Artikel - Part 2


Ninhidrin

Pernah nggak kamu melihat reaksi kimia yang warnanya begitu mencolok sampai bikin kamu bengong sesaat? Saya pernah, dan itu waktu pertama kali saya uji sampel pakai ninhidrin. Warnanya bukan cuma cantik, tapi juga ‘ngomong’ banyak soal kandungan di dalam sampel. Aneh memang, betapa satu tetes reagen bisa “menggoda” amino untuk keluar dan menari dalam semburat ungu. Tapi begitulah reaksi uji ninhidrin – sederhana tapi bertenaga.

Waktu itu saya masih cukup baru di laboratorium. Sejujurnya, saya sempat ngira ninhidrin itu semacam bahan pewarna makanan. Tapi kenyataannya, ninhidrin justru lebih cocok disebut “detektor protein rahasia” – karena ia bisa menunjukkan adanya asam amino bebas atau protein lewat perubahan warna yang dramatis. Jadi, kalau kamu penasaran gimana uji ninhidrin menghasilkan warna ungu khasnya, yuk lanjut baca sampai habis.

 

Apa Itu Ninhidrin dan Kenapa Bisa Berubah Warna?

Sebelum kita bicara soal reaksi warna ungu yang ikonik itu, penting untuk tahu dulu: apa sih ninhidrin itu sebenarnya?

Struktur dan Sifat Dasarnya

Ninhidrin adalah senyawa organik dengan rumus kimia C₉H₆O₄. Di laboratorium, ninhidrin biasanya hadir dalam bentuk bubuk kristal putih agak kekuningan, mudah larut dalam pelarut organik. Tapi jangan tertipu penampilannya—sekali bereaksi, dia bisa menciptakan warna yang bikin kamu takjub.

Mekanisme Reaksi Uji Ninhidrin

Reaksi uji ninhidrin bekerja saat senyawa ini bertemu dengan gugus amina bebas, seperti yang terdapat dalam asam amino. Ketika proses deaminasi terjadi, terbentuklah zat yang disebut Ruhemann’s purple — itulah si ungu ajaib itu. Nggak heran kalau uji ini banyak digunakan dalam identifikasi jejak protein atau bahkan sidik jari.

 

Warna Ungu yang Berbicara: Apa Saja Aplikasinya?

Sekarang kita sudah tahu kenapa ninhidrin menghasilkan warna ungu. Tapi yang lebih penting lagi adalah: kenapa warna ini begitu penting dalam dunia laboratorium?

Deteksi Asam Amino dalam Sampel Biologis

Di laboratorium saya, uji ninhidrin sering digunakan untuk memastikan keberadaan asam amino dalam ekstrak biologis, termasuk sampel urin atau protein terhidrolisis. Kalau warnanya muncul, berarti tandanya positif—dan itu bisa jadi petunjuk awal dalam banyak analisis biokimia.

Aplikasi di Dunia Forensik dan Sidik Jari

Kamu mungkin pernah nonton serial detektif yang menunjukkan polisi menyemprotkan sesuatu ke permukaan, lalu muncullah sidik jari. Nah, itu salah satunya adalah ninhidrin. Gugus amino dalam keringat bereaksi dengan ninhidrin, membentuk sidik jari yang tampak ungu keunguan di permukaan kertas.

Baca Juga : Uji Fehling: Rahasia Sederhana Menemukan Gula Reduksi di Laboratorium

Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan Saat Menggunakan Ninhidrin

Walaupun reaksi uji ninhidrin terkesan sederhana, bukan berarti bisa sembarangan juga dalam penggunaannya.

Kondisi Reaksi yang Optimal

Reaksi ini idealnya dilakukan dalam kondisi suhu hangat (sekitar 60-100°C) dan lingkungan yang tidak terlalu lembap. Saya pernah mencoba tanpa pemanasan, dan hasilnya? Warnanya kurang keluar, seperti teh tanpa gula—nggak greget.

Keamanan dan Penanganan

Saya selalu ingatkan ini ke rekan-rekan di laboratorium: ninhidrin itu bahan kimia aktif. Gunakan APD (alat pelindung diri), hindari kontak langsung dengan kulit, dan pastikan ruang kerja punya ventilasi cukup. Karena meskipun warnanya cantik, kita tetap harus waras saat kerja di lab.

 

Waktunya Kamu Bergerak dengan Ilmu yang Akurat

Dari sekadar warna ungu, kita belajar bahwa reaksi uji ninhidrin itu punya makna besar, baik untuk penelitian biokimia hingga investigasi forensik. Tapi semua itu tak akan berarti tanpa validasi dan kalibrasi yang tepat.

Kalau kamu butuh layanan kalibrasi, pelatihan, atau konsultasi yang akurat dan terpercaya, jangan ragu untuk menghubungi kami:

Call To Action LinkedIn Banner

PT Sinergi Pro Inovasi (SPIN) selalu siap membantu kamu mencapai hasil yang valid dan dapat dipertanggungjawabkan. Karena di dunia laboratorium, presisi adalah segalanya.



uji fehling

Karena kadang, yang manis-manis harus diuji dulu sebelum dipercaya.

Pernah nggak sih, kamu penasaran kenapa ada cairan biru cerah di lab yang tiba-tiba berubah jadi merah bata saat dipanaskan? Awal saya masuk dunia laboratorium, saya kira itu semacam “magic show” kimia. Ternyata bukan sulap, bukan sihir—itu Uji Fehling. Salah satu cara klasik tapi tetap relevan untuk mendeteksi keberadaan gula reduksi, seperti glukosa, dalam sampel.

Saya ingat dulu, saat pelatihan pertama di PT Sinergi Pro Inovasi, senior saya bilang, “Kalau Fehling berubah warna, berarti dia sudah jatuh cinta.” Lucu memang, tapi analoginya pas. Reaksi glukosa dengan Fehling memang seperti cinta: jelas, hangat, dan bisa bikin merah (larutannya, bukan pipi kamu).

Uji Fehling bukan cuma eksperimen yang cantik secara visual, tapi juga punya peran penting dalam dunia pengujian karbohidrat. Nah, kalau kamu sedang belajar atau kerja di lab dan pengin tahu kenapa Fehling bisa tahu kadar glukosa, yuk kita bongkar bareng!

 

Apa Itu Uji Fehling?

Uji Fehling Adalah…

Secara sederhana, uji Fehling adalah metode kimia untuk mendeteksi keberadaan gula reduksi, terutama glukosa. Larutan ini terdiri dari dua bagian: Fehling A yang mengandung tembaga(II) sulfat, dan Fehling B yang mengandung natrium kalium tartrat dalam larutan basa.

Ketika dua larutan ini dicampur dan dipanaskan bersama dengan sampel yang mengandung gula reduksi, akan terjadi reaksi uji Fehling. Kalau glukosa ada di sana, warnanya berubah dari biru ke merah bata. Kenapa bisa begitu? Karena glukosa dapat mereduksi larutan Fehling sebab glukosa mengandung gugus aldehida yang aktif.

Fehling untuk Menguji Karbohidrat

Uji Fehling pada karbohidrat terutama digunakan untuk membedakan antara monosakarida dan disakarida. Karbohidrat seperti glukosa akan memberikan hasil positif (perubahan warna), sedangkan sukrosa yang bukan gula reduksi tidak bereaksi—kecuali kamu hidrolisis dulu.

Itulah kenapa uji Fehling karbohidrat ini sering muncul dalam praktikum dasar kimia organik. Simpel tapi powerful. Seperti saya saat disuruh menjelaskan prosedur ke anak magang, padahal baru ngopi seteguk.

Baca Juga : Cara Cek Transistor Rusak: Panduan Praktis dari Meja Kalibrasi Saya

Bagaimana Reaksi Uji Fehling Terjadi?

Reaksi Glukosa dengan Fehling

Reaksinya cukup elegan. Glukosa yang memiliki gugus aldehida akan mereduksi ion tembaga(II) menjadi tembaga(I), yang tidak larut dan mengendap sebagai Cu₂O berwarna merah bata. Inilah penanda bahwa reaksi positif telah terjadi.

Glukosa Dapat Mereduksi Larutan Fehling Sebab Glukosa Mengandung…

…gugus aldehida. Dan ini bukan basa-basi. Gugus aldehida pada glukosa bersifat reduktor kuat. Makanya glukosa begitu mudah terdeteksi oleh larutan Fehling. Fehling adalah salah satu metode klasik yang masih sering digunakan sampai sekarang—terutama dalam pengujian makanan atau praktikum di laboratorium pendidikan.

 

Kenapa Uji Fehling Masih Relevan?

Karena Ilmu Dasar Tetap Penting

Meskipun sekarang kita punya instrumen canggih seperti spektrofotometer atau HPLC, uji Fehling tetap punya tempat. Dia mengajarkan kita logika kimia dasar—reaksi redoks, karakteristik karbohidrat, dan cara kerja larutan.

Karena Praktis dan Visual

Uji ini juga visual banget. Bagi saya, melihat perubahan warna langsung itu seperti “reward” setelah kerja keras mempersiapkan sampel. Bahkan saya pernah iseng uji sirup gula di rumah—hasilnya? Tetap merah bata, dan saya yakin itu bukan karena cinta, tapi karena kandungan glukosa tinggi.

 

Jadi, Uji Fehling Itu Penting Nggak?

Penting banget! Baik buat pendidikan, riset, ataupun industri. Dia seperti pintu awal memahami reaksi redoks dalam karbohidrat.

Dan ngomong-ngomong soal pengujian dan analisis, saya jadi ingat—banyak banget laboratorium atau instansi yang pengin tingkatkan kompetensi analisnya, tapi bingung mulai dari mana. Nah, kalau kamu butuh pelatihan, kalibrasi alat, atau konsultasi pengujian yang akurat dan terpercaya, percayakan pada kami.

📞 Butuh layanan kalibrasi, pelatihan, atau konsultasi?
Hubungi:

Call To Action LinkedIn Banner

siap bantu kamu dengan layanan profesional dan hasil yang bisa dipertanggungjawabkan. Karena di laboratorium, yang penting bukan cuma alatnya presisi—tapi juga orang-orangnya berintegritas.



 

cara cek transistor rusak

Saya masih ingat betul kejadian di ruang kerja minggu lalu. Salah satu klien kami datang dengan wajah cemas sambil menggenggam papan PCB, “Mas, ini kayaknya TR final-nya kena. Bisa bantu cek?” katanya.

Nah, di situlah saya sadar: ternyata masih banyak teknisi, hobiis, bahkan profesional, yang belum yakin cara cek transistor rusak atau tidak. Padahal, dengan multitester digital, kamu bisa menghindari drama elektronik berjam-jam—asal tahu caranya.

Itulah mengapa saya tulis artikel ini. Bukan sekadar teori dari buku, tapi juga pengalaman pribadi dari “medan tempur” laboratorium kalibrasi. Dan ya, kalau kamu pernah salah ukur dan malah nyetrum diri sendiri—tenang, saya juga pernah.

 

Cara Cek Transistor Rusak

Mengetahui kondisi transistor itu seperti detektif elektronik. Kita harus sabar, teliti, dan kadang pakai “insting tukang solder.” Di bagian ini, saya akan kupas tuntas cara mengecek transistor hidup atau mati, cara cek TR final dengan avo digital, sampai ke ciri mosfet rusak. Kita akan mulai dari dasarnya.

Cara Mengukur Transistor dengan Multitester Digital

Pertama, pastikan alat kamu: multitester digital. Mode yang digunakan biasanya dioda tester. Saya biasa pakai AVO yang udah dikalibrasi rutin (maklum, biasanya saya yang kalibrasi juga, hehe).

Untuk transistor NPN:

  • Probe merah ke basis, probe hitam ke kolektor → harus ada nilai.
  • Probe merah ke basis, hitam ke emitter → ada nilai juga.
  • Coba bolak-balik probe ke pin lain → harus tidak ada nilai.

Untuk PNP, tinggal dibalik aja posisi probenya.

Cek Transistor Rusak atau Tidak: Tips Lapangan

Kalau nilainya nol atau bahkan overload semua, kemungkinan besar transistor kamu short atau open. Tapi jangan langsung menyalahkan TR—cek juga layout PCB, kadang solderan cold joint bikin seolah-olah transistor rusak.

Dan satu tips dari saya: jangan cuma percaya satu kali cek. Saya biasanya lakukan pengukuran dua kali dari sisi pin yang berbeda untuk memastikan hasilnya valid.

Baca Juga : Skema PSU Simetris: Rahasia Stabilitas Tegangan di Balik Rangkaian Power Supply Simetris 15 Volt yang Handal

Ciri-Ciri Transistor dan Mosfet Rusak

Kamu bisa menilai dari visual, panas berlebih, atau gejala pada rangkaian. Tapi pengukuran tetap kunci utama.

Ciri Transistor Final Rusak di Rangkaian

Biasanya sih tanda-tandanya begini:

  • Tidak ada output audio (kalau di power amplifier).
  • TR final panas banget padahal tanpa beban.
  • Arus konsumsi tinggi walau input 0.

Nah, buat kamu yang suka ngoprek PA system, pasti familiar dengan gejala seperti ini. Jangan buru-buru ganti semua—cek TR final dulu.

Ciri Mosfet Rusak dan Cara Mengujinya

MOSFET juga bisa diuji dengan multitester digital, meskipun agak beda dari BJT:

  • Gate ke source harus terbaca open.
  • Drain ke source saat diberi bias gate bisa berubah.

Kalau kamu sudah uji tapi masih ragu, ya… ada baiknya ganti dulu baru tes ulang. Tapi pastikan komponen penggantinya benar. Jangan kayak salah satu klien saya yang salah pasang MOSFET N-channel di rangkaian P-channel. Hasilnya? BOOM.

 

Kesalahan Umum Saat Mengecek Transistor

Tidak Memutus Sambungan dari PCB

Ini kesalahan klasik. Kamu harus lepas minimal satu kaki transistor dari PCB untuk hasil yang akurat. Kenapa? Karena resistor atau jalur lain bisa bikin pembacaan multitester kamu menipu.

Salah Mode Multitester

Nah ini juga penting. Jangan pakai mode resistansi biasa, karena hasilnya bisa rancu. Gunakan mode diode tester supaya lebih akurat.

 

Jangan Asal Tebak, Yuk Jadi Teknisi yang Terukur

Cek transistor itu seni sekaligus sains. Jangan sampai kamu ganti-ganti komponen tanpa tahu penyebab aslinya. Lebih baik ukur dengan benar, gunakan alat yang terkalibrasi, dan jangan malas mencatat hasil.

Saya percaya, kamu bisa jadi teknisi yang lebih presisi dan profesional. Dan kalau kamu butuh alat ukur yang akurat, pelatihan tentang cara mengukur yang benar, atau bahkan konsultasi untuk kasus-kasus “susah didiagnosa”—tenang, saya dan tim di PT Sinergi Pro Inovasi siap bantu kamu.

Butuh bantuan lebih lanjut?

Call To Action LinkedIn Banner

📍 Dari PT Sinergi Pro Inovasi (SPIN) – Kalibrasi, Pelatihan, dan Konsultasi berkualitas untuk para profesional sejati.



 

 

skema psu simetris

Skema PSU Simetris

Saat pertama kali saya diminta mengecek rangkaian power supply simetris untuk alat ukur di lab, jujur saya sempat garuk-garuk kepala. Bukan karena saya nggak paham—tapi karena kabelnya kusut kayak benang ruwet habis dicuci. Tapi dari situ saya sadar, betapa pentingnya kita paham skema power supply simetris sebelum menyalahkan elko atau IC yang katanya “sering jebol sendiri.”

PSU simetris ini seperti sahabat karib buat perangkat elektronik yang butuh suplai tegangan positif dan negatif secara seimbang. Kalau kamu main di dunia op-amp, mikrokontroler, atau alat ukur digital, pasti akrab banget dengan power supply simetris.

Kebanyakan orang tahunya cuma PSU biasa yang kasih tegangan +12V. Tapi begitu masuk ke dunia rangkaian PSU simetris—apalagi yang 15 volt CT—wah, di situlah kamu mulai menyadari bahwa simetris itu bukan sekadar estetika, tapi soal kestabilan dan presisi.

Nah, sebelum saya lanjut cerita soal pengalaman lucu waktu pasang PSU simetris di alat kalibrasi suhu (yang bikin kipas muter terus kayak ngambek), yuk kita lihat dulu jenis-jenis skema power supply simetris yang umum dipakai.

Skema PSU Simetris CT

Kalau kamu lihat skema power supply simetris 15 volt CT, biasanya terdiri dari trafo CT (center tap), dioda bridge, kapasitor, dan regulator. Konfigurasi ini menghasilkan tegangan +15V, 0V (ground), dan -15V.

Trafo CT ini jadi kunci utama. Karena titik tengah lilitan sekunder trafo disambungkan ke ground, maka akan dihasilkan dua kutub tegangan yang seimbang. Ini sangat ideal untuk rangkaian operasional amplifier dan perangkat penguat audio.

Waktu saya pasang skema ini di lab, awalnya sempat salah pasang kutub elko, dan… boom! Elko-nya “batuk-batuk” sambil mengeluarkan aroma khas elektronik gosong. Makanya, pastikan kamu baca dulu polaritas dan cek skemanya sebelum solder-solder.

Skema PSU Non CT

Kalau kamu cuma punya trafo biasa alias non center tap, jangan sedih dulu. Ada juga skema power supply non CT yang tetap bisa menghasilkan tegangan ganda, walau tidak sepresisi trafo CT. Biasanya memanfaatkan charge pump atau inverter IC seperti ICL7660 untuk bikin tegangan negatif dari satu sumber positif.

Tapi pengalaman saya, kalau kamu butuh kestabilan dan ripple rendah—terutama buat alat ukur atau kalibrasi—lebih baik pakai skema psu ct yang lebih stabil dan minim noise.

Baca Juga : Rahasia di Balik Uji Keseragaman Kandungan: Kenapa Harus Peduli?

Rangkaian Power Supply Simetris

Rangkaian Power Supply 15 Volt

Komponen paling umum dalam skema power supply simetris 15 volt adalah IC regulator 7815 dan 7915. Dua IC ini seperti pasangan sejati—yang satu bertugas menstabilkan tegangan positif, satunya lagi tegangan negatif.

Saya ingat waktu dulu pertama kali merakit rangkaian ini buat uji alat osiloskop. Saya semangat banget sampai lupa masang pendingin di IC-nya. Hasilnya? IC-nya panas kayak setrika. Pelajaran: jangan pernah remehkan pentingnya heatsink, ya.

Skema Rangkaian Power Supply dan Perhitungannya

Kalau kamu suka oprek sendiri dan pengin belajar perhitungan dasar dari skema rangkaian power supply, coba deh cek nilai kapasitansi elko, rating arus dioda, dan watt trafo.

Contoh, buat PSU 15V simetris dengan arus 1A, kamu bisa pakai trafo 18V CT 1A (karena ada drop sekitar 2V di regulator). Dioda 1N5402 juga cukup, dan elko minimal 2200uF per jalur untuk hasil tegangan yang halus dan bebas ripple.

 

Kenapa Harus Paham Skema PSU Simetris?

Kebutuhan di Dunia Kalibrasi dan Instrumentasi

Sebagai orang lab, saya sering dapat alat dari vendor yang katanya “siap pakai”, tapi PSU-nya cuma satu jalur. Hasilnya? Alatnya rewel dan gak bisa kalibrasi presisi. Maka dari itu, saya dan tim di PT Sinergi Pro Inovasi selalu pakai rangkaian psu simetris untuk alat-alat presisi.

Lebih Mudah Diagnosa Kerusakan

Kalau kamu paham skema psu simetris, kamu juga akan lebih cepat tahu kalau masalahnya ada di bagian regulator atau filter. Percaya deh, ini menyelamatkan banyak waktu dan biaya service yang bisa kamu alihkan buat beli gorengan sore.

 

Simetris Itu Bukan Sekadar Nama, Tapi Stabilitas yang Nyata

Jadi, mulai sekarang jangan remehkan rangkaian power supply simetris, apalagi skema power supply simetris 15 volt CT. Bukan hanya soal teknis, tapi soal ketenangan hati saat alat ukurmu stabil dan hasil kalibrasi presisi.

Butuh layanan kalibrasi, pelatihan, atau konsultasi yang akurat dan terpercaya?

📞 Hubungi kami:

Call To Action LinkedIn Banner



uji keseragaman kandungan

Kalau boleh jujur, saya pernah sekali waktu iseng ngebandingin dua tablet vitamin C yang saya beli di minimarket. Bentuknya sama, warnanya sama, harganya pun beda tipis. Tapi pas saya uji di lab — eh kok kandungan vitaminnya beda jauh? Dari situ saya makin paham, ternyata di dunia farmasi, hal sekecil ini bisa punya dampak besar. Nah, makanya saya mau ajak kamu ngobrol santai soal uji keseragaman kandungan. Tenang, nggak akan berat kok. Saya bakal bahas dengan gaya cerita ala laboratorium SPIN (PT Sinergi Pro Inovasi).

Karena siapa tahu, setelah baca ini, kamu juga bakal lebih hati-hati soal produk farmasi atau kosmetik yang kamu konsumsi tiap hari.

 

Apa Itu Uji Keseragaman Kandungan?

Uji keseragaman kandungan adalah salah satu pengujian penting dalam industri farmasi, kosmetik, bahkan makanan suplemen. Tujuannya? Pastikan setiap tablet, kapsul, atau sediaan cair yang diproduksi punya kadar zat aktif yang seragam, sesuai dengan labelnya.

Bayangin deh, kamu beli obat flu. Kalau kandungannya nggak seragam, bisa-bisa ada tablet yang cuma isi angin, ada yang over dosis. Bahaya kan? Nah, makanya uji ini wajib dilakukan sebelum produk edar ke masyarakat.

Kenapa Keseragaman Kandungan Itu Krusial?

Selain demi keselamatan konsumen, uji keseragaman kandungan juga jadi syarat mutlak dari BPOM dan standar internasional kayak Farmakope Indonesia atau USP. Nggak bisa asal bikin, harus ada hasil laboratorium yang membuktikan tiap produk layak edar.

Saya pernah ketemu kasus di lapangan, satu pabrik farmasi kena tegur karena kadar zat aktif di kapsulnya nggak konsisten. Padahal beda tipis, cuma 2-3%. Tapi buat BPOM, itu udah masuk kategori gagal. Karena sedikit perbedaan itu bisa pengaruhi efek terapi ke pasien.

Parameter Penting dalam Uji Keseragaman Kandungan

Dalam prosesnya, beberapa parameter utama yang dicek antara lain:

  • Rata-rata kadar zat aktif
  • Persentase deviasi antar sampel
  • Standar batas deviasi maksimum

Biasanya diuji minimal 10 unit produk. Hasilnya harus memenuhi batas yang ditetapkan Farmakope. Kalau lebih? Produk wajib ditarik atau diproses ulang.

Baca Juga : Makroskopik Adalah: Cara Sederhana Menilai Kualitas Bahan Secara Kasat Mata

Metode yang Dipakai untuk Uji Keseragaman Kandungan

Dalam laboratorium kalibrasi dan pengujian, ada beberapa metode yang sering dipakai. Masing-masing punya kelebihan dan tingkat akurasi sendiri.

Uji Secara Kimiawi (Assay)

Metode paling umum dan akurat. Sampel dihancurkan, lalu diuji kandungan zat aktifnya menggunakan alat spektrofotometer, HPLC, atau metode titrasi. Saya pribadi suka pakai HPLC karena hasilnya presisi, bisa deteksi sampai level mikrogram.

Uji Berat Kapsul/Tablet

Cara sederhana tapi efektif untuk produk padat. Cek bobot tiap unit, bandingkan dengan bobot rata-rata. Kalau selisihnya signifikan, berarti ada potensi ketidaksesuaian kandungan.

 

Standar Regulasi Terkait Keseragaman Kandungan

Di Indonesia, regulasi soal uji ini diatur BPOM dan Farmakope Indonesia. Internasionalnya, ngikut USP, BP, atau EP. Semua menetapkan standar deviasi maksimal yang boleh ditoleransi.

Batas Deviation yang Diizinkan

Contohnya, Farmakope Indonesia mengatur kalau minimal 9 dari 10 sampel harus punya kandungan zat aktif di kisaran 85%-115% dari kadar yang tertera di label. Kalau cuma 8 yang lolos? Langsung diskualifikasi.

Konsekuensi Jika Tidak Memenuhi Standar

Kalau hasilnya nggak memenuhi standar, selain produk ditarik, reputasi produsen bisa anjlok. Saya pernah dapet cerita dari kolega di pabrik farmasi, mereka sampai rugi miliaran karena satu batch gagal uji keseragaman. Jangan sampai kejadian serupa terulang.

 

Yuk Pastikan Produk Kamu Teruji dengan Akurat!

Nah, setelah baca ini, saya harap kamu jadi lebih paham betapa pentingnya uji keseragaman kandungan. Bukan cuma soal angka di label, tapi soal keamanan dan kepercayaan konsumen.

Kalau kamu pelaku industri farmasi, kosmetik, atau suplemen, jangan ambil risiko. Gunakan jasa laboratorium kalibrasi dan pengujian yang terpercaya. Di PT Sinergi Pro Inovasi (SPIN), kami siap bantu mulai dari kalibrasi alat, uji laboratorium, hingga training SDM.

📞 Hubungi kami sekarang juga:

Call To Action LinkedIn Banner

Jangan tunggu produkmu bermasalah dulu. Karena di lab, lebih baik ‘sakit hati’ saat uji, daripada ‘sakit reputasi’ di pasar!



makroskopik adalah

Pernah nggak sih, kamu nemu tablet obat yang warnanya agak pudar, bentuknya nggak seragam, atau ada bercak di permukaannya? Nah, di laboratorium kalibrasi seperti di PT Sinergi Pro Inovasi tempat saya bekerja, hal-hal kayak gitu nggak boleh dianggap sepele. Saya pernah punya pengalaman lucu waktu pertama kali pegang uji makroskopik — saya kira semua tablet itu bakal mulus kayak kulit bayi. Eh, ternyata kenyataannya, ada yang bentuknya kayak asteroid kecil!

Uji makroskopik adalah salah satu tahap awal dalam proses pengujian bahan atau produk, yang dilakukan hanya dengan pengamatan langsung menggunakan indera manusia, tanpa bantuan alat khusus. Kita cukup gunakan mata, kadang hidung, dan feeling ala-ala detektif laboratorium buat menilai apakah sebuah produk itu layak atau tidak.

Di artikel ini, saya bakal ajak kamu ngobrol santai tentang apa itu makroskopis, kenapa uji makroskopik itu penting, dan gimana sih prosedur sederhananya. Siapa tahu, setelah baca ini, kamu jadi makin paham kenapa di dunia laboratorium, hal yang kelihatannya sepele bisa jadi penentu mutu.

 

Makroskopik Adalah Pemeriksaan Kasat Mata yang Jangan Diremehkan

Kalau dengar kata “makroskopik”, mungkin yang kebayang di kepala kamu adalah hal-hal gede, kayak teleskop atau planet. Tapi tenang, di dunia laboratorium, makroskopik adalah istilah buat pengamatan kasat mata terhadap bahan uji. Tanpa bantuan mikroskop, tanpa alat canggih, cuma pakai mata telanjang — ya kayak kamu lagi mantau gorengan yang gosong sebelah itu.

Uji makroskopik adalah metode sederhana tapi penting, khususnya buat screening awal sebelum bahan atau produk masuk ke tahap pengujian yang lebih kompleks. Di sini, kita bisa langsung nilai apakah ada cacat fisik, perubahan warna, bau yang aneh, atau tekstur yang nggak sesuai standar. Kalau istilah kerennya, ini semacam first impression buat produk yang mau kita uji.

Apa Itu Makroskopis dalam Pengujian?

Apa itu makroskopis? Singkatnya, makroskopis adalah segala sesuatu yang bisa dilihat langsung oleh mata manusia tanpa bantuan alat pembesar. Di dunia laboratorium, istilah ini dipakai buat mendeskripsikan karakteristik fisik bahan uji yang diamati secara visual. Misalnya warna tablet, bentuk granul, hingga bau dari serbuk bahan baku.

Dulu waktu awal-awal saya belajar di lab, saya pikir pekerjaan ini bakal gampang — tinggal lihat, catat, selesai. Ternyata, mata kita harus benar-benar terlatih. Saya pernah ketipu lihat tablet yang kelihatannya putih bersih, eh pas diamati baik-baik, ada bercak kekuningan halus di pinggirnya. Nah lho!

Uji Makroskopik Adalah Tahap Krusial Sebelum Pengujian Lanjut

Banyak yang menganggap uji makroskopik adalah tahap remeh, padahal justru di sinilah banyak ketidaksesuaian produk bisa langsung ketahuan. Coba bayangkan, kalau kita nggak teliti di awal, bisa saja bahan yang warnanya pudar atau bentuknya nggak seragam lolos ke tahap analisis berikutnya. Akibatnya? Hasil uji bisa bias, dan mutu produk jadi dipertanyakan.

Makanya, di PT Sinergi Pro Inovasi, kami selalu tekankan pentingnya uji makroskopik ini ke semua teknisi dan analis. Karena dari sekadar lihat-lihat itu, kita bisa menyelamatkan banyak batch produksi dari kegagalan mutu.

Baca Juga : Wajib Tahu! Begini Cara Uji Kualitas Air yang Benar di Laboratorium

Jenis-jenis Uji Makroskopik yang Sering Dilakukan di Laboratorium

Nggak cuma satu, ternyata ada beberapa jenis uji makroskopik yang biasa kita kerjakan di lab. Semua tergantung jenis sampelnya. Saya kasih contoh yang paling umum, ya.

Pengamatan Warna, Bentuk, dan Bau

Ini yang paling dasar. Warna tablet harus konsisten, bentuknya harus sesuai standar (nggak boleh ada yang peang atau gepeng sendiri), dan baunya juga harus normal. Pernah ada bahan serbuk yang baunya aneh kayak plastik terbakar, langsung saya reject tanpa pikir panjang.

Pemeriksaan Kekompakan dan Kebersihan

Kadang kita juga periksa apakah permukaan produk bersih dari noda, serpihan, atau benda asing. Kekompakan tablet pun diperhatikan, jangan sampai ada yang retak atau hancur di dalam kemasan.

 

Kenapa Uji Makroskopik Itu Penting Banget?

Saya tahu, sebagian orang masih mikir, “Ah cuma lihat warna sama bentuk, ngapain repot-repot?” Eits, jangan salah. Di dunia kalibrasi dan pengujian, detail kecil bisa berdampak besar.

Menjamin Mutu Produk di Tahap Awal

Uji makroskopik adalah filter pertama sebelum produk masuk ke pengujian lanjutan. Kalau di tahap ini sudah ada masalah, bisa dipastikan hasil pengujian berikutnya pun bakal ikut bermasalah. Ibaratnya, kamu nggak mungkin masak sop kalau sayurannya sudah busuk duluan, kan?

Mencegah Kerugian Produksi dan Recall Produk

Kalau cacat produk baru ketahuan setelah masuk ke pasar, biaya dan reputasi perusahaan bisa terancam. Dengan uji makroskopik yang teliti sejak awal, potensi kerugian ini bisa ditekan.

 

Yuk, Cek Kualitas Produkmu Bareng Kami!

Jadi gimana, setelah baca ini, kamu makin paham kan, kalau uji makroskopik itu bukan cuma sekadar “lihat-lihat doang”? Di balik kegiatan sederhana ini, ada tanggung jawab besar buat menjaga mutu produk dan keselamatan konsumen.

Kalau kamu butuh layanan kalibrasi, pelatihan uji makroskopik, atau konsultasi tentang prosedur laboratorium yang akurat dan terpercaya, langsung saja hubungi kami:

Call To Action LinkedIn Banner

Kita bantu kamu pastikan mutu produk tetap terjaga dan standar laboratorium kamu makin sip!



uji kualitas air

Kalau saya boleh jujur, salah satu hal yang sering bikin saya heran itu begini — air kelihatan bening, segar, bahkan bisa bikin es teh manis terasa nikmat, tapi siapa sangka kalau di balik kejernihan itu bisa saja tersembunyi berbagai zat tak kasat mata yang bikin kualitasnya jadi dipertanyakan.

Sebagai orang laboratorium, saya nggak bisa cuma menilai air dari penampakan luarnya saja. Makanya, uji kualitas air itu penting banget. Kenapa? Karena kualitas air adalah faktor krusial yang mempengaruhi kesehatan manusia, lingkungan, bahkan kualitas produk di industri. Coba deh kamu bayangkan, kalau air minum di rumah ternyata mengandung logam berat atau bakteri jahat — duh, bisa-bisa yang tadinya segar malah bikin masalah.

Nah, di artikel ini saya akan ajak kamu buat kenalan lebih dekat soal apa itu kualitas air, parameter kualitas air yang mesti diuji, termasuk parameter untuk pengujian air secara kimia yaitu apa saja, hingga bagaimana proses pengukuran kualitas air yang benar di laboratorium seperti tempat saya bekerja.

Jangan khawatir, bahasannya santai kok. Biar kamu nggak tegang kayak pipet yang baru dicuci autoklaf. Yuk, kita mulai!

 

Kenapa Uji Kualitas Air Itu Penting?

Kualitas air adalah ukuran yang menunjukkan seberapa layak air digunakan untuk berbagai keperluan, mulai dari konsumsi, sanitasi, hingga keperluan industri. Dan percayalah, ini bukan sekadar soal air bening atau nggak, tapi lebih jauh dari itu.

Ada banyak parameter kualitas air yang harus diuji untuk memastikan air tersebut aman. Misalnya, parameter untuk pengujian air secara kimia yaitu kandungan logam berat, nitrat, fosfat, hingga residu pestisida. Kalau parameternya di atas batas normal, artinya air tersebut berpotensi bahaya.

Di laboratorium kalibrasi tempat saya bekerja, uji kualitas air itu jadi rutinitas yang nggak pernah bisa disepelekan. Mulai dari air untuk industri farmasi, rumah sakit, hingga depot air minum isi ulang, semuanya wajib lewat proses pengukuran kualitas air yang ketat.

Apa Itu Kualitas Air?

Jadi begini, kualitas air adalah kondisi fisik, kimia, dan biologis air yang menentukan kelayakannya untuk digunakan. Nah, supaya lebih gampang, biasanya kita lihat dari beberapa parameter utama seperti warna, bau, rasa, dan tentu saja — kandungan zat-zat kimia dan mikroorganismenya.

Air yang kualitasnya baik itu yang parameternya sesuai standar, misalnya yang ditetapkan oleh Peraturan Menteri Kesehatan atau SNI. Kalau nggak sesuai? Ya sudah, airnya harus diolah atau nggak boleh dipakai.

Parameter Kualitas Air yang Harus Diuji

Nah, ini bagian yang seru. Parameter kualitas air itu terbagi jadi beberapa jenis:

  • Fisik: warna, bau, rasa, suhu, dan kekeruhan.
  • Kimia: pH, logam berat (seperti timbal, merkuri), nitrat, fosfat, amonia, dan parameter untuk pengujian air secara kimia yaitu klorida, sulfat, COD, BOD, hingga sisa pestisida.
  • Biologis: bakteri E.coli, coliform, dan mikroorganisme lainnya.

Parameter-parameter ini yang jadi patokan dalam pengukuran kualitas air di laboratorium.

Baca Juga : Jangan Asal Tebak! Begini Cara Uji Sedimentasi Suspensi yang Benar di Laboratorium

Bagaimana Proses Uji Kualitas Air di Laboratorium?

Nah, setelah tahu pentingnya uji kualitas air, sekarang saya kasih bocoran soal prosesnya di laboratorium, termasuk di tempat saya di PT Sinergi Pro Inovasi. Prosedurnya nggak bisa asal celup dan intip ya, semua serba terukur.

Pengambilan Sampel Air yang Tepat

Langkah pertama sebelum uji kualitas air dimulai adalah pengambilan sampel. Nggak bisa asal ambil pakai ember di sungai, lalu bawa ke lab. Ada prosedur standar, mulai dari jenis wadah, cara pengambilan, hingga suhu penyimpanan sampel, semuanya harus sesuai ketentuan.

Di lab saya, kami pakai botol steril, diberi label lengkap, dan langsung simpan di suhu dingin kalau belum diuji.

Pengujian Parameter Air Secara Fisik, Kimia, dan Biologi

Sampai di lab, air diuji sesuai parameter kualitas air. Untuk parameter untuk pengujian air secara kimia yaitu pH, logam berat, COD, BOD, klorida, dan sebagainya, kami gunakan alat-alat standar kalibrasi. Karena kalau alatnya nggak akurat, hasil uji bisa ngaco, dan itu bisa berbahaya.

Uji biologis pun tak kalah penting. Biasanya air dites kandungan E.coli dan coliform karena bakteri ini paling sering bikin masalah.

 

Kenapa Kalibrasi Alat Uji Air Itu Wajib?

Saya sering bilang ke tim, “Kalau alat nggak dikalibrasi, itu ibarat kamu timbang badan pakai timbangan rusak — kamu nggak gemuk, tapi timbangan bilang iya.”

Di laboratorium, pengukuran kualitas air pakai alat spektrofotometer, pH meter, turbidimeter, bahkan alat uji bakteriologis. Semuanya harus dikalibrasi secara rutin untuk menjaga akurasi.

Risiko Kalau Alat Tidak Dikontrol

Bayangkan kamu minum air yang katanya pH-nya 7 (netral), tapi karena alat pH meter-nya error, ternyata pH-nya 4. Bisa asam lambungmu protes, kan? Makanya, alat uji kualitas air harus dikalibrasi agar data yang keluar valid dan terpercaya.

SPIN Siap Jadi Partner Uji Kualitas Air Kamu

Nah, kalau kamu butuh layanan uji kualitas air yang hasilnya akurat dan alatnya terkalibrasi, PT Sinergi Pro Inovasi (SPIN) siap bantu. Mulai dari uji air minum, air limbah, air proses industri, semua kami tangani sesuai standar.

 

Yuk, Konsultasi atau Cek Kualitas Air Kamu Sekarang Juga!

Air itu sumber kehidupan, tapi kalau kualitasnya buruk, bisa jadi sumber masalah. Jadi, jangan tunggu ada keluhan atau insiden kesehatan, baru deh sibuk uji ini-itu. Mending cek kualitas air sekarang juga.

Butuh layanan kalibrasi, pelatihan, atau konsultasi yang akurat dan terpercaya?
Langsung hubungi kami:

Call To Action LinkedIn Banner

Kamu tinggal duduk manis, hasil pengujian dan data akurat kami yang urus!



uji sedimentasi suspensi

Kalau kamu pernah iseng minum jus alpukat, lalu kamu diamkan beberapa menit, pasti deh bagian atasnya mulai bening, sementara ampasnya turun ke bawah. Nah, fenomena sederhana itu sebenarnya bisa jadi pengantar yang pas buat bahas topik kita kali ini: uji sedimentasi suspensi.

Saya ingat dulu, waktu awal-awal kerja di laboratorium kalibrasi PT Sinergi Pro Inovasi, saya sempat salah paham soal uji ini. Saya kira tinggal diamkan larutan di tabung, tunggu hasilnya, beres. Ternyata, uji sedimentasi itu bukan sekadar nunggu cairan terpisah! Ada prosedur, alat, dan parameter yang harus diperhatikan.

Di blog ini, saya bakal ajak kamu kenalan lebih dekat dengan uji sedimentasi adalah apa, kenapa penting, dan gimana sih caranya yang benar. Saya jamin, habis baca, kamu nggak akan lagi salah kaprah soal uji yang satu ini.

 

Apa Itu Uji Sedimentasi Suspensi?

Jadi gini, uji sedimentasi adalah metode pengujian yang digunakan untuk mengetahui stabilitas fisik suatu suspensi. Artinya, kita ingin tahu seberapa cepat partikel padat di dalam cairan itu mengendap atau tetap stabil dalam jangka waktu tertentu.

Kenapa penting? Karena dalam industri farmasi, makanan, kosmetik, sampai kimia, banyak produk berbentuk suspensi. Contohnya sirup obat, cat tembok, lotion, atau bahkan saus sambal favorit kamu. Kalau partikel di dalamnya cepat mengendap, kualitas dan efektivitas produk bisa terganggu.

Uji ini biasanya dilakukan menggunakan tabung ukur atau alat sedimentasi khusus, dengan pengamatan secara berkala untuk melihat berapa persen volume endapan yang terbentuk dibandingkan volume total suspensi.

Prinsip Dasar Uji Sedimentasi Suspensi

Singkatnya, prinsip uji ini mengandalkan gaya gravitasi untuk memisahkan partikel padat dari cairan. Uji sedimentasi adalah cara mengamati kecepatan pengendapan partikel dalam cairan, dan seberapa stabil suspensi tersebut selama periode tertentu.

Di sini, kamu perlu memastikan bahwa suhu, volume, jenis tabung, dan waktu pengamatan sudah sesuai SOP. Jangan asal taruh saja, ya — soalnya hasilnya bisa ngaco kalau prosedur nggak diikuti dengan benar.

Kenapa Uji Sedimentasi Penting Dilakukan?

Kamu mungkin bertanya-tanya, kenapa repot-repot uji sedimentasi segala? Nah, alasan utamanya karena uji sedimentasi adalah indikator kestabilan produk. Produk yang mudah mengendap bisa bikin konsumen kecewa, bahkan berisiko kalau produknya obat atau bahan kimia.

Selain itu, hasil uji sedimentasi jadi acuan penting buat menentukan masa simpan, proses pengemasan, sampai rekomendasi cara penyimpanan produk.

Baca Juga : Efikasi Adalah Kunci Keberhasilan Uji Produk, Jangan Sampai Salah Paham!

Langkah-Langkah Uji Sedimentasi Suspensi

Setiap laboratorium punya prosedur masing-masing, tapi prinsip dasarnya tetap sama. Saya bakal jelaskan yang paling umum dipakai di lab kami.

Persiapan Bahan dan Alat

Pastikan kamu punya suspensi yang akan diuji, tabung ukur berskala, timer, dan label. Jangan lupa catatan pengamatan, karena semua hasil uji sedimentasi wajib dicatat rapi.

Alat-alat yang bersih dan steril penting banget, supaya hasilnya akurat dan nggak terkontaminasi partikel asing.

Proses Pengujian

  1. Masukkan suspensi ke dalam tabung ukur.
  2. Simpan di suhu ruang yang konstan.
  3. Amati volume endapan yang terbentuk pada waktu tertentu, biasanya setiap 1 jam, 2 jam, 4 jam, sampai 24 jam.
  4. Catat hasil pengamatan dalam bentuk persentase volume endapan dibandingkan volume total.

Semakin lambat endapan terbentuk, semakin stabil suspensinya.

 

Faktor yang Mempengaruhi Hasil Uji Sedimentasi

Kadang, meskipun prosedur sama, hasil bisa berbeda. Nah, ini karena ada beberapa faktor yang mempengaruhi.

Ukuran Partikel

Partikel kecil lebih lambat mengendap dibanding partikel besar. Makanya, ukuran partikel harus diperhatikan saat proses pembuatan suspensi.

Kekentalan Cairan

Semakin kental cairannya, semakin lambat partikel mengendap. Jadi, produk dengan kekentalan tinggi biasanya hasil sedimentasinya lebih stabil.

 

Yuk, Konsultasikan Kebutuhan Kalibrasi dan Pengujianmu!

Nah, sekarang kamu sudah paham kan, uji sedimentasi adalah bagian penting dalam memastikan kualitas produk suspensi tetap terjaga. Jangan sampai produk kamu bikin konsumen kecewa cuma gara-gara endapan nggak terkontrol!

Kalau kamu butuh layanan kalibrasi alat laboratorium, pelatihan uji sedimentasi, atau konsultasi teknis lainnya, jangan ragu hubungi kami. Saya dan tim PT Sinergi Pro Inovasi siap bantu kamu dapetin layanan yang akurat, terpercaya, dan tentunya sesuai standar.

Call To Action LinkedIn Banner

Karena kualitas produk dan kepercayaan pelanggan itu investasi paling mahal — dan kami bantu jagain itu buat kamu!



efikasi adalah

Kamu pernah nggak sih, merasa penasaran sebenarnya produk yang kamu gunakan itu benar-benar efektif atau cuma efek sugesti? Saya pernah, waktu pertama kali nyobain krim anti-jerawat rekomendasi teman. Katanya sih, ampuh banget — eh, pas saya pakai, kok jerawat malah makin betah. Dari situ saya sadar, penting banget yang namanya uji efikasi.

Efikasi adalah istilah keren yang sering dipakai di dunia farmasi, kosmetik, dan laboratorium kalibrasi untuk mengukur seberapa efektif sebuah produk atau alat bekerja sesuai klaimnya. Kalau kamu pikir semua alat ukur atau produk farmasi bisa dipercaya 100% hanya dari labelnya, wah… kamu harus baca tulisan ini sampai habis.

Di sini, saya mau ajak kamu ngobrol santai soal apa itu efikasi, kenapa uji efikasi adalah proses yang nggak bisa dianggap enteng, dan gimana kita di PT Sinergi Pro Inovasi sering kali menemukan hasil uji yang bikin kening berkerut. Tenang, saya bakal sampaikan dengan bahasa yang gampang dicerna — sambil sesekali bawa cerita pengalaman pribadi. Yuk, kita mulai!

 

Efikasi Adalah Apa, Sih?

Nah, sebelum kita lebih jauh, mari kita luruskan dulu pemahaman soal istilah ini. Efikasi adalah kemampuan suatu produk, obat, atau alat ukur untuk memberikan hasil sesuai yang diharapkan di kondisi ideal. Misalnya, kalau kamu punya alat ukur suhu ruangan yang katanya bisa mendeteksi suhu dengan akurasi ±0.5°C, ya harus dibuktikan dulu lewat pengujian. Jangan cuma percaya brosur.

Uji efikasi adalah proses pengujian untuk memastikan klaim tersebut benar-benar terbukti di lapangan. Bukan cuma sekadar formalitas atau buat laporan doang. Karena kalau sampai salah, bisa berakibat fatal — apalagi kalau menyangkut kesehatan, kualitas produk, atau keamanan kerja.

Definisi Efikasi dalam Dunia Kalibrasi

Dalam konteks laboratorium kalibrasi kayak di tempat saya bekerja, efikasi adalah seberapa efektif alat ukur menjalankan fungsinya sesuai spesifikasi pabrikan. Misalnya, thermometer digital yang katanya bisa mengukur suhu ruangan dengan akurasi tertentu, harus benar-benar diuji di lingkungan standar untuk memastikan akurasinya pas.

Uji efikasi adalah langkah penting sebelum alat dipakai secara rutin, apalagi buat kalibrasi alat-alat kritikal di industri farmasi atau manufaktur. Salah alat, salah ukur, bisa fatal akibatnya.

Kenapa Efikasi Itu Penting?

Coba bayangin kamu lagi uji kadar zat aktif di obat, alat ukur kamu ternyata deviasi hasilnya besar. Kalau kamu nggak lakukan uji efikasi, hasil yang keluar bisa misleading. Akibatnya, bisa saja obat yang seharusnya aman jadi overdosis, atau sebaliknya, nggak efektif sama sekali. Bahaya kan?

Makanya, uji efikasi adalah semacam rem pengaman sekaligus filter yang memastikan semua alat dan produk bekerja sesuai janji manisnya di label. Kalau saya pribadi sih, lebih suka percaya hasil uji daripada slogan iklan.

Baca Juga : Wajib Tahu! Kenapa Kalibrasi Thermohygrometer Itu Penting Buat Bisnis dan Laboratoriummu

Prosedur Uji Efikasi di Laboratorium

Biar nggak cuma teori, saya mau cerita sedikit soal bagaimana biasanya prosedur uji efikasi dilakukan di laboratorium.

Tahapan Uji Efikasi Alat Ukur

Pertama, alat yang mau diuji kita identifikasi dulu spesifikasinya. Setelah itu, kita setting kondisi pengujian seideal mungkin — sesuai standar internasional atau SNI. Baru deh alat tersebut diuji performanya.

Uji efikasi adalah tahap di mana hasil alat dibandingkan dengan standar acuan. Kalau deviasinya masih dalam batas toleransi, berarti lolos. Kalau enggak, ya… alat harus dikalibrasi ulang atau bahkan ditarik dari peredaran.

Dokumentasi dan Pelaporan Hasil

Setelah pengujian, hasilnya nggak boleh cuma diingat-ingat di kepala. Semua wajib didokumentasikan dalam laporan resmi, lengkap dengan nilai deviasi, kondisi pengujian, dan rekomendasi tindak lanjut. Ini penting banget, supaya ada rekam jejak dan transparansi.

 

Tantangan dalam Uji Efikasi

Saya nggak mau kamu bayangin semua proses uji itu mulus-mulus aja. Ada aja kok tantangannya.

Variasi Kondisi Lingkungan

Kadang, suhu ruangan atau kelembapan yang berubah-ubah bisa bikin hasil uji berbeda. Makanya, uji efikasi adalah proses yang butuh ketelitian tinggi dan konsistensi lingkungan.

Interpretasi Data yang Salah

Pernah kejadian di lab kami, ada alat yang hasilnya beda tipis dari standar, tapi teknisi junior salah interpretasi kalau itu masih aman. Untungnya ketahuan pas cross-check laporan. Dari situ saya makin yakin, uji efikasi nggak cukup cuma paham alatnya, tapi juga paham analisis datanya.

 

Saatnya Kamu Bertindak — Jangan Ambil Risiko

Nah, sekarang kamu sudah paham kan, betapa pentingnya uji efikasi dalam dunia laboratorium dan industri? Jangan sampai cuma gara-gara males uji atau anggap sepele, alat dan produk yang kamu gunakan malah jadi boomerang buat kualitas kerja kamu.

Kalau kamu butuh layanan kalibrasi, pelatihan, atau konsultasi yang akurat dan terpercaya, langsung aja hubungi kami:

Call To Action LinkedIn Banner

Percaya deh, alat ukur yang terjamin efikasinya bikin pekerjaan kamu jauh lebih aman dan hasilnya bisa dipertanggungjawabkan.


PT SInergi Pro Inovasi

LABORATORIUM

KALIBRASI

Sampaikan kepada Kami apa yang Anda butuhkan, Kami siap melayani
0813-9438-9300

www.laboratoriumkalibrasispin.co.id

kalibrasi@spinsinergi.com