M. Taufik Alamsah | Laboratorium Kalibrasi SPIN - Part 6


 

 

skema psu simetris

Skema PSU Simetris

Saat pertama kali saya diminta mengecek rangkaian power supply simetris untuk alat ukur di lab, jujur saya sempat garuk-garuk kepala. Bukan karena saya nggak paham—tapi karena kabelnya kusut kayak benang ruwet habis dicuci. Tapi dari situ saya sadar, betapa pentingnya kita paham skema power supply simetris sebelum menyalahkan elko atau IC yang katanya “sering jebol sendiri.”

PSU simetris ini seperti sahabat karib buat perangkat elektronik yang butuh suplai tegangan positif dan negatif secara seimbang. Kalau kamu main di dunia op-amp, mikrokontroler, atau alat ukur digital, pasti akrab banget dengan power supply simetris.

Kebanyakan orang tahunya cuma PSU biasa yang kasih tegangan +12V. Tapi begitu masuk ke dunia rangkaian PSU simetris—apalagi yang 15 volt CT—wah, di situlah kamu mulai menyadari bahwa simetris itu bukan sekadar estetika, tapi soal kestabilan dan presisi.

Nah, sebelum saya lanjut cerita soal pengalaman lucu waktu pasang PSU simetris di alat kalibrasi suhu (yang bikin kipas muter terus kayak ngambek), yuk kita lihat dulu jenis-jenis skema power supply simetris yang umum dipakai.

Skema PSU Simetris CT

Kalau kamu lihat skema power supply simetris 15 volt CT, biasanya terdiri dari trafo CT (center tap), dioda bridge, kapasitor, dan regulator. Konfigurasi ini menghasilkan tegangan +15V, 0V (ground), dan -15V.

Trafo CT ini jadi kunci utama. Karena titik tengah lilitan sekunder trafo disambungkan ke ground, maka akan dihasilkan dua kutub tegangan yang seimbang. Ini sangat ideal untuk rangkaian operasional amplifier dan perangkat penguat audio.

Waktu saya pasang skema ini di lab, awalnya sempat salah pasang kutub elko, dan… boom! Elko-nya “batuk-batuk” sambil mengeluarkan aroma khas elektronik gosong. Makanya, pastikan kamu baca dulu polaritas dan cek skemanya sebelum solder-solder.

Skema PSU Non CT

Kalau kamu cuma punya trafo biasa alias non center tap, jangan sedih dulu. Ada juga skema power supply non CT yang tetap bisa menghasilkan tegangan ganda, walau tidak sepresisi trafo CT. Biasanya memanfaatkan charge pump atau inverter IC seperti ICL7660 untuk bikin tegangan negatif dari satu sumber positif.

Tapi pengalaman saya, kalau kamu butuh kestabilan dan ripple rendah—terutama buat alat ukur atau kalibrasi—lebih baik pakai skema psu ct yang lebih stabil dan minim noise.

Baca Juga : Rahasia di Balik Uji Keseragaman Kandungan: Kenapa Harus Peduli?

Rangkaian Power Supply Simetris

Rangkaian Power Supply 15 Volt

Komponen paling umum dalam skema power supply simetris 15 volt adalah IC regulator 7815 dan 7915. Dua IC ini seperti pasangan sejati—yang satu bertugas menstabilkan tegangan positif, satunya lagi tegangan negatif.

Saya ingat waktu dulu pertama kali merakit rangkaian ini buat uji alat osiloskop. Saya semangat banget sampai lupa masang pendingin di IC-nya. Hasilnya? IC-nya panas kayak setrika. Pelajaran: jangan pernah remehkan pentingnya heatsink, ya.

Skema Rangkaian Power Supply dan Perhitungannya

Kalau kamu suka oprek sendiri dan pengin belajar perhitungan dasar dari skema rangkaian power supply, coba deh cek nilai kapasitansi elko, rating arus dioda, dan watt trafo.

Contoh, buat PSU 15V simetris dengan arus 1A, kamu bisa pakai trafo 18V CT 1A (karena ada drop sekitar 2V di regulator). Dioda 1N5402 juga cukup, dan elko minimal 2200uF per jalur untuk hasil tegangan yang halus dan bebas ripple.

 

Kenapa Harus Paham Skema PSU Simetris?

Kebutuhan di Dunia Kalibrasi dan Instrumentasi

Sebagai orang lab, saya sering dapat alat dari vendor yang katanya “siap pakai”, tapi PSU-nya cuma satu jalur. Hasilnya? Alatnya rewel dan gak bisa kalibrasi presisi. Maka dari itu, saya dan tim di PT Sinergi Pro Inovasi selalu pakai rangkaian psu simetris untuk alat-alat presisi.

Lebih Mudah Diagnosa Kerusakan

Kalau kamu paham skema psu simetris, kamu juga akan lebih cepat tahu kalau masalahnya ada di bagian regulator atau filter. Percaya deh, ini menyelamatkan banyak waktu dan biaya service yang bisa kamu alihkan buat beli gorengan sore.

 

Simetris Itu Bukan Sekadar Nama, Tapi Stabilitas yang Nyata

Jadi, mulai sekarang jangan remehkan rangkaian power supply simetris, apalagi skema power supply simetris 15 volt CT. Bukan hanya soal teknis, tapi soal ketenangan hati saat alat ukurmu stabil dan hasil kalibrasi presisi.

Butuh layanan kalibrasi, pelatihan, atau konsultasi yang akurat dan terpercaya?

📞 Hubungi kami:

Call To Action LinkedIn Banner



uji keseragaman kandungan

Kalau boleh jujur, saya pernah sekali waktu iseng ngebandingin dua tablet vitamin C yang saya beli di minimarket. Bentuknya sama, warnanya sama, harganya pun beda tipis. Tapi pas saya uji di lab — eh kok kandungan vitaminnya beda jauh? Dari situ saya makin paham, ternyata di dunia farmasi, hal sekecil ini bisa punya dampak besar. Nah, makanya saya mau ajak kamu ngobrol santai soal uji keseragaman kandungan. Tenang, nggak akan berat kok. Saya bakal bahas dengan gaya cerita ala laboratorium SPIN (PT Sinergi Pro Inovasi).

Karena siapa tahu, setelah baca ini, kamu juga bakal lebih hati-hati soal produk farmasi atau kosmetik yang kamu konsumsi tiap hari.

 

Apa Itu Uji Keseragaman Kandungan?

Uji keseragaman kandungan adalah salah satu pengujian penting dalam industri farmasi, kosmetik, bahkan makanan suplemen. Tujuannya? Pastikan setiap tablet, kapsul, atau sediaan cair yang diproduksi punya kadar zat aktif yang seragam, sesuai dengan labelnya.

Bayangin deh, kamu beli obat flu. Kalau kandungannya nggak seragam, bisa-bisa ada tablet yang cuma isi angin, ada yang over dosis. Bahaya kan? Nah, makanya uji ini wajib dilakukan sebelum produk edar ke masyarakat.

Kenapa Keseragaman Kandungan Itu Krusial?

Selain demi keselamatan konsumen, uji keseragaman kandungan juga jadi syarat mutlak dari BPOM dan standar internasional kayak Farmakope Indonesia atau USP. Nggak bisa asal bikin, harus ada hasil laboratorium yang membuktikan tiap produk layak edar.

Saya pernah ketemu kasus di lapangan, satu pabrik farmasi kena tegur karena kadar zat aktif di kapsulnya nggak konsisten. Padahal beda tipis, cuma 2-3%. Tapi buat BPOM, itu udah masuk kategori gagal. Karena sedikit perbedaan itu bisa pengaruhi efek terapi ke pasien.

Parameter Penting dalam Uji Keseragaman Kandungan

Dalam prosesnya, beberapa parameter utama yang dicek antara lain:

  • Rata-rata kadar zat aktif
  • Persentase deviasi antar sampel
  • Standar batas deviasi maksimum

Biasanya diuji minimal 10 unit produk. Hasilnya harus memenuhi batas yang ditetapkan Farmakope. Kalau lebih? Produk wajib ditarik atau diproses ulang.

Baca Juga : Makroskopik Adalah: Cara Sederhana Menilai Kualitas Bahan Secara Kasat Mata

Metode yang Dipakai untuk Uji Keseragaman Kandungan

Dalam laboratorium kalibrasi dan pengujian, ada beberapa metode yang sering dipakai. Masing-masing punya kelebihan dan tingkat akurasi sendiri.

Uji Secara Kimiawi (Assay)

Metode paling umum dan akurat. Sampel dihancurkan, lalu diuji kandungan zat aktifnya menggunakan alat spektrofotometer, HPLC, atau metode titrasi. Saya pribadi suka pakai HPLC karena hasilnya presisi, bisa deteksi sampai level mikrogram.

Uji Berat Kapsul/Tablet

Cara sederhana tapi efektif untuk produk padat. Cek bobot tiap unit, bandingkan dengan bobot rata-rata. Kalau selisihnya signifikan, berarti ada potensi ketidaksesuaian kandungan.

 

Standar Regulasi Terkait Keseragaman Kandungan

Di Indonesia, regulasi soal uji ini diatur BPOM dan Farmakope Indonesia. Internasionalnya, ngikut USP, BP, atau EP. Semua menetapkan standar deviasi maksimal yang boleh ditoleransi.

Batas Deviation yang Diizinkan

Contohnya, Farmakope Indonesia mengatur kalau minimal 9 dari 10 sampel harus punya kandungan zat aktif di kisaran 85%-115% dari kadar yang tertera di label. Kalau cuma 8 yang lolos? Langsung diskualifikasi.

Konsekuensi Jika Tidak Memenuhi Standar

Kalau hasilnya nggak memenuhi standar, selain produk ditarik, reputasi produsen bisa anjlok. Saya pernah dapet cerita dari kolega di pabrik farmasi, mereka sampai rugi miliaran karena satu batch gagal uji keseragaman. Jangan sampai kejadian serupa terulang.

 

Yuk Pastikan Produk Kamu Teruji dengan Akurat!

Nah, setelah baca ini, saya harap kamu jadi lebih paham betapa pentingnya uji keseragaman kandungan. Bukan cuma soal angka di label, tapi soal keamanan dan kepercayaan konsumen.

Kalau kamu pelaku industri farmasi, kosmetik, atau suplemen, jangan ambil risiko. Gunakan jasa laboratorium kalibrasi dan pengujian yang terpercaya. Di PT Sinergi Pro Inovasi (SPIN), kami siap bantu mulai dari kalibrasi alat, uji laboratorium, hingga training SDM.

📞 Hubungi kami sekarang juga:

Call To Action LinkedIn Banner

Jangan tunggu produkmu bermasalah dulu. Karena di lab, lebih baik ‘sakit hati’ saat uji, daripada ‘sakit reputasi’ di pasar!



makroskopik adalah

Pernah nggak sih, kamu nemu tablet obat yang warnanya agak pudar, bentuknya nggak seragam, atau ada bercak di permukaannya? Nah, di laboratorium kalibrasi seperti di PT Sinergi Pro Inovasi tempat saya bekerja, hal-hal kayak gitu nggak boleh dianggap sepele. Saya pernah punya pengalaman lucu waktu pertama kali pegang uji makroskopik — saya kira semua tablet itu bakal mulus kayak kulit bayi. Eh, ternyata kenyataannya, ada yang bentuknya kayak asteroid kecil!

Uji makroskopik adalah salah satu tahap awal dalam proses pengujian bahan atau produk, yang dilakukan hanya dengan pengamatan langsung menggunakan indera manusia, tanpa bantuan alat khusus. Kita cukup gunakan mata, kadang hidung, dan feeling ala-ala detektif laboratorium buat menilai apakah sebuah produk itu layak atau tidak.

Di artikel ini, saya bakal ajak kamu ngobrol santai tentang apa itu makroskopis, kenapa uji makroskopik itu penting, dan gimana sih prosedur sederhananya. Siapa tahu, setelah baca ini, kamu jadi makin paham kenapa di dunia laboratorium, hal yang kelihatannya sepele bisa jadi penentu mutu.

 

Makroskopik Adalah Pemeriksaan Kasat Mata yang Jangan Diremehkan

Kalau dengar kata “makroskopik”, mungkin yang kebayang di kepala kamu adalah hal-hal gede, kayak teleskop atau planet. Tapi tenang, di dunia laboratorium, makroskopik adalah istilah buat pengamatan kasat mata terhadap bahan uji. Tanpa bantuan mikroskop, tanpa alat canggih, cuma pakai mata telanjang — ya kayak kamu lagi mantau gorengan yang gosong sebelah itu.

Uji makroskopik adalah metode sederhana tapi penting, khususnya buat screening awal sebelum bahan atau produk masuk ke tahap pengujian yang lebih kompleks. Di sini, kita bisa langsung nilai apakah ada cacat fisik, perubahan warna, bau yang aneh, atau tekstur yang nggak sesuai standar. Kalau istilah kerennya, ini semacam first impression buat produk yang mau kita uji.

Apa Itu Makroskopis dalam Pengujian?

Apa itu makroskopis? Singkatnya, makroskopis adalah segala sesuatu yang bisa dilihat langsung oleh mata manusia tanpa bantuan alat pembesar. Di dunia laboratorium, istilah ini dipakai buat mendeskripsikan karakteristik fisik bahan uji yang diamati secara visual. Misalnya warna tablet, bentuk granul, hingga bau dari serbuk bahan baku.

Dulu waktu awal-awal saya belajar di lab, saya pikir pekerjaan ini bakal gampang — tinggal lihat, catat, selesai. Ternyata, mata kita harus benar-benar terlatih. Saya pernah ketipu lihat tablet yang kelihatannya putih bersih, eh pas diamati baik-baik, ada bercak kekuningan halus di pinggirnya. Nah lho!

Uji Makroskopik Adalah Tahap Krusial Sebelum Pengujian Lanjut

Banyak yang menganggap uji makroskopik adalah tahap remeh, padahal justru di sinilah banyak ketidaksesuaian produk bisa langsung ketahuan. Coba bayangkan, kalau kita nggak teliti di awal, bisa saja bahan yang warnanya pudar atau bentuknya nggak seragam lolos ke tahap analisis berikutnya. Akibatnya? Hasil uji bisa bias, dan mutu produk jadi dipertanyakan.

Makanya, di PT Sinergi Pro Inovasi, kami selalu tekankan pentingnya uji makroskopik ini ke semua teknisi dan analis. Karena dari sekadar lihat-lihat itu, kita bisa menyelamatkan banyak batch produksi dari kegagalan mutu.

Baca Juga : Wajib Tahu! Begini Cara Uji Kualitas Air yang Benar di Laboratorium

Jenis-jenis Uji Makroskopik yang Sering Dilakukan di Laboratorium

Nggak cuma satu, ternyata ada beberapa jenis uji makroskopik yang biasa kita kerjakan di lab. Semua tergantung jenis sampelnya. Saya kasih contoh yang paling umum, ya.

Pengamatan Warna, Bentuk, dan Bau

Ini yang paling dasar. Warna tablet harus konsisten, bentuknya harus sesuai standar (nggak boleh ada yang peang atau gepeng sendiri), dan baunya juga harus normal. Pernah ada bahan serbuk yang baunya aneh kayak plastik terbakar, langsung saya reject tanpa pikir panjang.

Pemeriksaan Kekompakan dan Kebersihan

Kadang kita juga periksa apakah permukaan produk bersih dari noda, serpihan, atau benda asing. Kekompakan tablet pun diperhatikan, jangan sampai ada yang retak atau hancur di dalam kemasan.

 

Kenapa Uji Makroskopik Itu Penting Banget?

Saya tahu, sebagian orang masih mikir, “Ah cuma lihat warna sama bentuk, ngapain repot-repot?” Eits, jangan salah. Di dunia kalibrasi dan pengujian, detail kecil bisa berdampak besar.

Menjamin Mutu Produk di Tahap Awal

Uji makroskopik adalah filter pertama sebelum produk masuk ke pengujian lanjutan. Kalau di tahap ini sudah ada masalah, bisa dipastikan hasil pengujian berikutnya pun bakal ikut bermasalah. Ibaratnya, kamu nggak mungkin masak sop kalau sayurannya sudah busuk duluan, kan?

Mencegah Kerugian Produksi dan Recall Produk

Kalau cacat produk baru ketahuan setelah masuk ke pasar, biaya dan reputasi perusahaan bisa terancam. Dengan uji makroskopik yang teliti sejak awal, potensi kerugian ini bisa ditekan.

 

Yuk, Cek Kualitas Produkmu Bareng Kami!

Jadi gimana, setelah baca ini, kamu makin paham kan, kalau uji makroskopik itu bukan cuma sekadar “lihat-lihat doang”? Di balik kegiatan sederhana ini, ada tanggung jawab besar buat menjaga mutu produk dan keselamatan konsumen.

Kalau kamu butuh layanan kalibrasi, pelatihan uji makroskopik, atau konsultasi tentang prosedur laboratorium yang akurat dan terpercaya, langsung saja hubungi kami:

Call To Action LinkedIn Banner

Kita bantu kamu pastikan mutu produk tetap terjaga dan standar laboratorium kamu makin sip!



uji kualitas air

Kalau saya boleh jujur, salah satu hal yang sering bikin saya heran itu begini — air kelihatan bening, segar, bahkan bisa bikin es teh manis terasa nikmat, tapi siapa sangka kalau di balik kejernihan itu bisa saja tersembunyi berbagai zat tak kasat mata yang bikin kualitasnya jadi dipertanyakan.

Sebagai orang laboratorium, saya nggak bisa cuma menilai air dari penampakan luarnya saja. Makanya, uji kualitas air itu penting banget. Kenapa? Karena kualitas air adalah faktor krusial yang mempengaruhi kesehatan manusia, lingkungan, bahkan kualitas produk di industri. Coba deh kamu bayangkan, kalau air minum di rumah ternyata mengandung logam berat atau bakteri jahat — duh, bisa-bisa yang tadinya segar malah bikin masalah.

Nah, di artikel ini saya akan ajak kamu buat kenalan lebih dekat soal apa itu kualitas air, parameter kualitas air yang mesti diuji, termasuk parameter untuk pengujian air secara kimia yaitu apa saja, hingga bagaimana proses pengukuran kualitas air yang benar di laboratorium seperti tempat saya bekerja.

Jangan khawatir, bahasannya santai kok. Biar kamu nggak tegang kayak pipet yang baru dicuci autoklaf. Yuk, kita mulai!

 

Kenapa Uji Kualitas Air Itu Penting?

Kualitas air adalah ukuran yang menunjukkan seberapa layak air digunakan untuk berbagai keperluan, mulai dari konsumsi, sanitasi, hingga keperluan industri. Dan percayalah, ini bukan sekadar soal air bening atau nggak, tapi lebih jauh dari itu.

Ada banyak parameter kualitas air yang harus diuji untuk memastikan air tersebut aman. Misalnya, parameter untuk pengujian air secara kimia yaitu kandungan logam berat, nitrat, fosfat, hingga residu pestisida. Kalau parameternya di atas batas normal, artinya air tersebut berpotensi bahaya.

Di laboratorium kalibrasi tempat saya bekerja, uji kualitas air itu jadi rutinitas yang nggak pernah bisa disepelekan. Mulai dari air untuk industri farmasi, rumah sakit, hingga depot air minum isi ulang, semuanya wajib lewat proses pengukuran kualitas air yang ketat.

Apa Itu Kualitas Air?

Jadi begini, kualitas air adalah kondisi fisik, kimia, dan biologis air yang menentukan kelayakannya untuk digunakan. Nah, supaya lebih gampang, biasanya kita lihat dari beberapa parameter utama seperti warna, bau, rasa, dan tentu saja — kandungan zat-zat kimia dan mikroorganismenya.

Air yang kualitasnya baik itu yang parameternya sesuai standar, misalnya yang ditetapkan oleh Peraturan Menteri Kesehatan atau SNI. Kalau nggak sesuai? Ya sudah, airnya harus diolah atau nggak boleh dipakai.

Parameter Kualitas Air yang Harus Diuji

Nah, ini bagian yang seru. Parameter kualitas air itu terbagi jadi beberapa jenis:

  • Fisik: warna, bau, rasa, suhu, dan kekeruhan.
  • Kimia: pH, logam berat (seperti timbal, merkuri), nitrat, fosfat, amonia, dan parameter untuk pengujian air secara kimia yaitu klorida, sulfat, COD, BOD, hingga sisa pestisida.
  • Biologis: bakteri E.coli, coliform, dan mikroorganisme lainnya.

Parameter-parameter ini yang jadi patokan dalam pengukuran kualitas air di laboratorium.

Baca Juga : Jangan Asal Tebak! Begini Cara Uji Sedimentasi Suspensi yang Benar di Laboratorium

Bagaimana Proses Uji Kualitas Air di Laboratorium?

Nah, setelah tahu pentingnya uji kualitas air, sekarang saya kasih bocoran soal prosesnya di laboratorium, termasuk di tempat saya di PT Sinergi Pro Inovasi. Prosedurnya nggak bisa asal celup dan intip ya, semua serba terukur.

Pengambilan Sampel Air yang Tepat

Langkah pertama sebelum uji kualitas air dimulai adalah pengambilan sampel. Nggak bisa asal ambil pakai ember di sungai, lalu bawa ke lab. Ada prosedur standar, mulai dari jenis wadah, cara pengambilan, hingga suhu penyimpanan sampel, semuanya harus sesuai ketentuan.

Di lab saya, kami pakai botol steril, diberi label lengkap, dan langsung simpan di suhu dingin kalau belum diuji.

Pengujian Parameter Air Secara Fisik, Kimia, dan Biologi

Sampai di lab, air diuji sesuai parameter kualitas air. Untuk parameter untuk pengujian air secara kimia yaitu pH, logam berat, COD, BOD, klorida, dan sebagainya, kami gunakan alat-alat standar kalibrasi. Karena kalau alatnya nggak akurat, hasil uji bisa ngaco, dan itu bisa berbahaya.

Uji biologis pun tak kalah penting. Biasanya air dites kandungan E.coli dan coliform karena bakteri ini paling sering bikin masalah.

 

Kenapa Kalibrasi Alat Uji Air Itu Wajib?

Saya sering bilang ke tim, “Kalau alat nggak dikalibrasi, itu ibarat kamu timbang badan pakai timbangan rusak — kamu nggak gemuk, tapi timbangan bilang iya.”

Di laboratorium, pengukuran kualitas air pakai alat spektrofotometer, pH meter, turbidimeter, bahkan alat uji bakteriologis. Semuanya harus dikalibrasi secara rutin untuk menjaga akurasi.

Risiko Kalau Alat Tidak Dikontrol

Bayangkan kamu minum air yang katanya pH-nya 7 (netral), tapi karena alat pH meter-nya error, ternyata pH-nya 4. Bisa asam lambungmu protes, kan? Makanya, alat uji kualitas air harus dikalibrasi agar data yang keluar valid dan terpercaya.

SPIN Siap Jadi Partner Uji Kualitas Air Kamu

Nah, kalau kamu butuh layanan uji kualitas air yang hasilnya akurat dan alatnya terkalibrasi, PT Sinergi Pro Inovasi (SPIN) siap bantu. Mulai dari uji air minum, air limbah, air proses industri, semua kami tangani sesuai standar.

 

Yuk, Konsultasi atau Cek Kualitas Air Kamu Sekarang Juga!

Air itu sumber kehidupan, tapi kalau kualitasnya buruk, bisa jadi sumber masalah. Jadi, jangan tunggu ada keluhan atau insiden kesehatan, baru deh sibuk uji ini-itu. Mending cek kualitas air sekarang juga.

Butuh layanan kalibrasi, pelatihan, atau konsultasi yang akurat dan terpercaya?
Langsung hubungi kami:

Call To Action LinkedIn Banner

Kamu tinggal duduk manis, hasil pengujian dan data akurat kami yang urus!



uji sedimentasi suspensi

Kalau kamu pernah iseng minum jus alpukat, lalu kamu diamkan beberapa menit, pasti deh bagian atasnya mulai bening, sementara ampasnya turun ke bawah. Nah, fenomena sederhana itu sebenarnya bisa jadi pengantar yang pas buat bahas topik kita kali ini: uji sedimentasi suspensi.

Saya ingat dulu, waktu awal-awal kerja di laboratorium kalibrasi PT Sinergi Pro Inovasi, saya sempat salah paham soal uji ini. Saya kira tinggal diamkan larutan di tabung, tunggu hasilnya, beres. Ternyata, uji sedimentasi itu bukan sekadar nunggu cairan terpisah! Ada prosedur, alat, dan parameter yang harus diperhatikan.

Di blog ini, saya bakal ajak kamu kenalan lebih dekat dengan uji sedimentasi adalah apa, kenapa penting, dan gimana sih caranya yang benar. Saya jamin, habis baca, kamu nggak akan lagi salah kaprah soal uji yang satu ini.

 

Apa Itu Uji Sedimentasi Suspensi?

Jadi gini, uji sedimentasi adalah metode pengujian yang digunakan untuk mengetahui stabilitas fisik suatu suspensi. Artinya, kita ingin tahu seberapa cepat partikel padat di dalam cairan itu mengendap atau tetap stabil dalam jangka waktu tertentu.

Kenapa penting? Karena dalam industri farmasi, makanan, kosmetik, sampai kimia, banyak produk berbentuk suspensi. Contohnya sirup obat, cat tembok, lotion, atau bahkan saus sambal favorit kamu. Kalau partikel di dalamnya cepat mengendap, kualitas dan efektivitas produk bisa terganggu.

Uji ini biasanya dilakukan menggunakan tabung ukur atau alat sedimentasi khusus, dengan pengamatan secara berkala untuk melihat berapa persen volume endapan yang terbentuk dibandingkan volume total suspensi.

Prinsip Dasar Uji Sedimentasi Suspensi

Singkatnya, prinsip uji ini mengandalkan gaya gravitasi untuk memisahkan partikel padat dari cairan. Uji sedimentasi adalah cara mengamati kecepatan pengendapan partikel dalam cairan, dan seberapa stabil suspensi tersebut selama periode tertentu.

Di sini, kamu perlu memastikan bahwa suhu, volume, jenis tabung, dan waktu pengamatan sudah sesuai SOP. Jangan asal taruh saja, ya — soalnya hasilnya bisa ngaco kalau prosedur nggak diikuti dengan benar.

Kenapa Uji Sedimentasi Penting Dilakukan?

Kamu mungkin bertanya-tanya, kenapa repot-repot uji sedimentasi segala? Nah, alasan utamanya karena uji sedimentasi adalah indikator kestabilan produk. Produk yang mudah mengendap bisa bikin konsumen kecewa, bahkan berisiko kalau produknya obat atau bahan kimia.

Selain itu, hasil uji sedimentasi jadi acuan penting buat menentukan masa simpan, proses pengemasan, sampai rekomendasi cara penyimpanan produk.

Baca Juga : Efikasi Adalah Kunci Keberhasilan Uji Produk, Jangan Sampai Salah Paham!

Langkah-Langkah Uji Sedimentasi Suspensi

Setiap laboratorium punya prosedur masing-masing, tapi prinsip dasarnya tetap sama. Saya bakal jelaskan yang paling umum dipakai di lab kami.

Persiapan Bahan dan Alat

Pastikan kamu punya suspensi yang akan diuji, tabung ukur berskala, timer, dan label. Jangan lupa catatan pengamatan, karena semua hasil uji sedimentasi wajib dicatat rapi.

Alat-alat yang bersih dan steril penting banget, supaya hasilnya akurat dan nggak terkontaminasi partikel asing.

Proses Pengujian

  1. Masukkan suspensi ke dalam tabung ukur.
  2. Simpan di suhu ruang yang konstan.
  3. Amati volume endapan yang terbentuk pada waktu tertentu, biasanya setiap 1 jam, 2 jam, 4 jam, sampai 24 jam.
  4. Catat hasil pengamatan dalam bentuk persentase volume endapan dibandingkan volume total.

Semakin lambat endapan terbentuk, semakin stabil suspensinya.

 

Faktor yang Mempengaruhi Hasil Uji Sedimentasi

Kadang, meskipun prosedur sama, hasil bisa berbeda. Nah, ini karena ada beberapa faktor yang mempengaruhi.

Ukuran Partikel

Partikel kecil lebih lambat mengendap dibanding partikel besar. Makanya, ukuran partikel harus diperhatikan saat proses pembuatan suspensi.

Kekentalan Cairan

Semakin kental cairannya, semakin lambat partikel mengendap. Jadi, produk dengan kekentalan tinggi biasanya hasil sedimentasinya lebih stabil.

 

Yuk, Konsultasikan Kebutuhan Kalibrasi dan Pengujianmu!

Nah, sekarang kamu sudah paham kan, uji sedimentasi adalah bagian penting dalam memastikan kualitas produk suspensi tetap terjaga. Jangan sampai produk kamu bikin konsumen kecewa cuma gara-gara endapan nggak terkontrol!

Kalau kamu butuh layanan kalibrasi alat laboratorium, pelatihan uji sedimentasi, atau konsultasi teknis lainnya, jangan ragu hubungi kami. Saya dan tim PT Sinergi Pro Inovasi siap bantu kamu dapetin layanan yang akurat, terpercaya, dan tentunya sesuai standar.

Call To Action LinkedIn Banner

Karena kualitas produk dan kepercayaan pelanggan itu investasi paling mahal — dan kami bantu jagain itu buat kamu!



efikasi adalah

Kamu pernah nggak sih, merasa penasaran sebenarnya produk yang kamu gunakan itu benar-benar efektif atau cuma efek sugesti? Saya pernah, waktu pertama kali nyobain krim anti-jerawat rekomendasi teman. Katanya sih, ampuh banget — eh, pas saya pakai, kok jerawat malah makin betah. Dari situ saya sadar, penting banget yang namanya uji efikasi.

Efikasi adalah istilah keren yang sering dipakai di dunia farmasi, kosmetik, dan laboratorium kalibrasi untuk mengukur seberapa efektif sebuah produk atau alat bekerja sesuai klaimnya. Kalau kamu pikir semua alat ukur atau produk farmasi bisa dipercaya 100% hanya dari labelnya, wah… kamu harus baca tulisan ini sampai habis.

Di sini, saya mau ajak kamu ngobrol santai soal apa itu efikasi, kenapa uji efikasi adalah proses yang nggak bisa dianggap enteng, dan gimana kita di PT Sinergi Pro Inovasi sering kali menemukan hasil uji yang bikin kening berkerut. Tenang, saya bakal sampaikan dengan bahasa yang gampang dicerna — sambil sesekali bawa cerita pengalaman pribadi. Yuk, kita mulai!

 

Efikasi Adalah Apa, Sih?

Nah, sebelum kita lebih jauh, mari kita luruskan dulu pemahaman soal istilah ini. Efikasi adalah kemampuan suatu produk, obat, atau alat ukur untuk memberikan hasil sesuai yang diharapkan di kondisi ideal. Misalnya, kalau kamu punya alat ukur suhu ruangan yang katanya bisa mendeteksi suhu dengan akurasi ±0.5°C, ya harus dibuktikan dulu lewat pengujian. Jangan cuma percaya brosur.

Uji efikasi adalah proses pengujian untuk memastikan klaim tersebut benar-benar terbukti di lapangan. Bukan cuma sekadar formalitas atau buat laporan doang. Karena kalau sampai salah, bisa berakibat fatal — apalagi kalau menyangkut kesehatan, kualitas produk, atau keamanan kerja.

Definisi Efikasi dalam Dunia Kalibrasi

Dalam konteks laboratorium kalibrasi kayak di tempat saya bekerja, efikasi adalah seberapa efektif alat ukur menjalankan fungsinya sesuai spesifikasi pabrikan. Misalnya, thermometer digital yang katanya bisa mengukur suhu ruangan dengan akurasi tertentu, harus benar-benar diuji di lingkungan standar untuk memastikan akurasinya pas.

Uji efikasi adalah langkah penting sebelum alat dipakai secara rutin, apalagi buat kalibrasi alat-alat kritikal di industri farmasi atau manufaktur. Salah alat, salah ukur, bisa fatal akibatnya.

Kenapa Efikasi Itu Penting?

Coba bayangin kamu lagi uji kadar zat aktif di obat, alat ukur kamu ternyata deviasi hasilnya besar. Kalau kamu nggak lakukan uji efikasi, hasil yang keluar bisa misleading. Akibatnya, bisa saja obat yang seharusnya aman jadi overdosis, atau sebaliknya, nggak efektif sama sekali. Bahaya kan?

Makanya, uji efikasi adalah semacam rem pengaman sekaligus filter yang memastikan semua alat dan produk bekerja sesuai janji manisnya di label. Kalau saya pribadi sih, lebih suka percaya hasil uji daripada slogan iklan.

Baca Juga : Wajib Tahu! Kenapa Kalibrasi Thermohygrometer Itu Penting Buat Bisnis dan Laboratoriummu

Prosedur Uji Efikasi di Laboratorium

Biar nggak cuma teori, saya mau cerita sedikit soal bagaimana biasanya prosedur uji efikasi dilakukan di laboratorium.

Tahapan Uji Efikasi Alat Ukur

Pertama, alat yang mau diuji kita identifikasi dulu spesifikasinya. Setelah itu, kita setting kondisi pengujian seideal mungkin — sesuai standar internasional atau SNI. Baru deh alat tersebut diuji performanya.

Uji efikasi adalah tahap di mana hasil alat dibandingkan dengan standar acuan. Kalau deviasinya masih dalam batas toleransi, berarti lolos. Kalau enggak, ya… alat harus dikalibrasi ulang atau bahkan ditarik dari peredaran.

Dokumentasi dan Pelaporan Hasil

Setelah pengujian, hasilnya nggak boleh cuma diingat-ingat di kepala. Semua wajib didokumentasikan dalam laporan resmi, lengkap dengan nilai deviasi, kondisi pengujian, dan rekomendasi tindak lanjut. Ini penting banget, supaya ada rekam jejak dan transparansi.

 

Tantangan dalam Uji Efikasi

Saya nggak mau kamu bayangin semua proses uji itu mulus-mulus aja. Ada aja kok tantangannya.

Variasi Kondisi Lingkungan

Kadang, suhu ruangan atau kelembapan yang berubah-ubah bisa bikin hasil uji berbeda. Makanya, uji efikasi adalah proses yang butuh ketelitian tinggi dan konsistensi lingkungan.

Interpretasi Data yang Salah

Pernah kejadian di lab kami, ada alat yang hasilnya beda tipis dari standar, tapi teknisi junior salah interpretasi kalau itu masih aman. Untungnya ketahuan pas cross-check laporan. Dari situ saya makin yakin, uji efikasi nggak cukup cuma paham alatnya, tapi juga paham analisis datanya.

 

Saatnya Kamu Bertindak — Jangan Ambil Risiko

Nah, sekarang kamu sudah paham kan, betapa pentingnya uji efikasi dalam dunia laboratorium dan industri? Jangan sampai cuma gara-gara males uji atau anggap sepele, alat dan produk yang kamu gunakan malah jadi boomerang buat kualitas kerja kamu.

Kalau kamu butuh layanan kalibrasi, pelatihan, atau konsultasi yang akurat dan terpercaya, langsung aja hubungi kami:

Call To Action LinkedIn Banner

Percaya deh, alat ukur yang terjamin efikasinya bikin pekerjaan kamu jauh lebih aman dan hasilnya bisa dipertanggungjawabkan.



kalibrasi thermohygrometer

Pernah nggak sih kamu datang ke laboratorium atau ruangan produksi, terus ngerasa hawanya kayak di Antartika padahal AC-nya cuma 23°C? Atau, alat ukur kelembaban kamu tiba-tiba ngaco, padahal baru dicek bulan lalu? Nah, di sinilah pentingnya kalibrasi thermohygrometer.

Sebagai orang yang tiap hari ngadepin alat ukur di PT Sinergi Pro Inovasi, saya sering banget nemuin alat thermohygrometer yang hasilnya beda-beda tipis tapi bisa bikin hasil pengujian ngaco. Thermohygrometer adalah alat yang ukur suhu dan kelembaban sekaligus — kayak partner kerja yang bisa diajak ngerjain dua tugas sekaligus, tapi ya tetep perlu dicek performanya. Karena kalau alatnya ngawur, bisa-bisa produk atau hasil analisa kamu ikut-ikutan ngawur juga.

Jadi di artikel ini, saya bakal ajak kamu ngobrol santai soal kenapa kalibrasi thermohygrometer itu penting, gimana prosesnya, dan tips supaya alat kamu tetep on-track kayak jalan tol tanpa macet. Yuk, lanjut!

 

Apa Itu Thermohygrometer dan Kenapa Harus Dikalibrasi?

Sebelum terlalu jauh, kita sepakati dulu yuk: thermohygrometer adalah alat ukur suhu dan kelembaban udara. Alat ini biasanya dipakai di laboratorium, ruang produksi farmasi, gudang bahan pangan, hingga ruang penyimpanan arsip penting. Pokoknya di tempat yang butuh kondisi suhu dan kelembaban stabil.

Masalahnya, alat ini bisa berubah akurasinya seiring waktu. Kenapa? Karena faktor lingkungan, usia alat, hingga faktor teknis lain. Nah, di sinilah kalibrasi thermohygrometer jadi wajib dilakukan secara berkala supaya hasilnya tetap akurat dan sesuai standar.

Kenapa Thermohygrometer Bisa Ngaco Tanpa Kalibrasi

Saya pernah nemu kasus alat thermohygrometer yang katanya baru dibeli sebulan lalu, tapi pas dicek hasilnya beda 3°C sama alat standar kami di lab. Ternyata, alat itu kebanyakan dipake di area berdebu dan sering dipindah-pindah. Akhirnya sensor kelembabannya jadi error. Nah, tanpa kalibrasi, bisa-bisa kondisi ruangan kamu nggak sesuai standar HACCP atau ISO.

Efek Buruk Kalau Kalibrasi Thermohygrometer Diabaikan

Kalau kamu pikir hasil ukur beda 1-2°C atau 5% RH itu sepele, kamu salah besar. Di dunia laboratorium, perbedaan sekecil itu bisa nentuin hasil uji stabilitas obat, kualitas bahan pangan, atau performa alat kesehatan. Bahkan bisa bikin kamu kena teguran pas audit. Jadi, mending kalibrasi rutin daripada repot belakangan, kan?

Baca Juga : Kenapa Uji Kekerasan Tablet Itu Penting? Saya Pernah Alami Sendiri di Lab!

Proses Kalibrasi Thermohygrometer di Laboratorium

Di PT Sinergi Pro Inovasi, kami punya prosedur standar buat kalibrasi thermohygrometer. Saya ceritain dikit deh, biar kamu kebayang prosesnya.

Tahapan Kalibrasi Thermohygrometer

Pertama, alat dicek kondisi fisiknya dulu. Bersih nggak, ada kerusakan nggak. Habis itu, alat di-stabilkan dulu di ruang uji sesuai standar suhu dan kelembaban tertentu. Nah, baru deh dicocokin hasilnya sama standar acuan yang udah terkalibrasi.

Biasanya kami lakukan di beberapa titik suhu, misal 20°C, 25°C, dan 30°C. Begitu juga dengan kelembaban di titik-titik 40%, 60%, dan 80% RH. Hasil pengukuran nanti dicatat, terus dihitung deviasinya. Kalau masih di bawah toleransi, aman. Kalau enggak, ya perlu diservis atau disesuaikan.

Alat Standar yang Dipakai Saat Kalibrasi

Kalibrasi thermohygrometer nggak bisa asal-asalan, ya. Harus pakai alat standar yang terkalibrasi di laboratorium terakreditasi. Biasanya kami pakai standard thermometer dan standard hygrometer dengan sertifikat kalibrasi dari KAN. Jadi hasilnya bisa dipertanggungjawabkan di depan auditor sekalipun.

 

Tips Supaya Thermohygrometer Awet dan Akurat

Biar alat thermohygrometer kamu nggak cepat error, ada beberapa tips nih yang bisa kamu terapin.

Cara Menyimpan Thermohygrometer yang Benar

Jangan asal taruh di lemari alat atau di ruangan yang kelembabannya nggak terkontrol. Simpan di tempat kering, hindari area berdebu, dan jauhkan dari sumber panas langsung. Kalau perlu, kasih silica gel di dalam kotaknya.

Jadwalkan Kalibrasi Berkala

Ini penting banget. Idealnya, kalibrasi thermohygrometer dilakukan setahun sekali, atau lebih sering kalau alatnya dipakai di kondisi ekstrem. Cek juga hasil deviasinya tiap bulan kalau perlu, biar kamu tahu kondisi alat masih bagus atau perlu tindakan.

 

Yuk, Pastikan Thermohygrometer Kamu Akurat dan Siap Audit!

Sekarang kamu udah tahu kan pentingnya kalibrasi thermohygrometer? Jangan tunggu alat kamu error pas lagi audit atau saat uji stabilitas produk penting. Mending cek dan kalibrasi rutin dari sekarang.

Kalau kamu butuh layanan kalibrasi, pelatihan alat ukur, atau konsultasi soal peralatan laboratorium, langsung aja hubungi kami di PT Sinergi Pro Inovasi.

Call To Action LinkedIn Banner

Kami siap bantu kamu dengan layanan kalibrasi terpercaya, cepat, dan hasil yang akurat sesuai standar. Jangan sampai alat kamu jadi sumber masalah di laporan nanti ya!



tujuan uji kekerasan tablet

Pernah nggak, kamu minum tablet yang baru digigit sedikit eh malah hancur kayak kerupuk? Atau sebaliknya, tablet yang kamu coba larutkan malah kerasnya kayak batu nisan? Nah, di dunia farmasi, hal kayak gini nggak boleh terjadi. Sebagai orang yang setiap hari berkutat di laboratorium kalibrasi PT Sinergi Pro Inovasi, saya paham betul betapa krusialnya uji kekerasan tablet.

Waktu pertama kali saya pegang alat hardness tester, saya sempat mikir, “Ah, paling cuma ngecek seberapa kuat tablet ditekan.” Tapi ternyata, hasil uji kekerasan ini bisa ngaruh ke kualitas, keamanan, dan efektivitas obat yang kamu konsumsi. Yuk, saya ceritakan alasannya — siapa tahu nanti kamu jadi ngerti kenapa tablet itu nggak boleh asal bikin.

 

Tujuan Uji Kekerasan Tablet yang Wajib Kamu Tahu

Kalau ngomong soal uji kekerasan tablet, sebenarnya nggak cuma soal kuat atau lemahnya tablet saat ditekan. Lebih dari itu, tujuan utamanya adalah memastikan tablet punya kekuatan fisik yang cukup untuk bertahan saat proses produksi, pengemasan, pengiriman, sampai akhirnya masuk ke tangan kamu sebagai konsumen.

Selain itu, uji kekerasan tablet juga berfungsi untuk menjaga kestabilan bentuk, ketahanan selama penyimpanan, dan mengontrol waktu hancurnya tablet saat masuk ke dalam tubuh. Kebayang dong kalau tablet terlalu keras bisa-bisa malah nggak hancur di lambung, efek obatnya jadi lambat keluar.

Nah, di bawah ini saya kasih rincian tujuan uji kekerasan tablet yang biasanya kami lakukan di lab:

Menjamin Kualitas Fisik Tablet

Tujuan pertama dari uji kekerasan tablet adalah untuk menjamin kekuatan fisik tablet itu sendiri. Saya pernah punya pengalaman di lab, ada batch tablet yang kelewat keras — saking kerasnya, alat hardness tester kami sampai error. Ternyata, setelah dicek, formula granulnya nggak seimbang.

Nah, makanya kekuatan tablet ini penting banget untuk dipastikan, karena kalau terlalu rapuh atau terlalu keras, bisa memengaruhi efektivitas obat. Dan lebih parahnya lagi, bisa bikin alat produksi rusak!

Menentukan Waktu Hancur Tablet

Tablet itu nggak bisa asal keras aja, tapi juga harus punya waktu hancur yang ideal. Uji kekerasan tablet membantu menentukan apakah kekuatan tablet memengaruhi waktu hancurnya di tubuh.

Pernah juga suatu waktu saya diminta investigasi kenapa obat dari salah satu klien kami efeknya lambat muncul. Ternyata setelah dicek, tablet terlalu keras sampai butuh waktu lebih dari 45 menit buat hancur di lambung, padahal standar farmakope maksimalnya 30 menit. Dari situ saya makin paham, kekerasan tablet harus dikontrol supaya waktu hancur tetap sesuai.

Baca Juga : TPC Adalah? Yuk, Kenali Uji Mikrobiologi yang Sering Disepelekan Tapi Krusial Ini!

Kenapa Uji Kekerasan Tablet Perlu Dilakukan Secara Rutin?

Mungkin kamu bertanya-tanya, kenapa sih uji kayak gini mesti sering-sering dicek? Ya, karena banyak faktor yang bisa memengaruhi kekuatan tablet, mulai dari bahan baku, proses pencetakan, sampai kondisi penyimpanan.

Mengontrol Konsistensi Produk

Lewat uji kekerasan tablet, kita bisa memastikan kekuatan tablet dari batch ke batch tetap konsisten. Saya sering banget nemu kasus di lapangan, batch pertama dan kedua kekuatannya oke, eh masuk batch ketiga drop drastis. Bisa jadi karena perubahan suhu ruang produksi atau tekanan mesin cetak yang berubah.

Makanya, uji ini penting banget buat menjaga kualitas produk farmasi tetap stabil.

Memenuhi Standar Farmakope

Selain itu, uji kekerasan tablet juga wajib dilakukan untuk memenuhi standar farmakope yang berlaku, baik nasional maupun internasional. Standar ini biasanya ngatur berapa kekuatan minimum dan maksimum tablet agar tetap aman dikonsumsi.

Di lab saya, kami biasa pakai parameter minimal 4 kgf sampai maksimal 10 kgf untuk tablet biasa. Kalau di bawah atau di atas itu, harus investigasi dulu sebelum lanjut ke produksi.

 

Dampak Jika Uji Kekerasan Tablet Diabaikan

Nah, bagian ini penting buat kamu tahu. Kalau uji kekerasan diabaikan, efeknya bisa ke mana-mana, bukan cuma ke pasien, tapi juga ke reputasi perusahaan farmasi.

Risiko Kerusakan Saat Distribusi

Tablet yang terlalu rapuh bisa pecah saat proses pengemasan atau pengiriman. Saya pernah dapat laporan dari klien, tablet yang dikirim ke luar kota sampai di tangan konsumen dalam kondisi hancur jadi bubuk. Nggak lucu kan kalau kayak gitu? Nah, itulah kenapa uji kekerasan tablet jadi keharusan.

Menurunnya Efektivitas Obat

Tablet yang terlalu keras bisa bikin waktu hancur di tubuh jadi molor. Akibatnya, zat aktif dalam obat baru bekerja setelah waktu yang seharusnya. Bayangin aja kamu minum obat sakit kepala, tapi efeknya baru terasa dua jam kemudian. Nggak efektif, kan? Di sini peran uji kekerasan tablet nggak bisa dianggap remeh.

 

Butuh Jasa Kalibrasi atau Konsultasi Seputar Uji Tablet? Hubungi Kami Sekarang!

Nah, sekarang kamu udah tahu kan kenapa uji kekerasan tablet itu sepenting itu? Nggak cuma soal angka di alat hardness tester, tapi juga menyangkut kualitas, keamanan, sampai reputasi produk farmasi.

Kalau kamu butuh layanan kalibrasi alat hardness tester, pelatihan metode uji farmasi, atau konsultasi tentang pengujian tablet lainnya, langsung aja hubungi kami:

Call To Action LinkedIn Banner

Yuk, pastikan alat dan prosedur uji kamu terkalibrasi dan sesuai standar — demi kualitas dan keamanan produk yang kamu hasilkan!



tpc adalah

Pernah nggak sih kamu makan sesuatu yang kelihatannya enak, aromanya menggoda, tapi setelah itu perut kamu ngasih kode SOS? Nah, salah satu alasan kenapa itu bisa terjadi adalah karena produk makanan atau minuman yang kamu konsumsi mengandung bakteri melebihi batas aman. Di sinilah uji TPC jadi pahlawan tanpa tanda jasa.

Sebagai orang yang sehari-hari ngoprek alat dan prosedur kalibrasi di laboratorium, saya cukup sering dapat cerita dari klien soal pentingnya angka lempeng total ini. Dulu, waktu awal-awal belajar tentang apa itu TPC, saya kira cuma soal hitung-hitungan bakteri aja. Eh, ternyata ada ilmunya, ada tekniknya, dan ada dramanya juga kalau hasilnya nggak sesuai standar.

Makanya, di artikel ini saya mau ajak kamu buat kenalan lebih dekat sama uji angka lempeng total ini. Nggak usah takut — kita bakal bahas dengan bahasa santai, tapi tetap ilmiah. So, siap? Yuk kita mulai!

 

TPC Adalah

Kalau kamu pernah dengar istilah TPC, itu singkatan dari Total Plate Count atau dalam bahasa Indonesia dikenal dengan angka lempeng total. Ini adalah metode dalam mikrobiologi yang dipakai buat ngitung jumlah total koloni bakteri hidup dalam sampel makanan, minuman, air, hingga kosmetik.

Uji angka lempeng total adalah cara cepat buat tahu seberapa higienis suatu produk, karena semakin tinggi angkanya, semakin besar kemungkinan produk itu mengandung bakteri yang bisa bikin masalah kesehatan.

Di laboratorium kami, uji ini jadi prosedur wajib, apalagi buat perusahaan makanan, farmasi, dan minuman. Uji TPC adalah salah satu cara paling sederhana tapi efektif untuk kontrol kualitas produk sebelum dipasarkan.

Nah, supaya kamu nggak bingung, kita breakdown yuk jenis-jenis dan prosesnya di bawah ini.

Apa Itu TPC?

Apa itu TPC? Secara sederhana, TPC atau Total Plate Count adalah metode perhitungan jumlah koloni bakteri hidup dalam sampel tertentu menggunakan media padat (plate). Nanti, hasilnya dihitung setelah proses inkubasi selama periode tertentu di suhu tertentu. Biasanya di 35-37°C selama 24-48 jam, tergantung jenis bakteri yang dicari.

Jadi, hasil uji TPC ini berupa angka yang menunjukkan jumlah koloni bakteri per gram atau per mililiter sampel. Dan dari sini kita bisa nilai, aman nggaknya produk itu untuk dikonsumsi atau dipakai.

Uji Angka Lempeng Total Adalah

Uji angka lempeng total adalah prosedur untuk menentukan jumlah koloni bakteri aerobik yang tumbuh dalam media padat. Metode ini penting banget karena bisa kasih gambaran tentang kondisi higienitas bahan pangan atau minuman. Di beberapa standar mutu pangan, kayak SNI atau BPOM, ada batas maksimum angka lempeng total yang harus dipenuhi.

Misalnya nih, kalau kamu produksi susu pasteurisasi, TPC-nya nggak boleh lebih dari 100.000 CFU/ml. Nah kalau hasil uji ALT alias uji angka lempeng total adalah lebih dari itu, produk kamu bisa ditolak edar. Sayang banget kan?

Baca Juga : Jangan Asal Colok! Begini Cara Tes Megger Instalasi Listrik yang Aman dan Akurat

Prosedur Uji TPC

Di laboratorium, uji TPC itu prosesnya lumayan gampang kok kalau udah biasa. Tapi tetap harus teliti dan steril.

Tahapan Uji TPC Adalah

  1. Persiapan Sampel: Sampel diencerkan bertahap.
  2. Penanaman ke Media: Ditaburkan di media padat (plate count agar).
  3. Inkubasi: Plate disimpan di inkubator 35-37°C selama 24-48 jam.
  4. Perhitungan Koloni: Koloni bakteri yang tumbuh dihitung, lalu dikonversi ke CFU/ml atau CFU/gr.

Pentingnya Uji ALT dalam Industri

Uji ALT adalah bagian penting dari quality control. Di dunia industri pangan, farmasi, bahkan kosmetik, data hasil uji ALT bisa menentukan diterima atau ditolaknya produk. Bayangkan kalau produk kamu rilis ke pasar tanpa uji ini, terus ada bakteri yang bikin konsumen keracunan. Waduh, bisa jadi headline berita deh!

 

Standar dan Interpretasi Hasil TPC

Setelah proses uji selesai, hasilnya bakal dibandingin sama standar yang berlaku.

Batas Maksimum Angka Lempeng Total

Setiap produk punya standar angka maksimal TPC yang diizinkan. Misal:

  • Air minum dalam kemasan: max 100 CFU/ml
  • Susu pasteurisasi: max 100.000 CFU/ml
  • Kosmetik cair: max 1000 CFU/ml

Kalau hasilnya melebihi batas itu, harus ada tindakan korektif, bisa berupa perbaikan proses produksi atau bahkan penarikan produk.

Cara Menangani Hasil TPC Tinggi

Kalau hasil uji TPC menunjukkan angka tinggi, biasanya yang dicek:

  • Kebersihan alat produksi
  • Higienitas personel
  • Prosedur produksi
  • Kualitas bahan baku

Di lab kami, saya biasa bantu klien evaluasi titik mana yang bermasalah. Kadang ternyata cuma soal wastafel yang bocor atau alat yang lupa dikalibrasi. Kecil, tapi dampaknya besar.

 

Butuh Bantuan? Hubungi Kami Sekarang!

Nah, sekarang kamu sudah tahu kan betapa pentingnya uji TPC ini? Jangan anggap remeh soal angka lempeng total, karena itu bisa jadi penentu aman nggaknya produk yang kamu jual atau konsumsi.

Kalau kamu butuh layanan kalibrasi, pelatihan, atau konsultasi soal uji mikrobiologi atau prosedur laboratorium lainnya, jangan sungkan buat kontak saya dan tim:

Call To Action LinkedIn Banner

Karena di laboratorium, yang kecil-kecil kayak bakteri itu justru yang bisa bikin repot. Jadi pastikan prosedur dan alat kamu dalam kondisi prima!


PT SInergi Pro Inovasi

LABORATORIUM

KALIBRASI

Sampaikan kepada Kami apa yang Anda butuhkan, Kami siap melayani
0813-9438-9300

www.laboratoriumkalibrasispin.co.id

kalibrasi@spinsinergi.com