (Info Konsultasi)

Destia Marsha: 0813-2145-5501 (Info Training)

Hubungi kami di: 0813-9438-9300 untuk layanan kalibrasi yang terpercaya dan berkualitas!

 



ol artinya

Kadang saat saya lagi asyik ngukur tegangan atau hambatan pakai multimeter digital, tiba-tiba layar alat saya cuma nunjukin tulisan “OL”. Bukan “OL” yang artinya online, ya. Kalau kamu juga pernah ngalamin ini dan langsung panik—tenang, kamu nggak sendiri. Saya juga pernah.

Sebagai orang yang sehari-hari berkutat di laboratorium kalibrasi PT Sinergi Pro Inovasi, saya sering ketemu teknisi lapangan atau peserta pelatihan yang bingung soal satu hal ini. “Mas, OL itu artinya error ya?” atau “Multimeternya rusak ya, kok muncul OL terus?”

Nah, di blog ini saya mau ajak kamu ngebahas arti “OL” di multimeter digital secara tuntas, dengan gaya yang ringan tapi tetap teknikal. Yuk, kita bongkar bareng-bareng.

 

OL Artinya Apa, Sih?

OL adalah Indikasi Over Limit

Pertama-tama, OL itu bukan singkatan dari “Overloaded”, “On Line”, atau bahkan “Olah Listrik” (yep, saya pernah denger yang ini juga). OL adalah singkatan dari Over Limit.

Artinya, nilai listrik yang kamu ukur melebihi rentang yang bisa dibaca oleh multimeter kamu. Jadi bukan alatnya error, tapi karena nilai tegangan, arus, atau hambatan yang kamu coba ukur terlalu besar untuk rentang pengukuran yang sedang kamu pakai.

OL Itu Apa? Gampangnya Begini…

Bayangkan kamu lagi pakai penggaris yang panjangnya cuma 15 cm, tapi kamu coba ukur kabel sepanjang 2 meter. Ya jelas nggak cukup, kan? Nah, itulah analogi dari OL di multimeter.

OL itu adalah cara alat memberi tahu, “Maaf ya, ini nilainya di luar jangkauan saya.”

Baca Juga : Rahasia di Balik Uji Penyabunan Minyak (Saponifikasi): Apa, Mengapa, dan Bagaimana?

Kenapa Bisa Muncul OL?

Kesalahan Setting Rentang

Kamu mungkin lupa atur multimeter ke rentang pengukuran yang lebih tinggi. Misalnya, kamu mau ukur hambatan 1 Mega Ohm, tapi rentangnya masih di 200kΩ. Ya, OL pasti muncul.

Sirkuit Terbuka

Di pengukuran resistansi, kalau sirkuit nggak tertutup atau nggak ada koneksi antar terminal, OL bisa muncul karena alat deteksi nggak nemu jalur aliran arus.

 

OL Bukan Selalu Tanda Bahaya

Saat Mengukur Hambatan

Dalam mode ohmmeter, OL bisa muncul kalau tidak ada koneksi antara probe. Ini normal, bukan kerusakan. Bahkan, ini bisa jadi indikator bagus kalau kamu ingin tahu apakah ada koneksi dalam suatu kabel atau tidak.

Saat Mengukur Tegangan

Kalau OL muncul saat kamu ukur tegangan, nah ini baru kamu perlu waspada. Bisa jadi memang ada tegangan tinggi yang berbahaya. Atau bisa juga karena kamu belum atur rentang yang sesuai. Intinya, cek dua kali.

 

Apa yang Harus Dilakukan Kalau Muncul OL?

Cek Mode dan Rentang

Langkah pertama—jangan panik. Cek apakah kamu berada di mode pengukuran yang benar. Kalau iya, coba naikkan rentang skalanya. Banyak multimeter punya opsi manual untuk naik-turun rentang.

Pastikan Koneksi Benar

Kabel putus? Probe lepas? Jalur sirkuit nggak nyambung? Semua itu bisa menyebabkan OL. Jadi, pastikan koneksi antar terminal sudah benar dan aman.

 

OL Itu Sahabat, Bukan Musuh

Sekarang kamu udah tahu bahwa OL bukan pertanda multimeter kamu rusak atau perlu dibuang ke tempat servis. Justru OL itu sinyal yang bagus—dia bilang, “Hei, saya peduli sama keselamatanmu dan pengukuran yang akurat!”

Kalau kamu kerja di laboratorium atau dunia teknik, paham arti OL itu penting banget. Nggak cuma buat keselamatan, tapi juga buat efisiensi kerja.

 

Butuh Bantuan Profesional?

Kalau kamu butuh layanan kalibrasi yang akurat, pelatihan teknis multimeter digital, atau bahkan konsultasi pengujian alat ukur, kamu bisa langsung hubungi tim kami:

Call To Action LinkedIn Banner

Kurniawan Hidayat: 0813-2117-0714 (Info Konsultasi)

Destia Marsha: 0813-2145-5501 (Info Training)

Hubungi kami di: 0813-9438-9300 untuk layanan kalibrasi yang terpercaya dan berkualitas!

PT Sinergi Pro Inovasi (SPIN) siap bantu kamu dengan layanan profesional dan terpercaya. Jangan tunggu sampai alatmu bilang “OL” terus-terusan, yuk jaga akurasi sejak awal!

 



uji saponifikasi

Sebagai seseorang yang hampir tiap hari berjibaku dengan labu Erlenmeyer dan bau khas reagen, saya sering menemukan pertanyaan simpel tapi cukup menggugah dari para peserta pelatihan: “Uji saponifikasi itu sebenarnya ngapain sih?” Nah, pertanyaan itu sederhana, tapi jawabannya… bisa panjang kalau kamu mau duduk sebentar dan dengar cerita saya.

Jadi begini. Pernah suatu hari saya sedang mendampingi pelatihan pengujian mutu minyak goreng. Salah satu peserta nyeletuk, “Pak, ini minyak bisa jadi sabun ya?” Saya cuma senyum sambil ngaduk reagen. Lalu saya jawab, “Bukan cuma bisa, memang dari sanalah sabun berasal.”

Uji penyabunan ini bukan sekadar proses kimia membosankan. Di balik angka indeks saponifikasi yang tertulis rapi di laporan hasil uji, ada cerita panjang tentang bagaimana kualitas minyak ditentukan, bagaimana standar mutu ditegakkan, dan bagaimana industri sabun serta kosmetik bergantung padanya. Dan percayalah, kalau kamu pernah salah hitung jumlah KOH dalam uji ini, kamu pasti tahu betapa pentingnya kalibrasi yang presisi (iya, ini saya banget waktu awal-awal jadi analis, hehe).

Sekarang, yuk kita bahas lebih dalam soal uji saponifikasi ini. Jangan khawatir, saya akan bawa kamu dari dasar sampai paham, tanpa bikin jidat berkerut!

 

Uji Penyabunan Minyak (Saponifikasi)

Uji penyabunan atau uji saponifikasi adalah salah satu analisis kimia yang sering dipakai dalam industri minyak nabati, sabun, kosmetik, dan bahkan biodiesel. Tapi sebenarnya apa sih pengertian saponifikasi itu?

Pengertian Saponifikasi

Secara sederhana, saponifikasi adalah reaksi kimia antara minyak (trigliserida) dan basa kuat seperti kalium hidroksida (KOH), yang menghasilkan gliserol dan sabun (garam dari asam lemak). Nah, dalam konteks uji laboratorium, kita tidak sedang bikin sabun batang buat mandi ya, tapi mengukur seberapa banyak KOH yang dibutuhkan untuk menyabunkan 1 gram minyak.

Kenapa ini penting? Karena angka yang kita dapat disebut sebagai indeks saponifikasi, dan ini bisa mengindikasikan jenis serta kualitas minyak. Semakin tinggi nilai indeksnya, semakin kecil ukuran molekul asam lemaknya—yang biasanya lebih cocok untuk kosmetik atau sabun cair.

Fungsi Uji Saponifikasi dalam Industri

Saya pernah dimintai tolong oleh salah satu perusahaan kosmetik yang bingung kenapa produk sabunnya jadi cepat basi. Setelah ditelusuri, ternyata mereka pakai minyak yang nilai indeks saponifikasinya nggak sesuai. Sejak saat itu, mereka rutin uji saponifikasi di lab kami sebelum produksi.

Uji ini membantu:

  • Menentukan kesesuaian minyak untuk sabun, lotion, atau bahan bakar.
  • Menjaga konsistensi mutu bahan baku.
  • Menghindari reaksi kimia tak diinginkan di tahap produksi selanjutnya.

Baca Juga : Arti Validasi: Lebih dari Sekadar Tanda Centang di Kertas

Kenapa Harus Peduli dengan Uji Ini?

Karena bukan cuma industri besar, bahkan pelaku UMKM sabun natural pun sudah mulai sadar pentingnya validasi mutu bahan baku.

Tantangan dalam Uji Saponifikasi

Proses ini tidak sesederhana “campur dan aduk.” Dosis KOH harus tepat, suhu dan waktu reaksi harus sesuai. Kesalahan sedikit saja bisa bikin hasil tidak valid. Dan kamu pasti sudah bisa menebak—di sinilah pentingnya kalibrasi alat ukur.

Satu kali saya pakai buret yang ternyata bocor kecil di ujungnya. Hasil titrasinya meleset jauh. Padahal, nilai indeks yang salah bisa bikin sabun jadi terlalu basa dan iritatif di kulit. Sejak saat itu, saya jadi langganan tukang kalibrasi. Serius.

Validasi: Pengawal Hasil Uji yang Bisa Dipercaya

Arti validasi dalam konteks ini bukan sekadar “cek-cek doang.” Validasi adalah proses meyakinkan bahwa metode uji saponifikasi kita bisa diandalkan dan sesuai tujuan. Mulai dari linearitas, presisi, sampai akurasi—semuanya harus dipastikan. Validasi adalah kunci, karena hasil uji tanpa validasi itu ibarat sabun tanpa busa: nggak ada gunanya.

 

Dari Minyak ke Sabun, dari Data ke Kepercayaan

Kamu mungkin nggak menyangka bahwa sepotong sabun di wastafel rumahmu punya cerita ilmiah yang cukup rumit. Tapi buat saya yang kerja di dunia kalibrasi dan pengujian, cerita ini justru jadi tantangan yang menyenangkan.

Uji saponifikasi bukan sekadar hitung-hitungan, tapi tentang kepercayaan. Kepercayaan bahwa setiap hasil uji yang keluar dari lab benar-benar bisa dijadikan dasar keputusan produksi, kualitas, dan keselamatan konsumen.

 

Butuh layanan kalibrasi, pelatihan, atau konsultasi yang akurat dan terpercaya?

Kalau kamu merasa perlu bantuan dalam pengujian bahan baku, validasi metode, atau bahkan pelatihan teknis tentang uji penyabunan dan metode analisis lainnya, jangan ragu.

Hubungi kami:

Call To Action LinkedIn Banner

Kurniawan Hidayat: 0813-2117-0714 (Info Konsultasi)

Destia Marsha: 0813-2145-5501 (Info Training)

Hubungi kami di: 0813-9438-9300 untuk layanan kalibrasi yang terpercaya dan berkualitas!

PT Sinergi Pro Inovasi (SPIN) siap bantu kamu memastikan semua hasil uji terkalibrasi dengan akurat dan bisa diandalkan.



Arti Validasi

Saya pernah ditegur senior saya gara-gara lupa mencantumkan hasil validasi di laporan kalibrasi. Bukan karena malas, tapi karena saya dulu pikir validasi itu cuma formalitas. Tapi ternyata… saya salah besar.
Validasi bukan cuma soal tanda tangan supervisor atau stempel “approved”. Validasi itu napasnya keakuratan di dunia laboratorium – dan mungkin juga dalam hidup kita (ups, kok jadi galau ya? ).

Nah, kalau kamu masih bertanya-tanya: “Apa sih arti validasi sebenarnya? Apakah validasi itu wajib? Dan kenapa semua orang di lab seperti panik kalau validasi nggak jalan?”
Tenang, kamu nggak sendiri. Saya juga pernah ada di posisi itu. Yuk, kita kupas bareng-bareng makna validasi dari kacamata praktisi lab kalibrasi seperti saya.

Arti Validasi

Kalau kamu buka KBBI atau standar mutu, mungkin kamu bakal ketemu definisi panjang. Tapi secara sederhana, arti validasi adalah proses pembuktian bahwa metode, sistem, atau peralatan yang kita gunakan benar-benar bisa menghasilkan data yang akurat dan konsisten.
Jadi, validasi artinya bukan cuma ngecek, tapi juga memastikan kalau metode kita itu “sah” dipakai untuk tujuan tertentu.
Kalau kamu masih bingung, coba bayangin gini: kamu mau bikin kopi susu enak. Kamu sudah punya kopi, susu, dan alat pembuatnya. Tapi belum tentu racikanmu enak sebelum kamu uji dulu resepnya. Nah, proses nyari tahu mana racikan yang cocok itu bisa diibaratkan proses validasi.

Definisi Validasi Menurut Praktisi

Dalam praktiknya, pengertian validasi adalah tindakan sistematis yang dilakukan untuk memastikan bahwa metode, sistem, atau perangkat lunak dalam pengujian atau kalibrasi bekerja seperti yang diharapkan.
Validasi itu apa? Ini adalah proses formal yang menjawab pertanyaan: “Apakah metode ini cocok untuk tujuan tertentu?”
Misalnya, kalau kamu mau mengukur voltase dengan multimeter digital, validasi akan memastikan bahwa multimetermu benar-benar memberikan hasil yang bisa dipercaya, sesuai standar.

Tujuan Validasi

Tujuan validasi adalah agar hasil pengujian atau kalibrasi yang kamu lakukan tidak asal jadi. Validasi menjamin bahwa data kamu itu kredibel dan dapat dipertanggungjawabkan.
Karena di dunia laboratorium, sekali salah — bisa fatal. Salah hitung, bisa merugikan klien. Salah prosedur, bisa mengacaukan audit. Salah paham… bisa bikin kamu lembur (iya, ini pengalaman pribadi juga ).

 

Proses Validasi Adalah Hal Serius, Tapi Bisa Dibuat Menyenangkan

Banyak orang mengira proses validasi adalah urusan dokumen doang. Padahal, ini adalah kombinasi antara uji coba, pencatatan data, evaluasi hasil, dan pembuktian ilmiah.

Apa Saja yang Divalidasi?

Di laboratorium kalibrasi seperti di tempat saya, yang divalidasi bisa bermacam-macam:

  • Metode uji
  • Perangkat lunak
  • Instrumen baru
  • Alur prosedur baru
    Kalau kamu ngira validasi cuma buat alat, kamu perlu update referensi, bro!

Kapan Validasi Harus Dilakukan?

  • Saat ada metode baru
  • Saat ada alat baru
  • Setelah modifikasi prosedur
  • Setelah maintenance berat
    Intinya, kalau ada perubahan signifikan, wajib validasi. Jangan nunggu error baru panik!

Baca Juga : Buret Adalah Kunci Sukses Titrasi: Yuk, Pahami Fungsi dan Cara Pakainya!

Validasi Itu Juga Soal Tanggung Jawab

Validasi bukan hanya bagian dari SOP, tapi juga soal integritas kita sebagai praktisi laboratorium.

Maksud Validasi Adalah Menjawab Pertanyaan “Apakah Ini Layak?”

Validasi itu kayak kamu nanya ke diri sendiri: “Alat ini layak nggak sih dipakai untuk ngasih hasil yang akurat?”
Kalau belum yakin, berarti belum valid.

Makna Validasi Bagi Profesional

Buat saya pribadi, makna validasi bukan cuma teknis. Ini soal kredibilitas. Saat hasil kalibrasi kita divalidasi, artinya kita menjamin kepercayaan klien.
Dan percaya deh, nggak ada yang lebih bikin bangga dari klien yang bilang:
“Hasil dari lab kamu presisi banget, ya!”

 

Hubungi Kami:

Sekarang kamu sudah tahu apa itu validasi dan kenapa penting banget dalam proses kalibrasi, pelatihan, bahkan konsultasi teknis. Jangan anggap remeh!

Kalau kamu butuh layanan yang tidak hanya terlihat rapi, tapi juga benar-benar tervalidasi, langsung saja hubungi kami:

Call To Action LinkedIn Banner

Kami di PT Sinergi Pro Inovasi (SPIN) siap bantu kamu memastikan sistemmu valid dan terpercaya.

 



 

buret

Kenapa Kamu Harus Peduli Sama Buret?

Saya masih ingat saat pertama kali pegang buret waktu praktikum di bangku kuliah. Tangan gemetaran, mata fokus ke meniskus, dan dosen berdiri seperti wasit bulu tangkis. Kalau kamu pernah ngalamin juga, berarti kita senasib. Tapi tahu nggak? Seiring waktu, saya sadar—buret bukan sekadar tabung panjang dengan kran kecil di ujungnya. Ini adalah senjata utama dalam titrasi. Sekali kamu keliru membaca meniskus atau salah putar krannya, hasilnya bisa bikin kepala laboratorium ikut pusing.

Di PT Sinergi Pro Inovasi, saya sering menemukan bahwa akurasi titrasi tergantung banget pada satu hal: penggunaan buret yang benar. Dan percayalah, ada banyak orang di luar sana yang masih salah kaprah soal ini. Jadi kalau kamu memang serius di dunia laboratorium, yuk kita bahas tuntas tentang si alat mungil nan penting ini.

 

Apa Itu Buret dan Kenapa Penting Banget di Laboratorium?

Pengertian dan Fungsi Dasar Buret

Buret laboratorium adalah alat ukur berbentuk silinder panjang, biasanya terbuat dari kaca borosilikat, dengan skala pengukuran presisi dan kran di bagian bawahnya. Fungsi buret laboratorium adalah untuk menyalurkan larutan dengan volume yang sangat presisi ke dalam larutan lain saat proses titrasi berlangsung. Dalam dunia kimia analitik, buret berfungsi untuk mengetahui titik ekivalen saat dua zat bereaksi sempurna.

Jadi sederhananya: buret berfungsi untuk memastikan kamu nggak asal tuang larutan. Buret digunakan untuk mengukur volume larutan yang diteteskan secara perlahan, sehingga reaksi kimia yang terjadi bisa dikontrol dan diukur dengan tepat.

Macam-Macam Buret dan Bagian-Bagiannya

Ada dua jenis utama buret: buret asam dan buret basa. Perbedaan biasanya hanya pada warna kran (keran stopcock), meskipun fungsinya sama. Buret terdiri dari beberapa bagian penting: tabung silinder, skala buret, keran atau stopcock, dan ujung tetes.

Bagian yang paling sering bikin bingung? Meniskus! Meniskus bawah harus dibaca sejajar mata untuk memastikan pengukuran volume buret akurat. Jangan sampai salah lihat—salah posisi mata bisa membuat volume yang kamu baca jadi bias.

 

Cara Menggunakan Buret dengan Benar

Langkah-Langkah Penggunaan Buret

  1. Bersihkan buret sebelum digunakan.
  2. Isi buret dengan larutan yang akan digunakan.
  3. Pastikan tidak ada gelembung udara di ujung kran.
  4. Catat posisi meniskus bawah sebagai titik awal.
  5. Lakukan titrasi perlahan dan berhenti saat indikator berubah warna.

Mudah? Iya. Tapi seringkali diremehkan. Di lapangan, saya sering lihat teknisi kurang teliti saat membaca meniskus atau buru-buru membuka kran. Akibatnya? Volume buret nggak tercatat akurat dan hasil titrasi jadi amburadul.

Cara Membaca Meniskus yang Benar

Meniskus adalah lengkungan permukaan cairan dalam buret akibat gaya adhesi dan kohesi. Untuk membaca meniskus dengan benar:

  • Pastikan posisi mata sejajar dengan meniskus.
  • Bacalah pada titik terendah dari lengkungan (meniskus bawah).
  • Hindari bayangan atau cahaya berlebih agar skala buret terlihat jelas.

Baca Juga : Prinsip Titrasi Asam Basa: Cara Sederhana Memahami Reaksi yang Menentukan Kualitas

Kesalahan Umum dan Tips Menghindarinya

Masalah yang Sering Terjadi Saat Menggunakan Buret

  • Lupa zeroing buret sebelum digunakan.
  • Meniskus dibaca dari atas.
  • Ada gelembung udara di ujung kran.
  • Menggunakan buret yang belum dikalibrasi.

Kalau kamu pernah melakukan salah satu dari hal di atas, tenang, kamu nggak sendirian. Tapi sekarang saatnya perbaiki, karena buret kimia bukan sekadar alat bantu, tapi alat pengendali akurasi dalam analisa laboratorium.

Tips Profesional dari Pengalaman Saya

  • Selalu cek buret sebelum digunakan: ada retak? Ada kotoran?
  • Gunakan buret yang sesuai kapasitasnya (10 mL, 25 mL, atau 50 mL).
  • Simpan buret secara vertikal setelah dibersihkan, jangan dibaringkan.
  • Gunakan pelat putih di belakang buret agar meniskus lebih mudah terlihat.

 

Akurasi Dimulai dari Buret yang Dipahami

Buret bukan cuma tabung dengan kran, tapi sahabat sejati buat kamu yang kerja di laboratorium. Tanpa pemahaman yang baik, alat sekecil ini bisa merusak seluruh proses analisis. Jadi jangan remehkan detail kecil seperti skala buret, cara kerja buret, atau bahkan sekadar posisi mata saat membaca meniskus.

Kalau kamu ingin buret kamu bekerja maksimal, pastikan dia selalu dikalibrasi dengan baik. Dan kalau kamu butuh bantuan profesional, jangan ragu!

 

📞 Butuh layanan kalibrasi, pelatihan, atau konsultasi yang akurat dan terpercaya?

Hubungi kami di:

Call To Action LinkedIn Banner


PT SInergi Pro Inovasi

LABORATORIUM

KALIBRASI

Sampaikan kepada Kami apa yang Anda butuhkan, Kami siap melayani
0813-9438-9300

www.laboratoriumkalibrasispin.co.id

kalibrasi@spinsinergi.com