M. Taufik Alamsah | Laboratorium Kalibrasi SPIN - Part 9


cara membaca resistor smd
Saya masih ingat pertama kali pegang papan PCB kecil penuh dengan komponen mungil yang hampir kayak semut—salah satunya si resistor kecil SMD. “Lah, mana warnanya?” pikir saya. Biasanya kalau resistor biasa, tinggal lihat gelang warna. Tapi kalau yang ini? Cuma ada angka! Dan angkanya pun bukan sembarang angka. Ini bukan soal matematika SD, tapi kode yang bikin dahi berkerut kalau belum tahu caranya.
Kalau kamu kerja di lab elektronik atau lagi ngoprek rangkaian, pasti pernah kebingungan baca resistor kecil ini. Ukurannya mini, tulisannya minimalis, tapi fungsinya maksimal. Dan percaya deh, salah baca satu angka bisa bikin alatmu ngaco total. Apalagi kalau kamu bagian kalibrasi atau quality control, ketelitian jadi harga mati.
Nah, di artikel ini saya bakal bantu kamu memahami cara baca resistor SMD dengan bahasa yang santai tapi tetap teknis. Saya akan kasih panduan lengkap, mulai dari mengenal kode angka sampai tips praktis pakai multimeter. Pokoknya, setelah baca artikel ini, kamu nggak akan bingung lagi bedain antara 472 dan 4R7!
Yuk, kita bedah satu per satu cara membaca resistor SMD. Siapin catatan kecil kalau perlu—atau kopi juga boleh biar makin santai.

 

Cara Membaca Resistor SMD

(kata kunci: cara baca resistor smd, resistor kecil, membaca resistor smd)

Resistor kecil dengan tipe SMD (Surface Mount Device) memang lebih ringkas, tapi bikin banyak teknisi keringat dingin kalau belum terbiasa. Kodenya cuma angka atau kombinasi huruf dan angka—dan itu bukan kode rahasia, kok. Asal tahu triknya, kamu bisa baca nilai resistansi kayak baca label harga di minimarket.

Nah, mari kita bedah beberapa jenis kode yang biasa muncul di permukaan resistor SMD.

Kode 3 Digit: Simpel tapi Menjebak

Kode ini terdiri dari tiga angka. Dua angka pertama menunjukkan nilai signifikan, sedangkan angka ketiga adalah pengali.

Contoh:
472 → 47 × 10² = 4700 ohm = 4.7 kΩ
682 → 68 × 10² = 6800 ohm = 6.8 kΩ

Tapi hati-hati! Kadang angka terakhir bisa bikin kita salah paham. Jangan sampai 102 kamu baca sebagai 102 ohm, padahal itu 1 kilo ohm lebih.

Kode 4 Digit: Lebih Presisi, Tapi Perlu Fokus

Untuk nilai yang lebih presisi, biasanya digunakan 4 digit.

Contoh:
1001 → 100 × 10¹ = 1000 ohm = 1 kΩ
5600 → 560 × 10⁰ = 560 ohm

Jangan salah sangka, kode 5600 bukan berarti 5600 ohm. Karena angka terakhir menunjukkan berapa banyak nol yang ditambahkan ke dua angka pertama.

Baca Juga : Prinsip Uji Organoleptik: Rahasia Ilmiah di Balik Indera Kita

Kode EIA-96: Untuk Resistor Presisi Tinggi

Resistor presisi tinggi pakai sistem kode yang sedikit berbeda, dikenal dengan EIA-96.

Menggunakan 2 Angka + 1 Huruf

Biasanya diawali dengan dua angka dari tabel EIA-96 dan diikuti satu huruf sebagai faktor pengali.

Contoh:
49C → 316 ohm
82A → 681 ohm

Tapi ini perlu kamu hafal atau punya tabel bantu. Saya biasanya simpan PDF tabel EIA-96 di HP—biar kalau lupa, tinggal cek.

Tips Cepat Menghafal EIA-96

Kalau kamu sering berurusan dengan resistor presisi, nggak ada salahnya bikin stiker kecil atau label di meja kerja. Bisa juga bikin shortcut tabel di laptop. Serius, ini bakal hemat waktu dan tenaga.

 

Cara Baca Resistor SMD dengan Multimeter

Kalau kode udah pudar atau kamu pengen konfirmasi, multimeter adalah penyelamat.

Pilih Mode Ohm (Ω) di Multimeter

Pastikan kamu setel multimeter digital ke mode resistansi (Ω). Tempelkan probe merah ke salah satu ujung resistor dan probe hitam ke ujung lainnya.

Baca nilainya di layar. Cocokkan dengan kode yang tertulis. Kalau beda jauh, bisa jadi resistor udah rusak atau meleset dari toleransi.

Perhatikan Nilai Toleransi

Resistor punya toleransi, biasanya ±1% sampai ±5%. Jadi kalau kamu baca 980 ohm dari resistor yang harusnya 1 kΩ, itu masih wajar. Tapi kalau 800 ohm? Saatnya ganti!

 

Butuh layanan kalibrasi, pelatihan, atau konsultasi yang akurat dan terpercaya?

Setelah kamu paham cara baca resistor SMD, percaya deh—urusan troubleshooting dan kalibrasi alat jadi jauh lebih ringan. Tapi kalau kamu masih ragu soal hasil bacaan alat ukur atau pengen dapat pelatihan langsung dari yang berpengalaman, kami di PT Sinergi Pro Inovasi siap bantu.

Call To Action LinkedIn Banner

Jangan biarkan satu resistor kecil bikin kualitas kerja kamu terganggu. Kalibrasi dan pelatihan yang akurat itu investasi—bukan beban.



 

prinsip uji organoleptik

Pengenalan: “Lidah Nggak Pernah Bohong”—Tapi Harus Diuji

Jujur ya, saya dulu sempat berpikir bahwa menilai makanan atau produk itu cuma urusan “cocok di lidah”. Tapi ternyata, dunia laboratorium mengajarkan saya sesuatu yang lebih dalam: penilaian rasa, aroma, tekstur, dan warna itu bisa dibuktikan secara ilmiah. Itulah yang dinamakan uji organoleptik.

Kalau kamu pernah mencium susu basi atau menilai kerenyahan keripik, kamu sebenarnya sudah melakukan uji organoleptik secara alami. Bedanya, di dunia laboratorium, kita melakukannya dengan prinsip yang terukur, sistematis, dan objektif—sebisa mungkin, ya, walaupun lidah kadang tetap subjektif, apalagi kalau belum ngopi.

 

Prinsip Uji Organoleptik

Uji Organoleptis Itu Apa Sih?

Secara sederhana, uji organoleptis adalah metode pengujian mutu suatu produk berdasarkan respons indera manusia: penglihatan, penciuman, perasa, pendengaran, dan peraba. Pengujian ini sangat penting dalam industri pangan, kosmetik, farmasi, dan bahkan kalibrasi alat sensori. Prinsip dasarnya adalah: “Kalau indra manusia bisa bedakan, maka itu bisa diuji.”

Kamu mungkin heran, “Emang bisa sesuatu yang subjektif dijadikan uji ilmiah?” Nah, inilah menariknya. Di lab, kita latih panelis, buat skala nilai, dan susun protokol uji agar hasilnya bisa direplikasi. Jadi, hasilnya bukan sekadar “enak-nggak enak”, tapi “nilai 7 dari 9 untuk rasa manis, konsistensi medium, warna sesuai spesifikasi.”

Prinsip-Prinsip Dasarnya

Berikut ini beberapa prinsip utama yang jadi pegangan saat melakukan uji organoleptis:

  1. Standarisasi Panelis:
    Panelis atau penguji inderawi harus dilatih agar bisa mengenali sensasi dengan presisi. Misalnya, membedakan antara ‘manis alami’ dan ‘manis dari pemanis buatan’.
  2. Lingkungan Terkendali:
    Tes dilakukan di ruangan bersih, bebas bau asing, pencahayaan merata, dan suhu terkontrol. Jangan sampai hasil tes malah terpengaruh oleh bau nasi goreng dari dapur sebelah.
  3. Skala Penilaian Terukur:
    Misalnya: skala 1–9 untuk rasa, warna, tekstur, dan lainnya. Ini yang membuat hasilnya bisa dianalisis secara statistik, bukan cuma berdasarkan selera lidah manajer QA.
  4. Pengacakan Sampel:
    Untuk menghindari bias, sampel diberi kode acak. Kadang lucu juga, saya sendiri pernah hampir keliru kasih nilai terbaik ke produk yang ternyata dummy. Untung ada sistem double-blind.

Baca Juga : Uji Ninhidrin Adalah: Rahasia Reaksi Warna yang Menguak Jejak Protein

Jenis-Jenis Pengujian Organoleptis

Diskriminatif vs Deskriptif

  • Uji Diskriminatif: Fokusnya adalah mencari tahu apakah ada perbedaan antar produk. Misalnya, apakah teh A dan teh B terasa beda secara signifikan? Ini sering digunakan dalam kontrol mutu harian.
  • Uji Deskriptif: Nah, ini yang lebih dalam. Kita minta panelis mendeskripsikan setiap aspek sensori produk. Mulai dari kekentalan saus sampai nada rasa manis di akhir lidah—serius, bahkan bisa sampai sedetail itu!

Hedonik dan Preferensi Konsumen

  • Uji Hedonik: Melibatkan konsumen biasa untuk menilai apakah mereka menyukai produk atau tidak. Ini penting banget untuk R&D. Percuma juga kan, produk lulus uji laboratorium tapi ditolak pasar?
  • Uji Preferensi: Digunakan untuk membandingkan produk mana yang lebih disukai konsumen. Biasanya dilakukan sebelum launching produk baru.

 

Aplikasi Uji Organoleptik di Dunia Nyata

Di Laboratorium Kalibrasi dan Pelatihan

Di tempat saya bekerja, PT Sinergi Pro Inovasi, kami nggak hanya bicara angka dan alat, tapi juga sering mengedukasi klien tentang pentingnya aspek sensori. Bahkan saat pelatihan ISO 17025, uji organoleptik ini sering dibahas dalam konteks validasi metode non-instrumental. Bayangkan, metode yang selama ini dianggap “cuma pake indra”, ternyata bisa jadi bagian penting dari sistem mutu laboratorium.

Tantangan dan Solusinya

Tentu saja, tidak semua orang bisa jadi panelis yang handal. Ada yang terlalu sensitif, ada juga yang terlalu lapar saat tes—akhirnya semua dikasih nilai 10.

Solusinya? Pelatihan dan standarisasi. Di sinilah pentingnya lembaga pelatihan seperti kami yang bisa bantu kamu menyusun protokol uji yang sesuai standar internasional.

 

Mau Uji Organoleptik Lebih Serius? Kami Siap Bantu!

Setelah membaca ini, mungkin kamu mulai sadar bahwa uji organoleptik itu bukan sekadar “cicip-cicip lucu”, tapi ada prinsip ilmiah di baliknya. Dan kalau kamu bekerja di industri makanan, kosmetik, atau bahkan pengujian, kemampuan ini adalah skill yang layak diasah—baik lewat pelatihan maupun implementasi sistem uji yang tepat.

👉 Butuh layanan kalibrasi, pelatihan, atau konsultasi yang akurat dan terpercaya?
Hubungi kami:

Call To Action LinkedIn Banner

Kami bantu kamu mengubah rasa jadi data, aroma jadi angka, dan kesan jadi keputusan!



uji ninhidrin adalah

Kamu mungkin pernah melihat larutan ungu tiba-tiba muncul saat menguji sesuatu di laboratorium. Nah, itu bukan sulap—itu ninhidrin! Sebagai orang yang cukup sering bergelut dengan tabung reaksi dan bau khas bahan kimia, saya bisa bilang: uji ninhidrin itu bukan cuma “reaksi warna biasa”. Ini semacam “detektor jujur” untuk protein—dan sering jadi penyelamat saat hasil uji lainnya masih abu-abu.

Jujur aja, pertama kali saya kenalan sama uji ninhidrin, saya pikir reaksinya lebay—kenapa harus ungu? Tapi setelah paham prinsipnya, saya malah terpesona. Reaksi ini bisa jadi pembuka jalan buat mendeteksi keberadaan asam amino bebas, terutama dalam uji protein.

Dan ya, kalau kamu pernah merasa frustrasi karena reagen lain “diam seribu bahasa”, ninhidrin bisa jadi sahabat baru kamu.

 

Uji Ninhidrin Adalah Reaksi Detektif dalam Dunia Protein

(Kata kunci: ninhidrin adalah, tujuan uji ninhidrin, prinsip uji ninhidrin, uji ninhidrin protein, hasil positif uji ninhidrin, uji ninhidrin pada protein, dasar teori uji ninhidrin)

Uji ninhidrin adalah metode kimia klasik yang digunakan untuk mendeteksi keberadaan asam amino bebas dan protein melalui reaksi warna. Reaksi ini menghasilkan warna ungu-biru (dikenal sebagai Ruhemann’s purple) yang khas ketika ninhidrin bereaksi dengan gugus amino primer.

Secara pribadi, saya selalu menyebut uji ini sebagai “reaksi jujur”—karena hasilnya bisa langsung terlihat di depan mata. Tidak perlu alat canggih, cukup piring tetes atau tabung reaksi, dan voila: kalau ada protein, maka warna akan bicara!

Reaksi ini sangat membantu dalam berbagai konteks: analisis pangan, forensik (sidik jari), hingga pemantauan aktivitas enzim di lab penelitian.

Prinsip Uji Ninhidrin

Kata kunci: prinsip uji ninhidrin, dasar teori uji ninhidrin

Prinsip dari uji ninhidrin adalah reaksi oksidasi deaminasi dari asam amino oleh ninhidrin. Saat gugus amino primer bereaksi dengan ninhidrin, terjadi pelepasan amonia yang kemudian berikatan lagi dengan molekul ninhidrin yang tereduksi, menghasilkan senyawa berwarna ungu.

Secara sederhana: ninhidrin bereaksi → amonia keluar → amonia ketemu ninhidrin lagi → boom, muncullah warna ungu.

Tujuan dan Fungsi Uji Ninhidrin

Kata kunci: tujuan uji ninhidrin, uji ninhidrin pada protein

Tujuan dari uji ini cukup spesifik: mendeteksi adanya gugus amino bebas. Di laboratorium tempat saya bekerja, uji ini sering kami gunakan untuk menguji kadar protein hasil ekstraksi atau verifikasi senyawa organik yang masih mengandung gugus amino.

Selain itu, uji ini juga sangat berguna untuk:

  • Validasi hasil hidrolisis protein
  • Deteksi senyawa biologis dalam eksperimen forensik
  • Pemeriksaan kualitas dalam industri farmasi dan makanan

Baca Juga : Personal Gas Detector: Alat Kecil yang Bisa Menyelamatkan Nyawa (Serius, Nggak Lebay!)

Menyingkap Lebih Dalam tentang Uji Ninhidrin

Uji Ninhidrin Protein: Aplikasi Nyata di Laboratorium

Ketika kami menguji protein dari hasil ekstraksi susu atau serum darah, uji ninhidrin selalu masuk sebagai tahap awal deteksi. Warna yang muncul bukan hanya memperlihatkan ada tidaknya protein, tapi juga membantu mengestimasikan kadarnya dengan membandingkan intensitas warna.

Pernah suatu ketika, warna tidak muncul sesuai prediksi—ternyata teknik pipeting saya yang sedikit meleset. Dari situ saya belajar, bahwa hasil positif uji ninhidrin juga sangat bergantung pada kehati-hatian dalam prosedur.

Hasil Positif Uji Ninhidrin: Bukan Sekadar Warna

Kata kunci: hasil positif uji ninhidrin, uji ninhidrin protein

Warna ungu adalah hasil positif utama, tapi bisa juga muncul variasi warna lain tergantung jenis asam amino atau senyawa yang diuji. Misalnya, prolin dan hidroksiprolin memberikan warna kuning, bukan ungu. Jadi kalau kamu nemu warna yang “beda sendiri”, jangan panik dulu—cek jenis senyawa yang kamu pakai.

 

Uji Ninhidrin dalam Praktek Kalibrasi dan Pendidikan Laboratorium

Dasar Teori Uji Ninhidrin: Kenapa Warna Bisa Muncul?

Saya suka menjelaskan ke peserta pelatihan, bahwa reaksi ini sebenarnya mirip dengan “selfie kimiawi”—gugus amino yang bereaksi seperti menampilkan jati dirinya lewat warna. Penjelasan dasar teorinya membuat kita lebih paham bahwa reaksi ini bisa diandalkan bukan hanya karena visualnya, tapi karena landasan reaksinya yang kuat.

Uji Ninhidrin pada Protein: Edukasi yang Menempel di Kepala

Setiap kali saya membimbing pelatihan atau workshop laboratorium, uji ini selalu saya jadikan demo awal. Kenapa? Karena hasilnya instan dan ‘nempel’ di ingatan peserta. Dan seperti yang sering saya bilang: “kalau udah lihat cairan bening tiba-tiba jadi ungu, pasti susah dilupakan.”

 

Waktunya Bertindak — Kamu Butuh Hasil yang Jelas, Bukan Warna Abu-abu

Kalau kamu membaca artikel ini sampai akhir, saya yakin kamu ingin hasil laboratorium yang tidak hanya akurat, tapi juga bisa dipertanggungjawabkan. Di PT Sinergi Pro Inovasi (SPIN), kami menyediakan layanan kalibrasi, pelatihan, dan konsultasi yang tidak asal-asalan.

Kami percaya bahwa tiap reaksi—termasuk reaksi ninhidrin—harus dilakukan dengan pemahaman yang utuh dan prosedur yang tepat.

🔧 Butuh layanan kalibrasi, pelatihan, atau konsultasi yang akurat dan terpercaya?
Hubungi kami:

Call To Action LinkedIn Banner

 

Jangan tunggu sampai warna hasil uji kamu bikin bingung. Hubungi kami sekarang, dan pastikan setiap data punya dasar ilmiah yang kuat.



 

Personal Gas Detector

Personal Gas Detector

Saya masih ingat betul pengalaman pertama saya ketika harus masuk ke ruang terbatas (confined space) saat proyek di salah satu pabrik pupuk. Jujur aja, waktu itu saya sempat mikir: “Emangnya perlu ya, alat segede gitu cuma buat ngendus gas?”

Tapi setelah alat itu “berteriak” di tengah-tengah ruang sempit gara-gara gas H2S yang lewat ambang batas, barulah saya sadar… ini bukan sekadar alat—ini penyelamat hidup.

Personal gas detector, terutama H2S detector, bukan cuma mainan mahal yang digantung di saku baju kerja. Ini alat vital yang bisa bikin kamu pulang kerja dengan selamat, bukan pulang diusung.

 

Apa Itu Personal Gas Detector?

Personal gas detector adalah perangkat portabel yang dipakai oleh pekerja di lingkungan berisiko—seperti area industri, tambang, hingga instalasi pengolahan limbah—untuk mendeteksi keberadaan gas berbahaya secara real-time.

Khususnya untuk H2S detector, alat ini akan langsung mengeluarkan alarm jika mendeteksi konsentrasi gas Hidrogen Sulfida melewati ambang batas. Dan buat kamu yang belum tahu, H2S itu baunya kayak telur busuk tapi efeknya… bisa bikin pingsan bahkan fatal kalau terhirup berlebih.

 

Kenapa Personal Gas Detector Penting?

1. Deteksi Dini Bahaya Gas Beracun

H2S itu licik. Ia muncul diam-diam, beracun, dan mematikan dalam hitungan menit. Dengan personal gas detector, kamu bisa dapat peringatan dini dan langsung ambil tindakan—misalnya kabur (iya, ini serius!).

2. Memberi Rasa Aman Saat Kerja

Ketika kamu tahu ada alat yang siap siaga mengawasi udara di sekitarmu, beban kerja jadi nggak segenting biasanya. Alat ini bukan cuma mendeteksi gas, tapi juga memberi kamu rasa aman—kayak punya teman yang selalu ngingetin kalau bahaya datang.

Baca Juga : Ninhidrin: Rahasia Warna Ungu dari Uji Protein yang Jarang Dibahas

Hati-Hati, Alatnya Harus Dikalibrasi!

1. Kalibrasi = Kepercayaan

Sebagus apapun alatnya, kalau nggak dikalibrasi rutin, ya percuma. Alarm bisa ngaco, pembacaan bisa ngawur. Kalibrasi itu ibarat ngecek mata minus kamu sebelum beli kacamata—harus presisi.

Sebagai teknisi kalibrasi, saya udah sering banget nemuin alat detektor gas yang lupa dikalibrasi berbulan-bulan. Hasilnya? Ada yang mati suri, ada juga yang bunyi terus walau nggak ada gas. Kan ngeselin.

2. Wajib Kalibrasi Berkala

Idealnya, kalibrasi dilakukan setiap 6 bulan sekali (atau sesuai rekomendasi pabrikan). Dan bukan cuma sekali seumur hidup, ya. Kalibrasi ini harus jadi kebiasaan, bukan musiman.

 

Tips Menggunakan Personal Gas Detector

1. Jangan Disimpan di Laci

Saya pernah nemu alat detektor yang disimpan rapi di lemari. Masih mulus, nggak pernah dipakai. Sayangnya, itu artinya dia juga nggak pernah menyelamatkan siapa pun. Personal gas detector harus selalu dibawa ke area kerja, bukan dipajang di kantor.

2. Selalu Lakukan Bump Test

Sebelum digunakan, selalu lakukan bump test. Ini semacam “cek detak jantung” alat kamu. Pastikan sensor dan alarmnya masih hidup dan bekerja. Jangan sampai kamu baru tahu alatnya rusak pas kamu udah dikelilingi gas!

 

Kamu Punya Pilihan, Mau Selamat atau Nggak?

Personal gas detector bukan alat tambahan, tapi alat wajib. Kamu bisa kerja dengan tenang karena ada ‘teman kecil’ yang siap siaga di saku kamu. Tapi, pastikan alat ini selalu dalam kondisi prima—dan itu artinya: harus dikalibrasi!

Kalau kamu butuh layanan kalibrasi personal gas detector (termasuk H2S detector) yang akurat, atau ingin pelatihan dan konsultasi teknis terkait alat-alat safety, saya dan tim PT Sinergi Pro Inovasi siap bantu kamu.

Butuh layanan kalibrasi, pelatihan, atau konsultasi yang akurat dan terpercaya?
📞 Hubungi kami:

Call To Action LinkedIn Banner



Ninhidrin

Pernah nggak kamu melihat reaksi kimia yang warnanya begitu mencolok sampai bikin kamu bengong sesaat? Saya pernah, dan itu waktu pertama kali saya uji sampel pakai ninhidrin. Warnanya bukan cuma cantik, tapi juga ‘ngomong’ banyak soal kandungan di dalam sampel. Aneh memang, betapa satu tetes reagen bisa “menggoda” amino untuk keluar dan menari dalam semburat ungu. Tapi begitulah reaksi uji ninhidrin – sederhana tapi bertenaga.

Waktu itu saya masih cukup baru di laboratorium. Sejujurnya, saya sempat ngira ninhidrin itu semacam bahan pewarna makanan. Tapi kenyataannya, ninhidrin justru lebih cocok disebut “detektor protein rahasia” – karena ia bisa menunjukkan adanya asam amino bebas atau protein lewat perubahan warna yang dramatis. Jadi, kalau kamu penasaran gimana uji ninhidrin menghasilkan warna ungu khasnya, yuk lanjut baca sampai habis.

 

Apa Itu Ninhidrin dan Kenapa Bisa Berubah Warna?

Sebelum kita bicara soal reaksi warna ungu yang ikonik itu, penting untuk tahu dulu: apa sih ninhidrin itu sebenarnya?

Struktur dan Sifat Dasarnya

Ninhidrin adalah senyawa organik dengan rumus kimia C₉H₆O₄. Di laboratorium, ninhidrin biasanya hadir dalam bentuk bubuk kristal putih agak kekuningan, mudah larut dalam pelarut organik. Tapi jangan tertipu penampilannya—sekali bereaksi, dia bisa menciptakan warna yang bikin kamu takjub.

Mekanisme Reaksi Uji Ninhidrin

Reaksi uji ninhidrin bekerja saat senyawa ini bertemu dengan gugus amina bebas, seperti yang terdapat dalam asam amino. Ketika proses deaminasi terjadi, terbentuklah zat yang disebut Ruhemann’s purple — itulah si ungu ajaib itu. Nggak heran kalau uji ini banyak digunakan dalam identifikasi jejak protein atau bahkan sidik jari.

 

Warna Ungu yang Berbicara: Apa Saja Aplikasinya?

Sekarang kita sudah tahu kenapa ninhidrin menghasilkan warna ungu. Tapi yang lebih penting lagi adalah: kenapa warna ini begitu penting dalam dunia laboratorium?

Deteksi Asam Amino dalam Sampel Biologis

Di laboratorium saya, uji ninhidrin sering digunakan untuk memastikan keberadaan asam amino dalam ekstrak biologis, termasuk sampel urin atau protein terhidrolisis. Kalau warnanya muncul, berarti tandanya positif—dan itu bisa jadi petunjuk awal dalam banyak analisis biokimia.

Aplikasi di Dunia Forensik dan Sidik Jari

Kamu mungkin pernah nonton serial detektif yang menunjukkan polisi menyemprotkan sesuatu ke permukaan, lalu muncullah sidik jari. Nah, itu salah satunya adalah ninhidrin. Gugus amino dalam keringat bereaksi dengan ninhidrin, membentuk sidik jari yang tampak ungu keunguan di permukaan kertas.

Baca Juga : Uji Fehling: Rahasia Sederhana Menemukan Gula Reduksi di Laboratorium

Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan Saat Menggunakan Ninhidrin

Walaupun reaksi uji ninhidrin terkesan sederhana, bukan berarti bisa sembarangan juga dalam penggunaannya.

Kondisi Reaksi yang Optimal

Reaksi ini idealnya dilakukan dalam kondisi suhu hangat (sekitar 60-100°C) dan lingkungan yang tidak terlalu lembap. Saya pernah mencoba tanpa pemanasan, dan hasilnya? Warnanya kurang keluar, seperti teh tanpa gula—nggak greget.

Keamanan dan Penanganan

Saya selalu ingatkan ini ke rekan-rekan di laboratorium: ninhidrin itu bahan kimia aktif. Gunakan APD (alat pelindung diri), hindari kontak langsung dengan kulit, dan pastikan ruang kerja punya ventilasi cukup. Karena meskipun warnanya cantik, kita tetap harus waras saat kerja di lab.

 

Waktunya Kamu Bergerak dengan Ilmu yang Akurat

Dari sekadar warna ungu, kita belajar bahwa reaksi uji ninhidrin itu punya makna besar, baik untuk penelitian biokimia hingga investigasi forensik. Tapi semua itu tak akan berarti tanpa validasi dan kalibrasi yang tepat.

Kalau kamu butuh layanan kalibrasi, pelatihan, atau konsultasi yang akurat dan terpercaya, jangan ragu untuk menghubungi kami:

Call To Action LinkedIn Banner

PT Sinergi Pro Inovasi (SPIN) selalu siap membantu kamu mencapai hasil yang valid dan dapat dipertanggungjawabkan. Karena di dunia laboratorium, presisi adalah segalanya.



uji fehling

Karena kadang, yang manis-manis harus diuji dulu sebelum dipercaya.

Pernah nggak sih, kamu penasaran kenapa ada cairan biru cerah di lab yang tiba-tiba berubah jadi merah bata saat dipanaskan? Awal saya masuk dunia laboratorium, saya kira itu semacam “magic show” kimia. Ternyata bukan sulap, bukan sihir—itu Uji Fehling. Salah satu cara klasik tapi tetap relevan untuk mendeteksi keberadaan gula reduksi, seperti glukosa, dalam sampel.

Saya ingat dulu, saat pelatihan pertama di PT Sinergi Pro Inovasi, senior saya bilang, “Kalau Fehling berubah warna, berarti dia sudah jatuh cinta.” Lucu memang, tapi analoginya pas. Reaksi glukosa dengan Fehling memang seperti cinta: jelas, hangat, dan bisa bikin merah (larutannya, bukan pipi kamu).

Uji Fehling bukan cuma eksperimen yang cantik secara visual, tapi juga punya peran penting dalam dunia pengujian karbohidrat. Nah, kalau kamu sedang belajar atau kerja di lab dan pengin tahu kenapa Fehling bisa tahu kadar glukosa, yuk kita bongkar bareng!

 

Apa Itu Uji Fehling?

Uji Fehling Adalah…

Secara sederhana, uji Fehling adalah metode kimia untuk mendeteksi keberadaan gula reduksi, terutama glukosa. Larutan ini terdiri dari dua bagian: Fehling A yang mengandung tembaga(II) sulfat, dan Fehling B yang mengandung natrium kalium tartrat dalam larutan basa.

Ketika dua larutan ini dicampur dan dipanaskan bersama dengan sampel yang mengandung gula reduksi, akan terjadi reaksi uji Fehling. Kalau glukosa ada di sana, warnanya berubah dari biru ke merah bata. Kenapa bisa begitu? Karena glukosa dapat mereduksi larutan Fehling sebab glukosa mengandung gugus aldehida yang aktif.

Fehling untuk Menguji Karbohidrat

Uji Fehling pada karbohidrat terutama digunakan untuk membedakan antara monosakarida dan disakarida. Karbohidrat seperti glukosa akan memberikan hasil positif (perubahan warna), sedangkan sukrosa yang bukan gula reduksi tidak bereaksi—kecuali kamu hidrolisis dulu.

Itulah kenapa uji Fehling karbohidrat ini sering muncul dalam praktikum dasar kimia organik. Simpel tapi powerful. Seperti saya saat disuruh menjelaskan prosedur ke anak magang, padahal baru ngopi seteguk.

Baca Juga : Cara Cek Transistor Rusak: Panduan Praktis dari Meja Kalibrasi Saya

Bagaimana Reaksi Uji Fehling Terjadi?

Reaksi Glukosa dengan Fehling

Reaksinya cukup elegan. Glukosa yang memiliki gugus aldehida akan mereduksi ion tembaga(II) menjadi tembaga(I), yang tidak larut dan mengendap sebagai Cu₂O berwarna merah bata. Inilah penanda bahwa reaksi positif telah terjadi.

Glukosa Dapat Mereduksi Larutan Fehling Sebab Glukosa Mengandung…

…gugus aldehida. Dan ini bukan basa-basi. Gugus aldehida pada glukosa bersifat reduktor kuat. Makanya glukosa begitu mudah terdeteksi oleh larutan Fehling. Fehling adalah salah satu metode klasik yang masih sering digunakan sampai sekarang—terutama dalam pengujian makanan atau praktikum di laboratorium pendidikan.

 

Kenapa Uji Fehling Masih Relevan?

Karena Ilmu Dasar Tetap Penting

Meskipun sekarang kita punya instrumen canggih seperti spektrofotometer atau HPLC, uji Fehling tetap punya tempat. Dia mengajarkan kita logika kimia dasar—reaksi redoks, karakteristik karbohidrat, dan cara kerja larutan.

Karena Praktis dan Visual

Uji ini juga visual banget. Bagi saya, melihat perubahan warna langsung itu seperti “reward” setelah kerja keras mempersiapkan sampel. Bahkan saya pernah iseng uji sirup gula di rumah—hasilnya? Tetap merah bata, dan saya yakin itu bukan karena cinta, tapi karena kandungan glukosa tinggi.

 

Jadi, Uji Fehling Itu Penting Nggak?

Penting banget! Baik buat pendidikan, riset, ataupun industri. Dia seperti pintu awal memahami reaksi redoks dalam karbohidrat.

Dan ngomong-ngomong soal pengujian dan analisis, saya jadi ingat—banyak banget laboratorium atau instansi yang pengin tingkatkan kompetensi analisnya, tapi bingung mulai dari mana. Nah, kalau kamu butuh pelatihan, kalibrasi alat, atau konsultasi pengujian yang akurat dan terpercaya, percayakan pada kami.

📞 Butuh layanan kalibrasi, pelatihan, atau konsultasi?
Hubungi:

Call To Action LinkedIn Banner

siap bantu kamu dengan layanan profesional dan hasil yang bisa dipertanggungjawabkan. Karena di laboratorium, yang penting bukan cuma alatnya presisi—tapi juga orang-orangnya berintegritas.



 

cara cek transistor rusak

Saya masih ingat betul kejadian di ruang kerja minggu lalu. Salah satu klien kami datang dengan wajah cemas sambil menggenggam papan PCB, “Mas, ini kayaknya TR final-nya kena. Bisa bantu cek?” katanya.

Nah, di situlah saya sadar: ternyata masih banyak teknisi, hobiis, bahkan profesional, yang belum yakin cara cek transistor rusak atau tidak. Padahal, dengan multitester digital, kamu bisa menghindari drama elektronik berjam-jam—asal tahu caranya.

Itulah mengapa saya tulis artikel ini. Bukan sekadar teori dari buku, tapi juga pengalaman pribadi dari “medan tempur” laboratorium kalibrasi. Dan ya, kalau kamu pernah salah ukur dan malah nyetrum diri sendiri—tenang, saya juga pernah.

 

Cara Cek Transistor Rusak

Mengetahui kondisi transistor itu seperti detektif elektronik. Kita harus sabar, teliti, dan kadang pakai “insting tukang solder.” Di bagian ini, saya akan kupas tuntas cara mengecek transistor hidup atau mati, cara cek TR final dengan avo digital, sampai ke ciri mosfet rusak. Kita akan mulai dari dasarnya.

Cara Mengukur Transistor dengan Multitester Digital

Pertama, pastikan alat kamu: multitester digital. Mode yang digunakan biasanya dioda tester. Saya biasa pakai AVO yang udah dikalibrasi rutin (maklum, biasanya saya yang kalibrasi juga, hehe).

Untuk transistor NPN:

  • Probe merah ke basis, probe hitam ke kolektor → harus ada nilai.
  • Probe merah ke basis, hitam ke emitter → ada nilai juga.
  • Coba bolak-balik probe ke pin lain → harus tidak ada nilai.

Untuk PNP, tinggal dibalik aja posisi probenya.

Cek Transistor Rusak atau Tidak: Tips Lapangan

Kalau nilainya nol atau bahkan overload semua, kemungkinan besar transistor kamu short atau open. Tapi jangan langsung menyalahkan TR—cek juga layout PCB, kadang solderan cold joint bikin seolah-olah transistor rusak.

Dan satu tips dari saya: jangan cuma percaya satu kali cek. Saya biasanya lakukan pengukuran dua kali dari sisi pin yang berbeda untuk memastikan hasilnya valid.

Baca Juga : Skema PSU Simetris: Rahasia Stabilitas Tegangan di Balik Rangkaian Power Supply Simetris 15 Volt yang Handal

Ciri-Ciri Transistor dan Mosfet Rusak

Kamu bisa menilai dari visual, panas berlebih, atau gejala pada rangkaian. Tapi pengukuran tetap kunci utama.

Ciri Transistor Final Rusak di Rangkaian

Biasanya sih tanda-tandanya begini:

  • Tidak ada output audio (kalau di power amplifier).
  • TR final panas banget padahal tanpa beban.
  • Arus konsumsi tinggi walau input 0.

Nah, buat kamu yang suka ngoprek PA system, pasti familiar dengan gejala seperti ini. Jangan buru-buru ganti semua—cek TR final dulu.

Ciri Mosfet Rusak dan Cara Mengujinya

MOSFET juga bisa diuji dengan multitester digital, meskipun agak beda dari BJT:

  • Gate ke source harus terbaca open.
  • Drain ke source saat diberi bias gate bisa berubah.

Kalau kamu sudah uji tapi masih ragu, ya… ada baiknya ganti dulu baru tes ulang. Tapi pastikan komponen penggantinya benar. Jangan kayak salah satu klien saya yang salah pasang MOSFET N-channel di rangkaian P-channel. Hasilnya? BOOM.

 

Kesalahan Umum Saat Mengecek Transistor

Tidak Memutus Sambungan dari PCB

Ini kesalahan klasik. Kamu harus lepas minimal satu kaki transistor dari PCB untuk hasil yang akurat. Kenapa? Karena resistor atau jalur lain bisa bikin pembacaan multitester kamu menipu.

Salah Mode Multitester

Nah ini juga penting. Jangan pakai mode resistansi biasa, karena hasilnya bisa rancu. Gunakan mode diode tester supaya lebih akurat.

 

Jangan Asal Tebak, Yuk Jadi Teknisi yang Terukur

Cek transistor itu seni sekaligus sains. Jangan sampai kamu ganti-ganti komponen tanpa tahu penyebab aslinya. Lebih baik ukur dengan benar, gunakan alat yang terkalibrasi, dan jangan malas mencatat hasil.

Saya percaya, kamu bisa jadi teknisi yang lebih presisi dan profesional. Dan kalau kamu butuh alat ukur yang akurat, pelatihan tentang cara mengukur yang benar, atau bahkan konsultasi untuk kasus-kasus “susah didiagnosa”—tenang, saya dan tim di PT Sinergi Pro Inovasi siap bantu kamu.

Butuh bantuan lebih lanjut?

Call To Action LinkedIn Banner

📍 Dari PT Sinergi Pro Inovasi (SPIN) – Kalibrasi, Pelatihan, dan Konsultasi berkualitas untuk para profesional sejati.



 

 

skema psu simetris

Skema PSU Simetris

Saat pertama kali saya diminta mengecek rangkaian power supply simetris untuk alat ukur di lab, jujur saya sempat garuk-garuk kepala. Bukan karena saya nggak paham—tapi karena kabelnya kusut kayak benang ruwet habis dicuci. Tapi dari situ saya sadar, betapa pentingnya kita paham skema power supply simetris sebelum menyalahkan elko atau IC yang katanya “sering jebol sendiri.”

PSU simetris ini seperti sahabat karib buat perangkat elektronik yang butuh suplai tegangan positif dan negatif secara seimbang. Kalau kamu main di dunia op-amp, mikrokontroler, atau alat ukur digital, pasti akrab banget dengan power supply simetris.

Kebanyakan orang tahunya cuma PSU biasa yang kasih tegangan +12V. Tapi begitu masuk ke dunia rangkaian PSU simetris—apalagi yang 15 volt CT—wah, di situlah kamu mulai menyadari bahwa simetris itu bukan sekadar estetika, tapi soal kestabilan dan presisi.

Nah, sebelum saya lanjut cerita soal pengalaman lucu waktu pasang PSU simetris di alat kalibrasi suhu (yang bikin kipas muter terus kayak ngambek), yuk kita lihat dulu jenis-jenis skema power supply simetris yang umum dipakai.

Skema PSU Simetris CT

Kalau kamu lihat skema power supply simetris 15 volt CT, biasanya terdiri dari trafo CT (center tap), dioda bridge, kapasitor, dan regulator. Konfigurasi ini menghasilkan tegangan +15V, 0V (ground), dan -15V.

Trafo CT ini jadi kunci utama. Karena titik tengah lilitan sekunder trafo disambungkan ke ground, maka akan dihasilkan dua kutub tegangan yang seimbang. Ini sangat ideal untuk rangkaian operasional amplifier dan perangkat penguat audio.

Waktu saya pasang skema ini di lab, awalnya sempat salah pasang kutub elko, dan… boom! Elko-nya “batuk-batuk” sambil mengeluarkan aroma khas elektronik gosong. Makanya, pastikan kamu baca dulu polaritas dan cek skemanya sebelum solder-solder.

Skema PSU Non CT

Kalau kamu cuma punya trafo biasa alias non center tap, jangan sedih dulu. Ada juga skema power supply non CT yang tetap bisa menghasilkan tegangan ganda, walau tidak sepresisi trafo CT. Biasanya memanfaatkan charge pump atau inverter IC seperti ICL7660 untuk bikin tegangan negatif dari satu sumber positif.

Tapi pengalaman saya, kalau kamu butuh kestabilan dan ripple rendah—terutama buat alat ukur atau kalibrasi—lebih baik pakai skema psu ct yang lebih stabil dan minim noise.

Baca Juga : Rahasia di Balik Uji Keseragaman Kandungan: Kenapa Harus Peduli?

Rangkaian Power Supply Simetris

Rangkaian Power Supply 15 Volt

Komponen paling umum dalam skema power supply simetris 15 volt adalah IC regulator 7815 dan 7915. Dua IC ini seperti pasangan sejati—yang satu bertugas menstabilkan tegangan positif, satunya lagi tegangan negatif.

Saya ingat waktu dulu pertama kali merakit rangkaian ini buat uji alat osiloskop. Saya semangat banget sampai lupa masang pendingin di IC-nya. Hasilnya? IC-nya panas kayak setrika. Pelajaran: jangan pernah remehkan pentingnya heatsink, ya.

Skema Rangkaian Power Supply dan Perhitungannya

Kalau kamu suka oprek sendiri dan pengin belajar perhitungan dasar dari skema rangkaian power supply, coba deh cek nilai kapasitansi elko, rating arus dioda, dan watt trafo.

Contoh, buat PSU 15V simetris dengan arus 1A, kamu bisa pakai trafo 18V CT 1A (karena ada drop sekitar 2V di regulator). Dioda 1N5402 juga cukup, dan elko minimal 2200uF per jalur untuk hasil tegangan yang halus dan bebas ripple.

 

Kenapa Harus Paham Skema PSU Simetris?

Kebutuhan di Dunia Kalibrasi dan Instrumentasi

Sebagai orang lab, saya sering dapat alat dari vendor yang katanya “siap pakai”, tapi PSU-nya cuma satu jalur. Hasilnya? Alatnya rewel dan gak bisa kalibrasi presisi. Maka dari itu, saya dan tim di PT Sinergi Pro Inovasi selalu pakai rangkaian psu simetris untuk alat-alat presisi.

Lebih Mudah Diagnosa Kerusakan

Kalau kamu paham skema psu simetris, kamu juga akan lebih cepat tahu kalau masalahnya ada di bagian regulator atau filter. Percaya deh, ini menyelamatkan banyak waktu dan biaya service yang bisa kamu alihkan buat beli gorengan sore.

 

Simetris Itu Bukan Sekadar Nama, Tapi Stabilitas yang Nyata

Jadi, mulai sekarang jangan remehkan rangkaian power supply simetris, apalagi skema power supply simetris 15 volt CT. Bukan hanya soal teknis, tapi soal ketenangan hati saat alat ukurmu stabil dan hasil kalibrasi presisi.

Butuh layanan kalibrasi, pelatihan, atau konsultasi yang akurat dan terpercaya?

📞 Hubungi kami:

Call To Action LinkedIn Banner



uji keseragaman kandungan

Kalau boleh jujur, saya pernah sekali waktu iseng ngebandingin dua tablet vitamin C yang saya beli di minimarket. Bentuknya sama, warnanya sama, harganya pun beda tipis. Tapi pas saya uji di lab — eh kok kandungan vitaminnya beda jauh? Dari situ saya makin paham, ternyata di dunia farmasi, hal sekecil ini bisa punya dampak besar. Nah, makanya saya mau ajak kamu ngobrol santai soal uji keseragaman kandungan. Tenang, nggak akan berat kok. Saya bakal bahas dengan gaya cerita ala laboratorium SPIN (PT Sinergi Pro Inovasi).

Karena siapa tahu, setelah baca ini, kamu juga bakal lebih hati-hati soal produk farmasi atau kosmetik yang kamu konsumsi tiap hari.

 

Apa Itu Uji Keseragaman Kandungan?

Uji keseragaman kandungan adalah salah satu pengujian penting dalam industri farmasi, kosmetik, bahkan makanan suplemen. Tujuannya? Pastikan setiap tablet, kapsul, atau sediaan cair yang diproduksi punya kadar zat aktif yang seragam, sesuai dengan labelnya.

Bayangin deh, kamu beli obat flu. Kalau kandungannya nggak seragam, bisa-bisa ada tablet yang cuma isi angin, ada yang over dosis. Bahaya kan? Nah, makanya uji ini wajib dilakukan sebelum produk edar ke masyarakat.

Kenapa Keseragaman Kandungan Itu Krusial?

Selain demi keselamatan konsumen, uji keseragaman kandungan juga jadi syarat mutlak dari BPOM dan standar internasional kayak Farmakope Indonesia atau USP. Nggak bisa asal bikin, harus ada hasil laboratorium yang membuktikan tiap produk layak edar.

Saya pernah ketemu kasus di lapangan, satu pabrik farmasi kena tegur karena kadar zat aktif di kapsulnya nggak konsisten. Padahal beda tipis, cuma 2-3%. Tapi buat BPOM, itu udah masuk kategori gagal. Karena sedikit perbedaan itu bisa pengaruhi efek terapi ke pasien.

Parameter Penting dalam Uji Keseragaman Kandungan

Dalam prosesnya, beberapa parameter utama yang dicek antara lain:

  • Rata-rata kadar zat aktif
  • Persentase deviasi antar sampel
  • Standar batas deviasi maksimum

Biasanya diuji minimal 10 unit produk. Hasilnya harus memenuhi batas yang ditetapkan Farmakope. Kalau lebih? Produk wajib ditarik atau diproses ulang.

Baca Juga : Makroskopik Adalah: Cara Sederhana Menilai Kualitas Bahan Secara Kasat Mata

Metode yang Dipakai untuk Uji Keseragaman Kandungan

Dalam laboratorium kalibrasi dan pengujian, ada beberapa metode yang sering dipakai. Masing-masing punya kelebihan dan tingkat akurasi sendiri.

Uji Secara Kimiawi (Assay)

Metode paling umum dan akurat. Sampel dihancurkan, lalu diuji kandungan zat aktifnya menggunakan alat spektrofotometer, HPLC, atau metode titrasi. Saya pribadi suka pakai HPLC karena hasilnya presisi, bisa deteksi sampai level mikrogram.

Uji Berat Kapsul/Tablet

Cara sederhana tapi efektif untuk produk padat. Cek bobot tiap unit, bandingkan dengan bobot rata-rata. Kalau selisihnya signifikan, berarti ada potensi ketidaksesuaian kandungan.

 

Standar Regulasi Terkait Keseragaman Kandungan

Di Indonesia, regulasi soal uji ini diatur BPOM dan Farmakope Indonesia. Internasionalnya, ngikut USP, BP, atau EP. Semua menetapkan standar deviasi maksimal yang boleh ditoleransi.

Batas Deviation yang Diizinkan

Contohnya, Farmakope Indonesia mengatur kalau minimal 9 dari 10 sampel harus punya kandungan zat aktif di kisaran 85%-115% dari kadar yang tertera di label. Kalau cuma 8 yang lolos? Langsung diskualifikasi.

Konsekuensi Jika Tidak Memenuhi Standar

Kalau hasilnya nggak memenuhi standar, selain produk ditarik, reputasi produsen bisa anjlok. Saya pernah dapet cerita dari kolega di pabrik farmasi, mereka sampai rugi miliaran karena satu batch gagal uji keseragaman. Jangan sampai kejadian serupa terulang.

 

Yuk Pastikan Produk Kamu Teruji dengan Akurat!

Nah, setelah baca ini, saya harap kamu jadi lebih paham betapa pentingnya uji keseragaman kandungan. Bukan cuma soal angka di label, tapi soal keamanan dan kepercayaan konsumen.

Kalau kamu pelaku industri farmasi, kosmetik, atau suplemen, jangan ambil risiko. Gunakan jasa laboratorium kalibrasi dan pengujian yang terpercaya. Di PT Sinergi Pro Inovasi (SPIN), kami siap bantu mulai dari kalibrasi alat, uji laboratorium, hingga training SDM.

📞 Hubungi kami sekarang juga:

Call To Action LinkedIn Banner

Jangan tunggu produkmu bermasalah dulu. Karena di lab, lebih baik ‘sakit hati’ saat uji, daripada ‘sakit reputasi’ di pasar!


PT SInergi Pro Inovasi

LABORATORIUM

KALIBRASI

Sampaikan kepada Kami apa yang Anda butuhkan, Kami siap melayani
0813-9438-9300

www.laboratoriumkalibrasispin.co.id

kalibrasi@spinsinergi.com