M. Taufik Alamsah | Laboratorium Kalibrasi SPIN - Part 3


uji millon adalah

Kalau Kamu pernah melihat larutan bening yang tiba-tiba jadi kemerahan setelah dipanaskan, jangan panik—itu bukan drama laboratorium, itu kemungkinan reaksi uji Millon yang berjalan mulus. Sebagai orang yang sehari-hari bergelut dengan standar dan akurasi di PT Sinergi Pro Inovasi (SPIN), saya sering mengandalkan uji Millon sebagai “detektor cepat” keberadaan protein—tepatnya gugus fenolik tirosin.

 

Uji millon adalah

Ketika kita bilang uji millon adalah tes kualitatif untuk mendeteksi protein yang mengandung tirosin, maksudnya: reagen Millon (campuran garam merkuri dalam asam nitrat) akan bereaksi dengan gugus fenolik pada tirosin. Hasil positif memberi warna merah hingga merah bata setelah pemanasan. Dalam pekerjaan analitik, reaksi uji Millon ini sering dipakai sebagai konfirmasi cepat—ringkas, tajam, dan hemat waktu. Ya, ada juga yang menulis uji milon (tanpa “l”), tapi yang benar adalah millon.

Pengertian Singkat & Kapan Dipakai

millon adalah reagen klasik untuk uji millon pada protein yang memiliki residu tirosin. Tes ini cocok untuk pengajaran, kontrol kualitas sederhana, atau skrining awal sebelum analisis kuantitatif. Karena sifatnya kualitatif, ia menjawab “ada/tiada”. Buat kebutuhan yang lebih presisi, tetap lanjutkan ke metode kuantitatif.

Prinsip Uji Millon (inti reaksi)

prinsip uji millon bertumpu pada reaktivitas gugus fenolik tirosin terhadap reaksi millon: nitrasi/kompleksasi oleh reagen Millon menghasilkan kompleks berwarna merah setelah pemanasan ringan. Tanpa tirosin, warna khas tidak muncul—itulah kenapa uji ini spesifik pada protein tertentu.

 

Reagen, Prosedur, & Interpretasi

Sebelum mulai, pastikan APD lengkap. Millon mengandung senyawa merkuri—jadi perlakukan dengan hormat, bukan dengan nekat. Ingat, akurasi bagus itu keren; keselamatan kerja jauh lebih keren.

Komposisi Reagen Millon & Cara Siap Pakai

Reagen Millon umumnya berupa merkuri(II) dalam asam nitrat yang telah “dinitrasi/diaktivasi”. Banyak lab menyimpannya sebagai reagen siap pakai untuk stabilitas dan konsistensi. Pastikan label, tanggal pembuatan/kedaluwarsa, serta botolnya bersih—reagen kusut bisa bikin hasil ikut kusut.

Langkah Uji Millon pada Protein & Baca Hasil

  1. Ambil sampel larutan protein (atau ekstrak) dalam tabung reaksi.
  2. Tambahkan beberapa tetes reagen Millon.
  3. Panaskan pelan (water bath atau pemanas rendah).
  4. Hasil positif: muncul warna merah/merah bata.
  5. Hasil negatif: tetap pucat/tak berwarna khusus.
    Tip kecil: jangan terlalu bersemangat memanaskan; ini reaksi, bukan lomba sate. Pemanasan cukup untuk mengembangkan warna tanpa merusak sistem.

Baca Juga : Kesalahan Kalibrasi Disebabkan Oleh Apa? 9 Biang Error yang Sering Terlewat (+Cara Cegah)

Kualitas Hasil: Faktor Teknis, Kesalahan Umum, & Solusi

Sifat kualitatif bukan alasan untuk asal-asalan. Di SPIN, saya menekankan kontrol proses—karena konsistensi adalah separuh dari kebenaran laboratorium.

Faktor yang Mempengaruhi Akurasi

  • Kualitas reagen: reaksi uji millon sensitif terhadap kemurnian dan umur reagen.
  • pH & matriks sampel: asam kuat hadir—hindari campuran liar yang mengganggu reaksi millon.
  • Konsentrasi protein: terlalu encer bisa bikin warna malu-malu.
  • Waktu & suhu pemanasan: terlalu panas = reaksi samping; terlalu dingin = warna “ogah” muncul.
  • Kebersihan alat: residu sebelumnya bisa jadi “seniman” yang memberi warna palsu.

Troubleshooting: “Warna Kok Nggak Muncul?”

  • Reagen lemah/kedaluwarsa: ganti batch; catat nomor lot.
  • Sampel minim tirosin: ingat, uji millon pada protein deteksi tirosin—bukan semua asam amino.
  • Pemanasan kurang: tambah waktu sedikit—pelan tapi pasti.
  • Interferensi matriks: lakukan blanko & kontrol positif.
  • Kesalahan penamaan: kalau Kamu menulis uji milon, hasilnya tetap sah; yang penting tekniknya benar (tapi tetap, ejaannya Millon ya).

 

Penerapan, Keselamatan, & Praktik Baik (Good Lab Practice)

Uji cepat tetap butuh disiplin. Di sinilah kalibrasi alat dan SOP berperan: membuat hasil dapat diulang (repeatable) dan dapat dibanding (comparable).

Praktik Baik yang Saya Rekomendasikan

  • Kontrol berkala: sertakan blanko dan kontrol positif tiap batch.
  • Catatan lengkap: tanggal, operator, prinsip uji millon yang digunakan, kondisi pemanasan, foto warna.
  • Kalibrasi peralatan bantu: pipet, timer, water bath—tanpa kalibrasi, hitungan detik bisa menipu.
  • Pelatihan teknisi: langkah sederhana sering gagal karena interpretasi warna yang subjektif.

Keselamatan Kerja & Limbah

  • APD wajib: jas lab, kacamata, sarung tangan.
  • Merkuri bukan mainan: kelola limbah reagen Millon sesuai regulasi; jangan buang sembarangan.
  • Ventilasi baik: kurangi paparan uap asam.
    Humor sopan: ingat, reaksi Millon bikin larutan merah—bukan pipi Kamu kalau kena tegur auditor. Jadi kerjakan sesuai SOP ya.

 

Butuh Bantuan Profesional?

Kalau Kamu ingin hasil yang konsisten dan dapat dipertanggungjawabkan—mulai dari kalibrasi alat, pelatihan, sampai konsultasi SOPsaya dan tim SPIN siap membantu. Kita pastikan uji sederhana seperti uji Millon sampai analisis lanjutan berjalan rapi, aman, dan kredibel.

Butuh layanan kalibrasi, pelatihan, atau konsultasi yang akurat dan terpercaya? Hubungi kami:

Call To Action LinkedIn Banner

Destia Marsha: 0813-2145-5501 (Info Training)

Hubungi kami di: 0813-9438-9300 untuk layanan kalibrasi yang terpercaya dan berkualitas!

Mari buktikan: hasil yang baik itu bukan kebetulan—itu kebiasaan yang dibangun dengan standar.



kesalahan kalibrasi disebabkan oleh

Kalau ada satu hal yang bikin saya paling “garuk kepala” di lab, itu saat alat sudah dikalibrasi… tapi hasil ukurnya tetap ngaco. Kamu mungkin pernah juga: data bagus di atas kertas, tapi di lapangan “melenceng halus”. Tenang—bukan Kamu saja. Banyak kesalahan kalibrasi justru lahir dari hal-hal kecil: kesalahan titik nol, prosedur yang kebablasan, atau kondisi lingkungan yang “iseng” berubah. Di artikel ini, saya ajak Kamu bongkar kesalahan sistematik yang diakibatkan oleh kesalahan pada instrumen yang digunakan adalah contoh nyata yang sering terjadi, plus cara praktis mencegahnya—dengan sedikit humor sopan, biar belajarnya nggak tegang.

Sedikit konteks dulu: kesalahan kalibrasi adalah error yang terjadi selama atau akibat proses kalibrasi sehingga keluaran alat tidak lagi sesuai dengan standar rujukan. Ia bisa bersumber dari manusia, instrumen, maupun lingkungan. (Kalibrasi News)

 

Kesalahan kalibrasi disebabkan oleh

Dalam praktik, akar masalahnya sering “berkelompok”: faktor manusia (personal), alat/teknik (instrumental/sistematik), dan lingkungan (natural). Ketiganya bisa saling memperkuat. (Kalibrasi News)

kesalahan kalibrasi disebabkan oleh

Mari mulai dari yang paling sering bikin saya senyum kecut: kesalahan titik nol (zero error). Sesederhana jarum/indikasi tidak kembali ke nol saat input sebenarnya nol. Kecil? Justru itu—biasnya ikut terbawa ke semua titik ukur. Itulah kenapa nol yang “ngambek” harus diselesaikan dulu sebelum bicara span atau linearitas. (control.com, Flagship Facility Services)

kesalahan kalibrasi disebabkan oleh

Sekarang ke kesalahan sistematik yang diakibatkan oleh kesalahan pada instrumen yang digunakan adalah: salah pilih komponen/alat rujukan, instrumen drift, paralaks, hingga setting sensitivitas yang keliru. Ini menimbulkan error terstruktur seperti span error, non-linearitas, atau histeresis—bukan sekadar “kebetulan”. Kabar buruknya, zero error hampir selalu “nebeng” bersama error lain; kabar baiknya, pola sistematik bisa ditelusuri dan dikoreksi. (Kalibrasi News, control.com)

Baca Juga : Cara Mengukur Grounding dengan Multitester Digital: Panduan Praktis, Aman, dan Anti Ribet

Faktor Lingkungan & Proses yang Memperparah Error

Kalau alat ukur punya perasaan, dia pasti “baper” saat Kamu pindah ruangan tanpa izin—suhu berubah, getaran datang, kelembapan naik. Lingkungan sering membuat zero dan span bergeser pelan tapi pasti. Pilih sensor/instrumen yang dikompensasi suhu, atur kondisi ruangan, dan jangan remehkan stabilisasi waktu pemanasan (warm-up). (blog.ashcroft.com)

kesalahan kalibrasi disebabkan oleh

Proses yang terburu-buru juga juara bikin masalah: prosedur tidak mengikuti standar, dokumentasi minim, atau alat pembanding tidak sesuai kelasnya. Di industri, daftar “dosa klasik” termasuk melewatkan penyesuaian zero & span, mengabaikan petunjuk pabrikan, dan memakai peralatan kalibrasi yang tidak tepat. (Instrumentation and Control Engineering)

kesalahan kalibrasi disebabkan oleh

Jangan lupa faktor manusia. Operator yang kurang training bisa menambah ketidakpastian: salah membaca skala, salah koneksi, sampai salah memilih metode. Di literatur ketidakpastian, kontribusi human factor sering muncul paling awal—artinya perlu SOP yang rapi dan pelatihan yang terjadwal. (Kalibrasi News)

 

Cara Cegah: Checklist Singkat Sebelum–Saat–Sesudah Kalibrasi

SOP yang konsisten adalah “sabuk pengaman” Kamu. Mulai dari pemilihan standar rujukan sampai analisis data pascauji. Ingat, kesalahan di satu tahap bisa merembet ke tahap berikutnya—jadi disiplin proses itu wajib. (Kalibrasi News)

kesalahan kalibrasi disebabkan oleh

Sebelum:

  • Pastikan standar acuan berjejak ke SI (traceable) dan masih dalam masa kalibrasi.
  • Stabilkan lingkungan (suhu, RH, getaran), lakukan warm-up alat.
  • Verifikasi titik nol dan kondisi mekanik/elektrik; ganti/betulkan jika ada drift.
  • Siapkan metode sesuai standar (mis. ISO/IEC 17025, VIM), dan siapkan formulir data. (Kalibrasi News)

kesalahan kalibrasi disebabkan oleh

Saat & Sesudah:

  • Ikuti prosedur: zero–span–linieritas–histeresis (sesuaikan jenis alat). Catat setiap anomali.
  • Hindari bias pembacaan (paralaks, resolusi, repeatability). Ulangi pengukuran untuk mereduksi variabilitas acak.
  • Analisis data: hitung koreksi, estimasi ketidakpastian, dan berikan rekomendasi yang realistis (interval kalibrasi berikutnya berbasis risiko penggunaan).
  • Dokumentasikan lengkap; tanpa catatan, koreksi berikutnya seperti “mencari kunci di ruangan gelap”. (control.com, Kalibrasi News)

 

Ringkasnya (biar Kamu mudah mengingat)

  1. Zero dulu, baru yang lain. Zero error kecil bisa meracuni semua titik. (control.com)
  2. Instrumen tepat & sehat. Kesalahan sistematik sering berasal dari alat/setting—span, linearitas, histeresis. (Kalibrasi News)
  3. Lingkungan stabil. Suhu/kelembapan mempengaruhi zero dan span; gunakan alat yang dikompensasi suhu bila perlu. (blog.ashcroft.com)
  4. Operator terlatih + SOP rapi. Human factor itu nyata; training mengurangi bias. (Kalibrasi News)
  5. Proses tertib dari awal sampai akhir. Salah satu langkah “meleng” bisa menggagalkan semuanya. (Kalibrasi News)

 

Butuh kami dampingi?

Kamu butuh kalibrasi, pelatihan, atau konsultasi yang benar-benar akurat dan bisa dipertanggungjawabkan? Di SPIN, saya dan tim biasa mulai dari audit kebutuhan, set-up lingkungan, sampai rekomendasi interval kalibrasi berbasis risiko—bukan sekadar “stempel selesai”.

Call To Action LinkedIn Banner

Destia Marsha: 0813-2145-5501 (Info Training)

Hubungi kami di: 0813-9438-9300 untuk layanan kalibrasi yang terpercaya dan berkualitas!

Kamu fokus di kualitas produk; biar kami yang menjaga akurasinya.



cara mengukur grounding dengan multitester digital

Sebagai ahli di laboratorium kalibrasi PT Sinergi Pro Inovasi, saya sering dipanggil saat listrik “baper”—trip mendadak, alat kejut ringan, atau suara “cess” ketika Kamu menyentuh casing mesin. 80% kasusnya bermuara pada satu hal: grounding. Kabar baiknya, Kamu bisa cek grounding sendiri secara indikatif dengan multitester digital (DMM). Kabar lebih baiknya lagi, saya akan memandu langkah demi langkah dengan bahasa waras, tanpa membuat Kamu merasa ikut ujian fisika. Sedikit humor biar rileks: multitester memang multifungsi, tapi jangan dipakai aduk kopi ya.

 

Kenapa Grounding Penting & Peran Multitester

Grounding itu “jalur pulang” arus gangguan. Tanpanya, kebocoran arus mencari jalan lain—sayangnya bisa lewat tubuh Kamu. Multitester digital tidak menggantikan earth ground tester 3/4 titik untuk pengukuran standar, tapi sangat membantu screening cepat: cara cek grounding listrik, cara cek grounding rumah, dan verifikasi koneksi dasar sebelum tindakan lanjutan.

cara mengukur grounding dengan multitester digital

Untuk mengukur grounding secara indikatif, cara ukur grounding dengan multitester paling sederhana adalah:

  1. Uji Tegangan (AC Voltage Test): Set DMM ke AC (mis. 600 V). Ukur fase–ground dan fase–netral pada stop kontak. Bacaan fase–ground ~ fase–netral menandakan ground terkoneksi. Ini bagian dari cara cek grounding listrik.
  2. Uji Kontinuitas/Resistansi (matikan sumber!): Saat instalasi dimatikan dan aman, set DMM ke Ohm. Ukur tahanan antara titik ground outlet/panel dengan elektroda tanah (atau bar grounding). Nilai rendah menunjukkan koneksi ada. Ini bentuk cara cek grounding rumah dan mengukur grounding secara indikatif.

Catatan: angka Ohm dari DMM bukan nilai resistansi tanah resmi; gunakan earth tester untuk angka standar kepatuhan.

cara mengukur grounding dengan avometer

Prinsipnya sama dengan DMM, hanya skala dan jarum analog (avometer) yang perlu ketelitian mata. Cara mengukur grounding dengan avometer: pilih skala AC untuk uji tegangan dan Rx1/Rx10 untuk kontinuitas. Pastikan jarum kembali ke nol (kalibrasi ohm) sebelum ukur. Baik cara cek grounding analog maupun digital, keselamatan tetap nomor satu.

 

Persiapan & Keselamatan (Wajib Dibaca)

Sebelum mulai, ingat: listrik tidak kenal bercanda. Kalau ragu, hentikan.

cara cek grounding listrik

  • APD & SOP: Gunakan sarung tangan isolasi, sepatu safety, dan test pen untuk cek fase dulu.
  • Konfirmasi Tegangan: Saat uji AC, jangan menyentuh probe bagian logam. Sentuhkan probe hitam ke ground, probe merah ke fase, lalu ke netral. Perbedaan bacaan membantu cara cek grounding listrik yang aman.
  • Polaritas Outlet: Jika fase–ground tidak menunjukkan tegangan mendekati fase–netral, kemungkinan ground putus atau terpasang salah.

cara cek grounding rumah

  • Matikan Sumber: Untuk uji Ohm, matikan MCB utama. Pastikan nol energi.
  • Jalur Ground ke Elektroda: Ukur tahanan dari busbar ground di panel ke rod tanah. Nilai kecil → koneksi ada. Ini bagian dari cara cek grounding rumah, cara ukur grounding, dan mengukur grounding.
  • Batasan Penting: Hasil DMM hanya screening. Untuk angka resmi (mis. <5Ω, tergantung standar), gunakan earth tester. Ingat, cara ukur grounding dengan multitester bukan pengganti pengujian standar.

 

Langkah Pengukuran Indikatif & Interpretasi

Mari gabungkan semuanya jadi urutan yang rapi dan mudah diulang (biar Kamu pede).

cara ukur grounding dengan multitester

  1. Uji AC fase–netral: Catat tegangan (mis. 220–230 V).
  2. Uji AC fase–ground: Nilainya mendekati fase–netral? Ground terhubung. Nilai jauh lebih kecil/acak? Cek grounding Kamu, bisa jadi ada masalah koneksi.
  3. Uji AC netral–ground: Di instalasi sehat, mendekati 0–2 V (bisa ada sedikit beda karena drop). Jika tinggi, indikasi netral/ground bermasalah.

cara mengukur grounding dengan multitester digital

  1. Matikan MCB utama untuk uji resistansi.
  2. Mode Ohm (Ω): Ukur dari titik ground outlet/panel ke elektroda tanah.
  3. Baca tren, bukan mutlak: Nilai kecil = koneksi ada. Nilai besar/tak terbaca = cek grounding (sambungan kendor, korosi, atau kabel putus).
  4. ULANGI, ULANGI, DAN ULANGI di beberapa titik outlet untuk memetakan area bermasalah. Inilah esensi cara cek grounding, cara ukur grounding, dan cara cek grounding listrik secara praktis.

Baca Juga : Komponen Power Supply: Fungsi, Bagian, dan Contoh PSU yang Wajib Kamu Tahu (Panduan Lengkap + Tips Praktis)

FAQ Mini (Biar Makin Mantap)

cara mengukur grounding dengan multitester digital

Apakah DMM bisa ganti earth tester? Tidak. DMM untuk screening, earth tester untuk angka kepatuhan. Namun cara mengukur grounding dengan multitester tetap bermanfaat untuk cek grounding harian dan menemukan gejala awal.

cara mengukur grounding dengan avometer

Analog masih layak dipakai? Bisa. Cara ukur grounding dengan avometer sama prinsipnya, hanya pastikan kalibrasi jarum, gunakan skala tepat, dan ulangi pengukuran. Kalau Kamu ingin hasil konsisten, alat yang terkalibrasi itu kuncinya.

 

Ringkasan Cepat Sebelum Kamu Bertindak

  • Tujuan: cara cek grounding rumah dan cara cek grounding listrik secara indikatif.
  • Langkah inti: Uji AC (fase–ground ≈ fase–netral) + Uji Ohm saat sumber off.
  • Batasan: Untuk kepatuhan, butuh earth ground tester dan sertifikat kalibrasi alat ukur.
  • Tips akurasi: Gunakan alat terkalibrasi, probe bersih, ulangi pengukuran (ULANGI, ULANGI, DAN ULANGI), dan dokumentasikan.

 

Butuh Hasil Akurat & Bisa Dipertanggungjawabkan?

Kalau setelah membaca ini Kamu ingin hasil yang valid, terdokumentasi, dan sesuai standar, tim PT Sinergi Pro Inovasi (SPIN) siap membantu: kalibrasi alat ukur, pelatihan praktis, dan konsultasi teknis untuk sistem grounding dan keselamatan kelistrikan.

Butuh layanan kalibrasi, pelatihan, atau konsultasi yang akurat dan terpercaya?

Call To Action LinkedIn Banner

Destia Marsha: 0813-2145-5501 (Info Training)

Hubungi kami di: 0813-9438-9300 untuk layanan kalibrasi yang terpercaya dan berkualitas!

Dengan alat yang terkalibrasi, prosedur yang tepat, dan pendampingan yang benar, cara mengukur grounding dengan multitester digital bukan hanya jadi teori—tapi kebiasaan kerja aman yang menyelamatkan aset, waktu, dan tentu saja, Kamu.



komponen power supply

Kalau ada satu perangkat yang paling sering “disalahpahami” di meja kerja saya, itu adalah power supply. Banyak yang hanya melihat kotak besi dengan kipas, padahal di dalamnya ada orkestrasi komponen yang bekerja rapi agar perangkat Kamu aman dan stabil bertenaga. Sebagai orang lab kalibrasi di PT Sinergi Pro Inovasi, saya sering menjumpai kasus lucu—seorang teknisi membawa contoh power supply yang “katanya” rusak, ternyata cuma bagian power supply pada komponen PSU-nya longgar. Iya, sesederhana itu. (Humor tipisnya: kalau kipas PSU sudah berdebu, itu bukan efek spesial—itu alarm perawatan 😄).

 

 

Komponen Power Supply

Bagian inti power supply bisa dibayangkan seperti jalur air: dari tegangan AC “mentah” disalurkan, disaring, diatur, lalu dikirim ke beban. Dalam praktik lab, saya selalu mulai dari identifikasi bagian power supply: penyearah (rectifier), komponen PSU untuk perata riak (filter), pengatur tegangan (regulator), hingga sirkuit proteksi. Saat Kamu melihat gambar komponen power supply, pikirkan alurnya: sumber → penyearah → filter → regulator → proteksi → keluaran. Pendekatan sederhana ini memudahkan troubleshooting dan kalibrasi.

Komponen Power Supply: Penyearah & Filter (Fondasi Tegangan DC)

Di tahap awal, contoh power supply apa pun—dari adaptor kecil hingga komponen power SMPS—selalu memiliki penyearah (dioda/bridge). Tugasnya mengubah AC ke DC berdenyut. Lalu filter (biasanya kapasitor elektrolit besar) meratakan riak. Saat membaca gambar komponen power supply, Kamu biasanya menemui jembatan dioda, kapasitor utama, dan resistor pembuang (bleeder). Periksa fisik komponen PSU ini: bengkak, bocor, atau gosong adalah ciri klasik yang mudah Kamu temukan.

Komponen Power Supply: Regulator & Proteksi (Stabil, Aman, dan Konsisten)

Tahap berikutnya adalah regulator—bisa linear (IC 78xx/LM317) atau switching (PWM controller + MOSFET + trafo ferrite). Inilah “otak” yang mengatur tegangan agar stabil. Tambahannya ada proteksi: overcurrent, overvoltage, overtemperature. Pada bagian power supply modern, Kamu juga akan melihat optocoupler dan feedback untuk kestabilan loop. Semua ini adalah komponen PSU yang menjaga beban (perangkat Kamu) tetap aman.

Baca Juga : Cara Membaca Multimeter Analog (AVO Meter) dengan Akurat: Trik Teknis & Kesalahan yang Wajib Kamu Hindari

Bagian Power Supply dan Cara Kerjanya

Supaya makin relate, bayangkan Kamu membongkar sebuah PSU komputer. Kamu akan menjumpai jalur AC-in, EMI filter, jembatan dioda, kapasitor bulk, section switching, trafo, penyearah sekunder, dan feedback. Di lab, saya sering menjelaskan ke peserta pelatihan: pahami bloknya dulu, rinciannya menyusul.

EMI Filter, Bridge, dan Kapasitor Bulk (Gerbang Kualitas Daya)

Komponen power di tahap input: sekering (fuse), NTC inrush limiter, choke EMI, dan X/Y capacitor. Fungsinya menyaring gangguan dan membatasi arus masuk awal. Dilanjut bridge rectifier dan kapasitor bulk berkapasitas besar—kalau Kamu melihat gambar komponen power supply, bentuknya biasanya silinder tinggi. Tanpa filter yang baik, riak akan “bernyanyi” ke seluruh rangkaian.

Sisi Sekunder, Feedback, dan Proteksi (Akurasi Itu Penting)

Di sisi sekunder, ada dioda Schottky/rectifier, LC filter, lalu sensor feedback (via TL431/optocoupler) yang memberi “kabarnya” ke sisi primer. Bagian power supply ini memastikan output 5V/12V tetap presisi. Komponen PSU seperti shunt resistor dan IC proteksi menjaga beban dari arus berlebih. Buat contoh power supply industri, proteksi ini krusial agar downtime tidak terjadi.

 

Contoh Power Supply, Tips Pemilihan, dan Perawatan

Dalam praktik, saya bedakan dua keluarga besar: linear dan SMPS. Linear itu sederhana, ripple rendah, tapi boros panas. SMPS efisien, ringkas, namun desainnya lebih kompleks—ketepatan komponen dan layout memegang peran.

Contoh Power Supply: Linear vs SMPS (Kapan Memilih yang Mana?)

  • Linear PSU: Cocok untuk audio/laboratorium yang butuh noise sangat rendah. Komponen power kuncinya: trafo besar, dioda, kapasitor, regulator linear. Saat Kamu melihat gambar komponen power supply linear, layout-nya cenderung sederhana dan berat.
  • SMPS (Switching PSU): Pilihan umum komputer, industri, dan perangkat modern. Bagian power supply kaya komponen: PWM IC, MOSFET, trafo ferrite, optocoupler, dan rangkaian proteksi. Komponen PSU ini meminimalkan panas dan ukuran, dengan efisiensi tinggi.

Checklist Praktis Saat Memilih PSU (Ala Lab Kalibrasi)

  1. Daya & Headroom: Ambil margin 20–30% di atas beban.
  2. Ripple & Noise: Cek spesifikasi; makin rendah makin baik—terutama untuk sensor/alat ukur.
  3. Proteksi Lengkap: OVP, OCP, OTP wajib.
  4. Kualitas Komponen: Kapasitor low-ESR, MOSFET berkualitas, pendinginan cukup.
  5. Sertifikasi & Label: Safety, efisiensi, dan jejak brand.
  6. Dukungan Teknis: Skema, gambar komponen power supply, dan manual jelas.
  7. Kalibrasi & Uji: Untuk aplikasi kritis, minta data uji atau layanan kalibrasi agar hasil terjamin.

 

Komponen Power Supply: Studi Kasus Ringan & Cara Baca Gejala

Di lapangan, saya suka mulai dari inspeksi visual lalu pengukuran dasar—sederhana tapi akurat hasilnya.

Gejala Umum dan Arah Diagnosa

  • Bunyi dengung/coil whine: Cek choke/trafo, kencangkan mounting.
  • Drop tegangan: Curigai kapasitor sekunder, sambungan longgar.
  • PSU mati total: Periksa fuse, NTC, MOSFET, hingga IC PWM.
  • Overheat: Pastikan aliran udara, pasta termal, dan kipas.

Kebiasaan Baik untuk Umur PSU yang Panjang

  • Jaga kebersihan (debu = musuh pendinginan).
  • Hindari beban mepet kapasitas.
  • Simpan catatan uji: riwayat tegangan, riak, suhu—berguna saat perawatan berkala.
  • Saat memasang, foto gambar komponen power supply; dokumentasi membantu saat troubleshooting berikutnya.

 

Komponen Power Supply: Ringkas, Terukur, Andal

Kalau Kamu paham bloknya, membaca bagian power supply ibarat membaca peta kota—jelas arahnya, mudah mencari sumber masalah. Komponen power yang tepat dan komponen PSU yang sehat akan menjaga perangkat Kamu bekerja stabil, aman, dan awet. Dari contoh power supply kecil di meja elektronik sampai PSU industri, prinsipnya sama: suplai daya yang bersih, terlindungi, dan terkalibrasi.

Saatnya Langkah Nyata

Butuh panduan lebih spesifik untuk proyek Kamu? Atau ingin memastikan PSU Kamu terukur sesuai standar? Butuh layanan kalibrasi, pelatihan, atau konsultasi yang akurat dan terpercaya hubungi kami

Call To Action LinkedIn Banner

Destia Marsha: 0813-2145-5501 (Info Training)

Hubungi kami di: 0813-9438-9300 untuk layanan kalibrasi yang terpercaya dan berkualitas!

Mari pastikan suplai daya Kamu bekerja seterukur rencana—bukan sekadar “nyala”, tapi stabil dan aman.



cara membaca multimeter analog

Kamu pernah menatap jarum multimeter analog yang “menari-nari” lalu bingung harus membaca angkanya dari mana? Tenang, Kamu tidak sendirian. Di lab kalibrasi PT Sinergi Pro Inovasi (SPIN), saya sering melihat teknisi baru yang ragu—bukan karena alatnya sulit, tapi karena belum tahu pola bacanya. Kabar baiknya, cara membaca multimeter analog itu logis, konsisten, dan… seru—apalagi saat jarum bergerak manis mendekati angka yang kita harapkan (ya, ini humor versi teknisi: jarum yang “baper” kalau Kamu salah pilih range).

 

Cara membaca multimeter analog

Kunci akurasi ada pada tiga hal: pemilihan range, pemahaman skala, dan disiplin pembacaan posisi mata agar bebas paralaks. Di bagian ini, saya akan mengarahkan Kamu ke sub-bab praktis (H3) yang merangkum pengalaman lapangan di SPIN—dari cara baca multimeter analog untuk DCV, hingga poin penting cara membaca voltmeter analog agar tidak tertukar antara skala 0–10, 0–50, atau 0–250. Pegang satu prinsip: pilih range yang aman terlebih dahulu, dekati nilai optimal, lalu rapikan teknik membaca.

cara membaca multimeter analog

Untuk cara membaca avometer analog pada mode tegangan searah (cara membaca multimeter DCV), pastikan selektor ada di DCV, pilih range yang lebih tinggi dari perkiraan nilai. Sambungkan probe merah ke titik positif dan hitam ke negatif. Saat jarum bergerak, baca angka di skala DC yang sesuai dengan range yang Kamu pilih. Inilah cara baca multimeter analog yang sering saya tekankan di lab: pandang tepat tegak lurus terhadap skala untuk mencegah error paralaks—jangan miring. Jika Kamu menggunakan fungsi voltmeter analog, maka cara membaca voltmeter analog sama prinsipnya: sesuaikan skala dengan range terpilih, perhatikan label skala (misalnya 0–10 tetapi range 50 V berarti setiap angka mewakili 5 V), dan jangan lupa zero-adjust sebelum mulai.

Skala, range, dan contoh cepat untuk DCV

Misal Kamu pilih range 50 V dan jarum menunjuk 7 pada skala 0–10. Itu berarti 7/10 × 50 V = 35 V. Jika masih terlalu “kasar”, turunkan range ke 10 V bila aman (supaya resolusi lebih halus). Untuk cara membaca multimeter DCV yang stabil, saya biasakan memegang probe dengan jepit buaya ketika memungkinkan—mengurangi goyangan tangan yang bikin jarum “galau”. Intinya, cara membaca voltmeter analog adalah pemetaan skala→range, lalu baca tegak lurus.

Baca Juga : Test Lead Multimeter: Fungsi, Cara Pakai, dan Tips Memilih (Biar Ukuran Kamu Tetap Akurat)

Kesalahan umum & cara menghindarinya

Sebagian besar kesalahan terjadi karena tergesa-gesa. Saya sering bilang ke tim: “bacanya jangan kejar-kejaran sama jarum.” Beri waktu sepersekian detik agar jarum berhenti dari osilasi kecil, lalu baru baca. Di bawah ini dua jebakan klasik dan cara menghindarinya.

Paralaks & zero-adjust (penentu akurasi)

Paralaks terjadi saat mata tidak sejajar lurus dengan jarum. Banyak AVO meter punya cermin kecil di belakang skala—selaraskan bayangan jarum dengan jarum asli agar bacaan presisi. Sebelum pengukuran, putar knob zero-adjust (pada mode ohm) hingga jarum tepat di “0” ohm saat probe di-short. Kebiasaan kecil ini memperbaiki cara baca multimeter analog Kamu secara signifikan. Untuk tegangan, pastikan nol mekanis jarum tidak bergeser; kalau bergeser, lakukan penyetelan kecil sesuai petunjuk alat.

Salah pilih range & salah skala

Kesalahan lain adalah memakai range terlalu rendah hingga jarum mentok (over-range). Mulai selalu dari range tertinggi, lalu turunkan bertahap. Ingat, setiap range memetakan skala secara berbeda. Dalam cara membaca avometer analog dan cara membaca voltmeter analog, biasakan menyebutkan di kepala: “Saya di range 250 V, skala 0–10 berarti 1 divisi = 25 V.” Ucapkan pelan—boleh sambil senyum—supaya otak ikut “kalibrasi.”

 

Tips akurasi ala lab kalibrasi SPIN

Di dunia kalibrasi, yang “sekadar bisa” belum cukup—kita butuh bisa yang dapat dipertanggungjawabkan. Berikut kebiasaan yang saya terapkan agar bacaan Kamu konsisten, repeatable, dan enak dipresentasikan.

Praktik terstruktur: ulangi, ulangi, dan ulangi

Jadikan prosedur baku: (1) inspeksi alat & kabel (test lead tak retak), (2) zero-adjust bila perlu, (3) pilih range aman, (4) hubungkan probe dengan polaritas benar, (5) stabilkan jarum, (6) baca tegak lurus, (7) catat dengan unit & range. Dengan pola ini, cara membaca multimeter DCV dan cara baca multimeter analog Kamu akan konsisten. Ulangi setidaknya tiga kali—kalau hasilnya berdekatan, Kamu on-track.

Kapan harus kalibrasi & hal yang perlu dicatat

Kalibrasi AVO meter tidak hanya soal “lulus-tidak”—ini tentang kepercayaan pada angka yang Kamu baca. Jika Kamu merasa jarum sering tidak kembali ke nol, hasil beda jauh dengan referensi, atau alat habis mengalami benturan, jadwalkan kalibrasi. Saat mencatat, tulis: nilai terbaca, range, skala dipakai, kondisi lingkungan (suhu/kelembapan), dan jika perlu—foto posisi jarum. Ini membuat laporan cara membaca multimeter analog Kamu kredibel, apalagi saat membahas cara membaca multimeter DCV di rapat teknis.

 

Saatnya tingkatkan akurasi pengukuranmu

Kalau Kamu ingin tim Kamu membaca multimeter analog dengan akurat, cepat, dan konsisten—mulai dari cara membaca avometer analog, cara membaca multimeter DCV, hingga cara membaca voltmeter analog—mari kita bawa praktik terbaik lab ke tempatmu. Saya dan tim SPIN siap mendampingi pelatihan, menyusun SOP, hingga kalibrasi profesional supaya angka yang Kamu lihat bukan sekadar angka, melainkan keputusan yang bisa dipercaya.

Butuh layanan kalibrasi, pelatihan, atau konsultasi yang akurat dan terpercaya?

Call To Action LinkedIn Banner

Destia Marsha: 0813-2145-5501 (Info Training)

Hubungi kami di: 0813-9438-9300 untuk layanan kalibrasi yang terpercaya dan berkualitas!

Kamu fokus pada operasional—biarkan kami yang mengurus akurasi.



test lead

Kamu pernah bertanya kenapa pengukuran multimeter bisa “ngaco” padahal skalanya sudah benar? Dari pengalaman saya di laboratorium kalibrasi PT Sinergi Pro Inovasi, biang keladinya sering kali bukan multimeternya—melainkan test lead (kabel probe) yang diam-diam aus, konduktansinya naik, atau colokannya tidak pas. Test lead itu ibarat sepasang sepatu kerja: kalau solnya botak, langkahmu tetap terasa licin meski jalanannya bagus.

 

Apa itu Test Lead & Kenapa Penting?

Test lead adalah sepasang kabel probe—umumnya merah (positif) dan hitam (negatif)—yang menghubungkan multimeter dengan objek yang diukur. Warna bukan hiasan; ia panduan polaritas agar Kamu tidak salah colok, menghindari error, dan menjaga keselamatan kerja. Sumber referensi umum juga menekankan perbedaan warna dan polaritas ini ketika menjelaskan definisi serta fungsi dasar test lead pada multimeter. (Kalibrasi News)

Fungsi Utama Test Lead dalam Pengukuran

Peran test lead itu sentral: mengalirkan sinyal dari titik ukur ke rangkaian ukur multimeter (V, A, Ω, frekuensi, dll.). Jika koneksi longgar, resistansi kontak tinggi, atau kabel retak, pembacaan bisa noise, “melompat”, atau bias. Artikel rujukan juga menegaskan fungsinya untuk memeriksa tegangan, arus, dan frekuensi sebagai bagian dari kerja multimeter. (Kalibrasi News)

Polaritas, Warna, dan Keamanan

Merah = positif (+), hitam = negatif (–). Pemasangan yang benar ke port multimeter yang sesuai membantu mencegah kerusakan alat dan kesalahan baca—ini poin dasar yang diangkat dalam sumber, dan memang paling sering diabaikan saat pengukuran lapangan. (Kalibrasi News)

 

 

Cara Menggunakan Test Lead yang Benar (Step-by-Step)

Banyak teknisi merasa “sudah bisa”, tapi ketika saya cek di lab, ada saja yang luput: ujung probe kotor, jack belum “klik”, atau shroud tidak terpasang rapat.

Pemasangan ke Port Multimeter

  1. Pasang merah ke port V/Ω/Hz (atau mA/A sesuai fungsi arus) dan hitam ke COM.
  2. Pastikan banana plug masuk penuh hingga terasa “mengunci”.
  3. Setel fungsi & rentang ukur yang sesuai.
    Rujukan juga menjelaskan pemasangan merah ke positif (+) dan hitam ke negatif (–) untuk akurasi pengukuran. (Kalibrasi News)

Saat Menyentuh Titik Ukur

  • Sentuhkan ujung probe dengan tekanan stabil, hindari goyang.
  • Bersihkan oksidasi pada terminal jika perlu (pakai contact cleaner yang sesuai).
  • Jaga jarak antartangan bila mengukur tegangan menengah/tinggi untuk mengurangi risiko tersentuh tidak sengaja.

Baca Juga : Dragendorff: Cara Cerdas Mengenali Alkaloid—Prinsip, Langkah, dan Tips Ahli Lab

 

Tips Memilih & Merawat Test Lead (Supaya Akurat & Tahan Lama)

Dalam pekerjaan kalibrasi, saya memperlakukan test lead seperti aset metrologi kecil: dipilih dengan tepat, dipelihara rutin, dan diganti saat performanya turun.

Spesifikasi Teknis yang Perlu Kamu Cek

  • Rating tegangan & arus: Banyak test lead profesional mendukung pengukuran hingga 1000 V—tentu tetap bergantung pada spesifikasi produknya. Sumber rujukan menyebut kemampuan pengujian tegangan hingga 1000 V sebagai gambaran kemampuan test lead yang mumpuni; tetap verifikasi label produk dan rating keselamatan (CAT II/III/IV). (Kalibrasi News)
  • Bahan & fleksibilitas kabel: Silikon umumnya lebih lentur dan tahan suhu.
  • Ujung probe & aksesori: pilih jarum tajam untuk PCB, penjepit buaya untuk terminal, cap isolator untuk keamanan, dan adapter sesuai kebutuhan.

Perawatan Harian (Checklist Singkat)

  • Cek visual: retak, sobek, atau serabut kawat yang keluar = ganti.
  • Bersihkan ujung probe: oksida/oli bisa menambah resistansi kontak.
  • Uji kontinuitas: pastikan resistansi kabel rendah & stabil.
  • Simpan rapi: hindari tekukan tajam; gulung longgar agar inti kabel tidak patah.
  • Kalibrasi ekosistem: bukan hanya multimeternya—test lead yang “sehat” adalah bagian dari ekosistem ukur yang akurat.

 

Butuh Bantuan Profesional?

Kalau setelah membaca ini Kamu merasa “sepertinya test lead di bengkel/lab perlu ditata ulang,” percayalah—itu langkah bagus. Pengukuran yang akurat selalu dimulai dari aksesori yang benar. Di PT Sinergi Pro Inovasi (SPIN), saya dan tim siap membantu Kamu memastikan multimeter dan test lead bekerja sesuai standar—dari audit quick check hingga program kalibrasi berkala.

Butuh layanan kalibrasi, pelatihan, atau konsultasi yang akurat dan terpercaya hubungi kami

Call To Action LinkedIn Banner

Destia Marsha: 0813-2145-5501 (Info Training)

Hubungi kami di: 0813-9438-9300 untuk layanan kalibrasi yang terpercaya dan berkualitas!

 



Dragendorff

Kamu pernah menatap larutan oranye di botol kecil lalu bertanya, “Ini serius bisa mengungkap alkaloid?” Saya pernah juga. Di laboratorium, pereaksi Dragendorff sering jadi “detektor rahasia” yang bekerja senyap tapi tegas. Sedikit humor di lab: saya suka bilang, “Kalau alkaloid itu pencuri, maka Dragendorff adalah satpam yang paling peka.” Pendek kata, Dragendorff adalah jalan cepat untuk skrining alkaloid sebelum Kamu melangkah ke konfirmasi instrumental.

Sebagai ahli di PT Sinergi Pro Inovasi (SPIN), saya akan mengajak Kamu memahami ringkas: Dragendorff adalah apa, bagaimana pereaksi Dragendorff bekerja, sampai trik kecil agar hasilnya konsisten—dengan bahasa sederhana dan contoh lapangan.

 

Dragendorff: Apa dan Mengapa

Kamu dan saya sama-sama ingin definisi yang tajam. Dragendorff adalah pereaksi klasik berbasis garam bismut (umumnya bismuth subnitrate atau garam bismut lain) yang dikombinasikan dengan iodida untuk membentuk kompleks bismut-iodida bermuatan, siap “menangkap” alkaloid bermuatan positif (basa organik nitrogen). Hasilnya? Reaksi alkaloid dengan pereaksi Dragendorff memunculkan endapan/warna oranye-cokelat ke arah kuning—ringkas, terlihat, dan informatif.

Dragendorff: Definisi dan Fungsi Praktis

Secara operasional, pereaksi Dragendorff adalah larutan uji kualitatif untuk mendeteksi alkaloid pada sampel tanaman, bahan baku farmasi, hingga ekstrak. Pereaksi Dragendorff “mengomplekskan” alkaloid (kationik) membentuk garam kompleks tak larut—itulah dasar visual endapan/warna. Untuk skrining cepat, Dragendorff sangat membantu sebelum Kamu lanjut ke HPLC/LC-MS.

Dragendorff: Prinsip Kimia Sederhana yang Efektif

Alkaloid bersifat basa (punya atom N) yang mudah terprotonasi jadi kation. Saat bertemu pereaksi Dragendorff, kation alkaloid berinteraksi dengan kompleks bismut-iodida bermuatan negatif, membentuk kompleks ionik sulit larut. Inilah inti reaksi alkaloid dengan pereaksi Dragendorff—indikasi visual yang mudah dibaca.

Baca Juga : Rumus Multimeter Analog: Cara Menghitung AVO Meter Secara Cepat, Tepat, dan Anti Keliru!

Dragendorff: Cara Pakai yang Konsisten dan Aman

Kalau saya boleh jujur, detail kecil sering jadi pembeda antara hasil “menarik” dan hasil “meyakinkan.” Pastikan Kamu konsisten dari penyiapan reagen, pH, sampai waktu kontak.

Dragendorff: Langkah Uji Kualitatif yang Rapi

  1. Siapkan sampel (ekstrak methanol/etanol atau fraksi yang diduga mengandung alkaloid).
  2. Atur pH sedikit asam (umumnya pH ~4–5) agar alkaloid terprotonasi.
  3. Teteskan pereaksi Dragendorff pada aliquot sampel di spot test/plat atau tabung kecil.
  4. Amati endapan/warna oranye-kecokelatan/kuning sebagai indikasi positif.
  5. Bandingkan blanko & kontrol positif. Di SPIN, saya selalu menyimpan kontrol referensi untuk menghindari bias visual—ini kunci konsistensi.

Dragendorff: Kiat Akurasi dari Kacamata Kalibrasi

  • Pereaksi Dragendorff adalah reagen sensitif—buat batch kecil, beri label tanggal, simpan sesuai rekomendasi.
  • pH itu krusial: reaksi alkaloid dengan pereaksi Dragendorff paling stabil saat alkaloid dalam bentuk kation.
  • Pencahayaan & latar: gunakan latar putih dan pencahayaan konsisten saat membaca perubahan visual.
  • Catat lot reagen & suhu ruang: variabel kecil bisa menggeser intensitas warna.

 

Dragendorff: Interpretasi Hasil & Troubleshooting

Kamu tentu ingin lebih dari sekadar “positif/negatif.” Kita perlu membaca nuansa, lalu mengelola sumber variabilitas.

Dragendorff: Membaca Intensitas Reaksi dengan Cermat

Pada praktiknya, endapan bisa tipis sampai jelas, tergantung kadar dan jenis alkaloid. Dragendorff adalah uji kualitatif; jadi gunakan “skala internal” (mis. +, ++, +++) yang disepakati tim. Jika perlu semi-kuantitatif, capture foto standar dengan kondisi cahaya konstan agar perbandingan antarsampel lebih objektif.

Dragendorff: Masalah Umum dan Solusi Cepat

  • Tidak muncul endapan: cek pH (terlalu basa?), reagen kadaluarsa, atau konsentrasi sampel terlalu rendah.
  • Warna samar/ambigu: tambah waktu kontak, pekatkan ekstrak, atau bandingkan kontrol positif.
  • Positif palsu: beberapa senyawa non-alkaloid bisa mengganggu; konfirmasi lanjut dengan uji spesifik atau instrumen.
  • Variabilitas pembaca: standar visual & pelatihan tim penting—konsistensi adalah raja.

 

Butuh Hasil yang Teruji dan Terpercaya?

Kalau Kamu butuh second opinion, validasi metode, atau ingin memastikan uji kualitatif Kamu sejalan dengan praktik baik laboratorium, saya siap membantu. Di PT Sinergi Pro Inovasi (SPIN), kami terbiasa mendampingi tim QA/QC dan R&D agar keputusan analitis lebih cepat dan tepat—tanpa mengorbankan mutu.

Butuh layanan kalibrasi, pelatihan, atau konsultasi yang akurat dan terpercaya?

Call To Action LinkedIn Banner

Destia Marsha: 0813-2145-5501 (Info Training)

Hubungi kami di: 0813-9438-9300 untuk layanan kalibrasi yang terpercaya dan berkualitas!

Mari pastikan reagen Kamu berbicara jelas, data Kamu rapi, dan keputusan Kamu mantap.



Rumus Multimeter Analog

Sebagai ahli di laboratorium kalibrasi PT Sinergi Pro Inovasi, saya sering melihat dua tipe pengguna multimeter analog: yang jarumnya bikin percaya diri… dan yang jarumnya bikin keringat dingin. Tenang—Kamu tidak sendirian. Dulu saya juga pernah menatap skala 0–250 sambil membatin, “Ini 125 tuh maksudnya berapa volt, ya?” Di artikel ini, saya ajak Kamu membongkar rumus multimeter analog dengan gaya praktis ala bengkel dan lab

 

Rumus Multimeter Analog

Kunci cara menghitung multimeter analog (atau cara menghitung avometer analog) ada pada tiga hal: (1) pahami rentang (range) yang dipilih, (2) baca skala yang sesuai (0–10, 0–50, 0–250, dll.), (3) kalikan dengan faktor (range/angka maksimum skala). Untuk resistansi (Ω), ingat skala tidak linear dan gunakan faktor Rx1/Rx10/Rx100.

Rumus Multimeter Analog

Untuk tegangan DC:
Nilai terbaca (V) = (Posisi jarum / Nilai maksimum skala) × Rentang yang dipilih.
Contoh: skala 0–50, jarum di 30, range 10V DC → 30/50 × 10 = 6 V.
Tips ahli: pilih range sedikit di atas perkiraan nilai agar jarum bergerak proporsional dan mudah dibaca (mengurangi kesalahan paralaks).

Rumus Multimeter Analog

Untuk arus DC:
Nilai terbaca (A) = (Posisi jarum / Maks skala) × Rentang A yang dipilih.
Contoh: skala 0–250, jarum di 50, range 250 mA → 50/250 × 250 mA = 50 mA.
Catatan lab: AVO analog punya sensitivitas (Ω/V)—misal 20 kΩ/V—yang menentukan resistansi internal pada mode voltmeter (R_in = Sensitivitas × range). Ini penting saat mengukur rangkaian berdampak beban (loading).

 

Rumus Multimeter Analog

Pada ohm meter, rumus bacanya kebalikan: Kamu kalibrasi nol dulu (short-kan probe, atur “ZERO OHMS”) lalu baca resistansi mengikuti skala non-linear dan faktor Rx.

Rumus Multimeter Analog

Untuk resistansi:

  1. Putar ke Ω lalu pilih Rx1 / Rx10 / Rx100.
  2. Short probe → setel ZERO OHMS sampai jarum ke kanan (0 Ω).
  3. Ukur komponen → baca skala dan kali faktor.
    Contoh: jarum menunjuk 2,5 pada skala ohm, selector Rx100 → 2,5 × 100 = 250 Ω.
    Ini inti cara menghitung avometer analog saat Ω: selalu kalikan dengan faktor Rx yang dipilih.

Rumus Multimeter Analog

Mengapa skala Ω non-linear? Karena ohm meter internalnya memakai baterai dan mengukur arus melalui komponen; saat R besar, arus mengecil drastis, sehingga jarak antar angka tidak sama. Ini normal—jangan panik kalau jarum “lebih sensitif” di sisi kanan.

Baca Juga : Cara Cek Resistor Rusak: Panduan Ahli yang Akurat, Cepat, dan Anti Keliru

Rumus Multimeter Analog

Akurasi pembacaan analog dipengaruhi paralaks, range, dan kondisi alat. Ini bagian favorit saya untuk “curhat” kecil soal kebiasaan baik di lab.

Rumus Multimeter Analog

Minim paralaks: baca tepat di depan cermin skala; sejajarkan bayangan jarum dengan jarum itu sendiri.
Pilih range yang pas: kalau jarum “nempel kiri”, naikkan sensitivitas (range lebih kecil). Kalau hampir mentok kanan, naikkan range agar aman.
Ulangi perhitungan cepat: (angka skala/angka maksimum) × range—latihan 3–4 kali, Kamu akan otomatis.

Rumus Multimeter Analog

Kondisikan alat:

  • Cek baterai internal untuk mode Ω; kalau lemah, skala resistansi meleset.
  • Putar tombol ZERO OHMS tiap kali ganti range Ω.
  • Bersihkan terminal & probe (oksida bikin hasil “ngeyel”).
  • Untuk cara menghitung multimeter analog di AC, gunakan skala ACV dan rumus yang sama; ingat, pembacaan biasanya setara RMS (tergantung desain AVO).

 

Rumus Multimeter Analog

Sekarang, kita latih jari dan mata dengan tiga skenario cepat. Ulangi polanya agar nempel di kepala—ini semacam “gym” versi teknisi.

Rumus Multimeter Analog

Contoh 1 – DC Volt:
Skala 0–250, jarum di 125, range 50V DC → 125/250 × 50 = 25 V.
Contoh 2 – DC Ampere:
Skala 0–50, jarum di 35, range 500 mA (skala tuturan 0–50) → 35/50 × 500 mA = 350 mA.
Keduanya memakai pola serupa—inti cara menghitung avometer analog.

Rumus Multimeter Analog

Contoh 3 – Ohm:
Rx10, jarum menunjuk 4,7 → 4,7 × 10 = 47 Ω.
Kalau rasanya jarum “malas” bergerak, cek baterai ohm meter dan lakukan zeroing ulang. Percaya deh, 70% error di analog itu gara-gara zeroing yang dilupakan.

 

Pastikan Angka yang Kamu Baca Punya Bukti Kalibrasi

Kamu sekarang sudah pegang pola rumus multimeter analog:

  • Volt/Amper: (angka skala/maks) × range.
  • Ohm: baca skala non-linear × faktor Rx + zeroing wajib.
  • Ulangi polanya di setiap pengukuran sampai jadi refleks. Humor kecilnya: kalau jarum “nari poco-poco”, biasanya kita yang salah pilih range.

Kalau Kamu ingin hasil ukur yang konsisten, terverifikasi, dan diakui audit, saatnya memastikan alatmu terkalibrasi dengan benar. Butuh layanan kalibrasi, pelatihan, atau konsultasi yang akurat dan terpercaya hubungi kami

Call To Action LinkedIn Banner

Destia Marsha: 0813-2145-5501 (Info Training)

Hubungi kami di: 0813-9438-9300 untuk layanan kalibrasi yang terpercaya dan berkualitas!

 Kami siap bantu dari pengecekan cepat sampai kalibrasi berstandar, plus pelatihan tim Kamu supaya pembacaan multimeter analog tidak lagi bikin tebak-tebakan.



Cara Cek Resistor Rusak

Kamu pernah bongkar perangkat yang tiba-tiba ngambek, lalu curiga biangnya resistor? Saya juga sering ketemu kasus seperti itu di lab—kadang simpel, kadang bikin kening berkerut. Tenang, saya akan tunjukkan cara cek resistor yang rapi dan akurat, supaya Kamu tidak menebak-nebak. Resistor rusak punya tanda yang bisa Kamu tangkap: dari ciri-ciri resistor yang tampak di permukaan sampai angka yang “melar” di multimeter. Dengan alur yang terstruktur, cara mengecek resistor jadi lebih cepat, dan diagnosis Kamu terasa mantap. Bayangkan, Kamu bisa mengetahui resistor rusak hanya dalam beberapa langkah: inspeksi visual, uji hambatan, lalu konfirmasi. Hemat waktu, hemat biaya, dan perangkat kembali bernapas. Dan ya—sedikit humor: kalau tercium bau gosong, itu bukan parfum edisi terbatas; itu sinyal minta diganti. Yuk, ikuti panduan di bawah. Saya rangkai agar cek resistor rusak bisa Kamu lakukan dengan percaya diri. Di akhir, saya sisipkan CTA jika Kamu butuh bantuan kalibrasi atau pelatihan resmi—biar hasilnya bukan cuma “bisa”, tapi terverifikasi.

 

Cara Cek Resistor Rusak (Gambaran Umum & Persiapan)

Sebelum menyentuh PCB, matikan sumber daya dan lepaskan muatan kapasitor. Siapkan multimeter dalam mode ohm (Ω). Prinsipnya sederhana: cara cek resistor dimulai dari yang terlihat (visual) lalu berlanjut ke yang terukur (angka). Urutan ini membantu Kamu mengenali ciri-ciri resistor tanpa terburu menilai—karena kadang tampak sehat, tetapi nilainya sudah melenceng.

Cara Cek Resistor Rusak: Inspeksi Visual & Ciri-Ciri

Mulai dari mata—serius, ini langkah paling cepat untuk cara mengetahui resistor rusak. Perhatikan:

  • Panas berlebih/bekas gosong. Ini ciri resistor rusak klasik.
  • Retak, mengelupas, atau meleleh. Untuk resistor film, cat pelindung terkopek; untuk resistor karbon, permukaan kusam—dua-duanya red flag.
  • Warna gelang pudar/terbakar. Sulit dibaca = sulit dipercaya.
  • Solder joint retak. Kadang resistornya sehat, tapi sambungannya bermasalah—tetap bagian dari ciri-ciri resistor rusak saat perangkat bergetar/terjatuh.

Dengan inspeksi ini, Kamu sudah menapis kandidat komponen yang patut diuji lebih lanjut.

Cara Cek Resistor Rusak: Uji dengan Multimeter (Ohm)

Sekarang cara mengecek resistor dengan data:

  1. Lepaskan salah satu kaki resistor dari rangkaian (idealnya dilepas penuh agar pembacaan bersih).
  2. Set multimeter ke rentang yang sesuai (jangan terlalu rendah/tinggi).
  3. Tempelkan probe ke kedua kaki. Bandingkan hasil dengan nilai nominal (dari gelang warna/data sheet).
  4. Toleransi umum: ±1%, ±5%, atau ±10% sesuai tipe. Jika nilainya jauh “melar”, itu ciri-ciri resistor rusak.
  5. Jika terbaca OL/∞ (putus) atau mendekati 0 Ω (short), jelas cek resistor rusak Kamu menemukan tersangka utama.

Baca Juga : Cara Penggunaan Multimeter: Panduan Praktis Anti-Rusak yang Bikin Hasil Akurat

Ciri-Ciri Resistor Rusak & Kenapa Bisa Terjadi

Resistor tidak “tiba-tiba” sakit; selalu ada sebab. Arus berlebih, tegangan lonjak, panas menumpuk, atau lingkungan lembap mempercepat penuaan material. Memahami ini membuat cara cek resistor Kamu lebih tajam—Kamu bukan hanya memperbaiki, tapi juga mencegah.

Cara Cek Resistor Rusak: Gejala Umum (Putus, Short, Nilai Melar)

  • Putus (OL/∞). Perangkat mati total pada jalur tertentu; cara mengetahui resistor rusak tipe ini paling mudah.
  • Short (~0 Ω). Jarang, tapi bisa terjadi pada resistor film yang jebol. Gejala: sekering sering putus, IC panas.
  • Nilai “melar.” Ini yang sering mengecoh. Selisih 20–50% dari nominal sudah cukup bikin rangkaian ngaco. Di sinilah cara cek resistor dengan multimeter menjadi penentu.
  • Fluktuatif saat digoyang. Sambungan dalam retak—indikasi penuaan termal.

Cara Cek Resistor Rusak: Khusus Resistor Kapur (Cement/Power Resistor)

Untuk ciri-ciri resistor kapur rusak (resistor putih kotak untuk daya besar):

  • Retak pada bodi keramik, sering setelah panas berulang.
  • Perubahan warna jadi kecokelatan/kehitaman. Pertanda panas berlebih.
  • Nilai drift naik signifikan, terlihat saat cara mengecek resistor dengan multimeter di beban tanpa rangkaian.
    Trik kecil: jika retak halus, lakukan uji sentuh ringan (alat non-logam). Jika bacaan berubah drastis, itu ciri resistor rusak yang harus diganti—jangan kompromi pada jalur daya.

 

Tips Akurasi, Keselamatan, dan Troubleshooting

Ini bagian favorit saya: detail yang menentukan. Kebiasaan baik akan membuat cek resistor rusak Kamu konsisten dari waktu ke waktu—dan ya, konsistensi itu seksi (di dunia pengukuran).

Cara Cek Resistor Rusak: Hindari Salah Baca

  • Zeroing/relatif. Hubungkan probe dan catat resistansi kabel; kurangi dari hasil.
  • Bersihkan kaki komponen. Oksidasi bisa menambah ohm “tipuan”.
  • Lepas dari rangkaian. Komponen paralel membuat hasil lebih kecil dari nominal.
  • Baca toleransi. Kadang tidak rusak—hanya Kamu yang lupa toleransinya. Ini bagian halus dari cara mengecek resistor yang sering terlewat.
  • Ulangi, ulangi, dan ulangi. Ganti posisi probe, ulang pengukuran. Konsistensi bacaan = percaya diri.

Cara Cek Resistor Rusak: Alur Kerja Singkat (Ulangi, Ulangi, dan Ulangi)

  1. Matikan & aman. (Keselamatan dulu, selalu.)
  2. Visual check. Tangkap ciri-ciri resistor: gosong, retak, pudar.
  3. Uji ohm. Bandingkan nominal vs hasil; catat toleransi.
  4. Konfirmasi. Jika ragu, uji dengan rentang lain atau ganti sementara untuk validasi.
  5. Dokumentasi. Foto/nota hasil—membantu bila kasus berulang.

Dengan alur ini, cara cek resistor, cara mengetahui resistor rusak, dan cara mengecek resistor Kamu menjadi sistematis, bukan tebak-tebakan.

 

Konsultasi & Kalibrasi Agar Hasil Ukur Terpercaya

Kalau Kamu ingin setiap angka yang Kamu baca benar-benar bisa diandalkan, jangan berhenti di teori. Kalibrasi alat ukur memastikan keputusan perbaikan Kamu tepat sasaran. Butuh layanan kalibrasi, pelatihan, atau konsultasi yang akurat dan terpercaya?

Call To Action LinkedIn Banner

Destia Marsha: 0813-2145-5501 (Info Training)

Hubungi kami di: 0813-9438-9300 untuk layanan kalibrasi yang terpercaya dan berkualitas!

Saya dan tim siap membantu Kamu membangun kultur ukur yang rapi—supaya setiap perbaikan terasa meyakinkan, bukan kebetulan semata.

 


PT SInergi Pro Inovasi

LABORATORIUM

KALIBRASI

Sampaikan kepada Kami apa yang Anda butuhkan, Kami siap melayani
0813-9438-9300

www.laboratoriumkalibrasispin.co.id

kalibrasi@spinsinergi.com